Headlines News :
Home » , » Buruknya Pelayanan Medis Di RSUD Lewoleba Belum Teratasi

Buruknya Pelayanan Medis Di RSUD Lewoleba Belum Teratasi

Written By ansel-boto.blogspot.com on Wednesday, November 27, 2013 | 3:58 PM


Pengelolaan Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Lewoleba, Kabupaten Lembata amburadul. Selain peralatan medis yang tidak berfungsi secara baik, tugas pelayanan pun terasa buruk.

Sebagaimana keluhan warga dan  DPRD Lembata, Lambertus, salah satu keluarga pasien yang menderita pendaharaan karena divonis mengidap kanker kandungan stadium tinggi kepada floresbangkit.com di Lewoleba Sabtu (23/11) mengeluh dengan pelayanan medis di unit transfusi darah.

Petugas medisnya sering meninggalkan tugasnya berjam-jam hingga menghambat pelayanan. “Saya tunggu sampai 6 jam baru ada petugas, padahal sebelumnya saya disuruh untuk carikan orang yang sukarela untuk donor. Saya sudah bawa orang datang untuk donor, petugasnya tidak ada,” kesal Lamber.

Penelusuran floresbangkit.com ke RSUD, membenarkan keluhan keluarga pasien ini. Salah satu petugas di unit tranfusi darah, mengamini jika pada unit tempat dia bertugas terjadi kekurangan tenaga.

“Kami kekurangan tenaga. Kami ada lima orang tetapi satu cuti jadi sisa empat orang saja, saling bergantian shift,” ujar petugas yang enggan disebutkan namanya itu.

Keluhan juga datang dari keluarga pasien yang berobat dengan Asuransi Kesehatan Keluarga Miskin (Akses Gakin). Mereka mengaku banyak obat-obatan yang harus dibeli sendiri dari luar. Keluarga miskin ini bahkan mengaku harus berutang untuk membeli obat-obatan.

“Saya heran, obat kina saja kami disuruh beli dari luar, padahal pihak rumah sakit sendiri tahu kalau kami datang berobat pakai kartu miskin. Saya terpaksa utang, karena uang tidak ada,” kata Dami, salah warga Lembata saat dijumpai di RSUD Lewoleba.

Dibahas Dalam Rapat Badan Anggaran

Terkait dengan keluhan ini, ternyata juga pernah dibahas dalam Rapat Badan Anggaran (Banggar) DPRD Lembata dan Tim Anggaran Pemerintah (TAP).

Saat itu, Ketua DPRD Lembata Yohanes Derosari mengatakan, pelayanan RSUD kian amburadul. Selain petugas medisnya yang enggan berkerja maksimal, ada juga peralatan medis yang mulai rusak, namun dipaksa untuk terus beroperasi.

Dan karenanya, Ketua DPRD dalam rapat Banggar Jumat, (8/11/2013) silam, mendesak pemerintah untuk  segera menangani persoalan di RSUD sebelum terjadi masalah yang lebih parah.

Akibat peralatan medis di Laboraturium RSUD yang mulai rusak itu, hasil pemeriksaan pasien selalu invalid kata Hoat, demikian Ketua DPRD Lembata ini akrab disapa. Dia mengaku banyak masyarakat sudah menyampaikan keluhan terkait pelayanan di RSUD ini.

“Kita jangan biarkan masalah di RSUD ini berlanjut terus, pemerintah harus serius,” kata Hoat.

Dalam Rapat Banggar itu Hoat juga menyampaikan kepada pemerintah bahwa, banyak masalah di RUSD Lewoleba, selain peralatan medis yang rusak, ada dokter yang tidak mau melakukan tugas jaga malam.

Daftar masalah Kian Panjang

Masalah demi masalah terus saja menghantam RSUD Lewoleba, masih segar dalam ingatan bahkan pernah dirilis oleh media ini bulan februari 2013 silam, berita terkait aksi mogok para dokter yang kecewa karena tidak dibayarkan tunjangan jaga malam.

Para dokter ketika itu datang menemui Wakil Bupati Lembata Viktor Mado Wathun, untuk menyampaikan tuntutan mereka, dan sudah barang  tentu, pelayanan dokter di RSUD pun ikut terhenti, karena para dokter tidak berada di tempat.

Tidak hanya itu, pasien RSUD bahkan pernah dibuat kalang kabut, karena Bidan dan Perawat RSUD pun pernah melakukan mogok menuntut pembayaran tunjangan medis.

Persoalan di RSUD Lembata kian kompleks saja. Betapa tidak selain ditemukan kerusakan alat kesehatan dan buruknya pelayanan medis dan ketersediaan obat-batan. Pengunduran diri Pelaksana Tugas (Plt)  Kepala Dinas Kesehatan dr. Rahmy Syam beberapa pekan silam dalam bulan Nopember 2013, pun ikut memperpanjang daftar masalah. 

Anggota Badan Anggaran DPRD Kabupaten Lembata, Tarsisia Hani Chandra dalam rapat Bangar dengan TAP mempertanyakan dan meminta penjelasan pemerintah terkait alasan pengunduran diri dr. Rahmi Syam itu.

Terkait pertanyaan itu, Pelaksana Harian (Plh) Sekda yang juga asisten II Setda Lembata yang sekaligus merangkap Plt Kepala Dinas Kesehatan dan Plt Kepala Dinas Energi Sumber Daya Mineral, Lukas Witak menjelaskan, dr. Rahmy Syam secara resmi mengundurkan diri disampaikan melalui surat kepada Bupati Lembata, Eliaser Yentji Sunur.

Rahmy Syam kata Lukas Witak, mengundurkan diri dari Plt. Kepala Dinas Kesehatan setelah kembali mengikuti pendidikan dan latihan (PIM III). Namun demikian Lukas mengaku tidak mengetahui alasan dokter itu menggundurkan diri.

”Saya tidak tahu alasan pengunduran dirinya. Mungkin ia mau menekuni profesi dokternya,” kata Lukas.

Setelah mengundurkan diri, dr. Ramhy bahkan sempat diserahi tugas sebagai Plh. Direktur RSUD, karena Direktur RSUD Lewoleba, Adithia Yoga mengikuti PIM II selama 2 bulan, tugas baru ini pun ditolak Rahmy, kata Lukas. 

Asisten II Lukas Witak dalam rapat Banggar bersama DPRD Kabupaten Lembata itu, menginformasikan bahwa, kini Bupati Lembata sedang mencari orang yang layak sesuai kepangkatan untuk menjadi Kepala Dinas Kesehatan Lembata. Pangkat Golongan semua dokter di Lembata kata Witak, belum mencapai IV B. (Yogi Making)
Sumber: floresbangkit.com, 24 November 2013.
Ket foto: Para dokter sedang berdalog dengan Wakil Bupati Lembata Viktor Mado Wathun di ruang kerjanya.
SEBARKAN ARTIKEL INI :

0 komentar:

Silahkan berkomentar

Tuliskan apa pendapatmu...!

 
Didukung : Creating Website | MFILES
Copyright © 2015. Ansel Deri - All Rights Reserved
Thanks to KORAN MIGRAN
Proudly powered by Blogger