
Pengelolaan Rumah Sakit Umum Daerah
(RSUD) Lewoleba, Kabupaten Lembata amburadul. Selain peralatan medis yang tidak
berfungsi secara baik, tugas pelayanan pun terasa buruk.
Sebagaimana keluhan warga dan DPRD Lembata, Lambertus, salah satu keluarga
pasien yang menderita pendaharaan karena divonis mengidap kanker kandungan
stadium tinggi kepada floresbangkit.com
di Lewoleba Sabtu (23/11) mengeluh dengan pelayanan medis di unit transfusi
darah.
Petugas medisnya sering meninggalkan
tugasnya berjam-jam hingga menghambat pelayanan. “Saya tunggu sampai 6 jam baru
ada petugas, padahal sebelumnya saya disuruh untuk carikan orang yang sukarela
untuk donor. Saya sudah bawa orang datang untuk donor, petugasnya tidak ada,”
kesal Lamber.
Penelusuran floresbangkit.com ke RSUD, membenarkan keluhan keluarga pasien ini.
Salah satu petugas di unit tranfusi darah, mengamini jika pada unit tempat dia
bertugas terjadi kekurangan tenaga.
“Kami kekurangan tenaga. Kami ada lima
orang tetapi satu cuti jadi sisa empat orang saja, saling bergantian shift,”
ujar petugas yang enggan disebutkan namanya itu.
Keluhan juga datang dari keluarga pasien
yang berobat dengan Asuransi Kesehatan Keluarga Miskin (Akses Gakin). Mereka
mengaku banyak obat-obatan yang harus dibeli sendiri dari luar. Keluarga miskin
ini bahkan mengaku harus berutang untuk membeli obat-obatan.
“Saya heran, obat kina saja kami disuruh
beli dari luar, padahal pihak rumah sakit sendiri tahu kalau kami datang
berobat pakai kartu miskin. Saya terpaksa utang, karena uang tidak ada,” kata
Dami, salah warga Lembata saat dijumpai di RSUD Lewoleba.
Dibahas Dalam Rapat Badan Anggaran
Terkait dengan keluhan ini, ternyata
juga pernah dibahas dalam Rapat Badan Anggaran (Banggar) DPRD Lembata dan Tim
Anggaran Pemerintah (TAP).
Saat itu, Ketua DPRD Lembata Yohanes
Derosari mengatakan, pelayanan RSUD kian amburadul. Selain petugas medisnya
yang enggan berkerja maksimal, ada juga peralatan medis yang mulai rusak, namun
dipaksa untuk terus beroperasi.
Dan karenanya, Ketua DPRD dalam rapat
Banggar Jumat, (8/11/2013) silam, mendesak pemerintah untuk segera menangani persoalan di RSUD sebelum
terjadi masalah yang lebih parah.
Akibat peralatan medis di Laboraturium
RSUD yang mulai rusak itu, hasil pemeriksaan pasien selalu invalid kata Hoat,
demikian Ketua DPRD Lembata ini akrab disapa. Dia mengaku banyak masyarakat
sudah menyampaikan keluhan terkait pelayanan di RSUD ini.
“Kita jangan biarkan masalah di RSUD ini
berlanjut terus, pemerintah harus serius,” kata Hoat.
Dalam Rapat Banggar itu Hoat juga
menyampaikan kepada pemerintah bahwa, banyak masalah di RUSD Lewoleba, selain
peralatan medis yang rusak, ada dokter yang tidak mau melakukan tugas jaga
malam.
Daftar masalah Kian Panjang
Masalah demi masalah terus saja
menghantam RSUD Lewoleba, masih segar dalam ingatan bahkan pernah dirilis oleh
media ini bulan februari 2013 silam, berita terkait aksi mogok para dokter yang
kecewa karena tidak dibayarkan tunjangan jaga malam.
Para dokter ketika itu datang menemui
Wakil Bupati Lembata Viktor Mado Wathun, untuk menyampaikan tuntutan mereka,
dan sudah barang tentu, pelayanan dokter
di RSUD pun ikut terhenti, karena para dokter tidak berada di tempat.
Tidak hanya itu, pasien RSUD bahkan
pernah dibuat kalang kabut, karena Bidan dan Perawat RSUD pun pernah melakukan
mogok menuntut pembayaran tunjangan medis.
Persoalan di RSUD Lembata kian kompleks
saja. Betapa tidak selain ditemukan kerusakan alat kesehatan dan buruknya
pelayanan medis dan ketersediaan obat-batan. Pengunduran diri Pelaksana Tugas
(Plt) Kepala Dinas Kesehatan dr. Rahmy
Syam beberapa pekan silam dalam bulan Nopember 2013, pun ikut memperpanjang
daftar masalah.
Anggota Badan Anggaran DPRD Kabupaten
Lembata, Tarsisia Hani Chandra dalam rapat Bangar dengan TAP mempertanyakan dan
meminta penjelasan pemerintah terkait alasan pengunduran diri dr. Rahmi Syam
itu.
Terkait pertanyaan itu, Pelaksana Harian
(Plh) Sekda yang juga asisten II Setda Lembata yang sekaligus merangkap Plt
Kepala Dinas Kesehatan dan Plt Kepala Dinas Energi Sumber Daya Mineral, Lukas
Witak menjelaskan, dr. Rahmy Syam secara resmi mengundurkan diri disampaikan
melalui surat kepada Bupati Lembata, Eliaser Yentji Sunur.
Rahmy Syam kata Lukas Witak,
mengundurkan diri dari Plt. Kepala Dinas Kesehatan setelah kembali mengikuti
pendidikan dan latihan (PIM III). Namun demikian Lukas mengaku tidak mengetahui
alasan dokter itu menggundurkan diri.
”Saya tidak tahu alasan pengunduran
dirinya. Mungkin ia mau menekuni profesi dokternya,” kata Lukas.
Setelah mengundurkan diri, dr. Ramhy
bahkan sempat diserahi tugas sebagai Plh. Direktur RSUD, karena Direktur RSUD
Lewoleba, Adithia Yoga mengikuti PIM II selama 2 bulan, tugas baru ini pun
ditolak Rahmy, kata Lukas.
Asisten II Lukas Witak dalam rapat Banggar bersama DPRD Kabupaten Lembata itu, menginformasikan bahwa, kini Bupati Lembata sedang mencari orang yang layak sesuai kepangkatan untuk menjadi Kepala Dinas Kesehatan Lembata. Pangkat Golongan semua dokter di Lembata kata Witak, belum mencapai IV B. (Yogi Making)
Sumber: floresbangkit.com, 24 November 2013.
Ket foto: Para dokter sedang berdalog
dengan Wakil Bupati Lembata Viktor Mado Wathun di ruang kerjanya.
0 komentar:
Silahkan berkomentar
Tuliskan apa pendapatmu...!