Menyikapi
penangkapan beberapa anggota kelompok sipil bersenjata di Wamena, Kabupaten
Jayawijaya sebelumnya, Puron Wenda yang mengaku Panglima Komando Organisasi
Papua Merdeka (OPM) Wilayah Pilia, Lanny Jaya, Papua menelepon wartawan di Kota
Jayapura melalui telepon selulernya dengan menebar ancaman perang.
Bahkan dalam
teleponnya itu, Puron mengaku akan mencari setiap warga pendatang atau non
Papua yang ada di seluruh Papua, jika polisi tidak segera membebaskan Rambo
Wenda. "Kami minta polisi segera melepaskan rekan kami Rambo Wenda. Kami
beri waktu dua hari, bila tidak, maka kami bersama seluruh rakyat Papua
nyatakan perang dan akan menjadikan seluruh warga non Papua yang ada di Papua
sebagai target," katanya melalui telepon selulernya, Selasa, 28 Oktober
2014.
Puron juga
mengklaim sudah menghubungi Kapolda Papua Irjen Yotje Mende, guna meminta
pembebasan terhadap rekannya. "Rambo adalah rekan saya seperjuangan di
dalam OPM. Dia prajurit kami, dulunya dari Puncak Jaya kemudian ke Lany Jaya,
kami dulu sama-sama menyerang Polsek Pirime. Nama asli Rambo Wenda adalah
Enggangranggo Wenerengga. Tapi dia dijuluki Rambo karena prajurit tangguh,
yakni mampu berperang melawan aparat, disebut Rambo," jelasnya.
Dari data yang
didapat, Rambo Wenda mulai dikenal saat berhasil menyerang Pos Polisi
Tingginambut Puncak Jaya, Januari 2009. Dia
menyita beberapa pucuk senjata jenis SS1 milik Polisi. Atas keberhasilannya
itu, Rambo kemudian diberikan wilayah kekuasaan di Kali Semen Mulia Ibu kota
Puncak Jaya.
Tahun 2011 setelah
pemekaran Lany Jaya, OPM kemudian mekar dengan lahirnya Komando Daerah Operasi
(Kodap) Pilia. Rambo lantas bergabung dengan Puron Wenda. Mereka kemudian
menyerang Polsek Pirime lalu menewaskan 3 anggota Polisi serta merampas senjata
apinya.
Pada Ahad, 26
Oktober 2014, Briptu Tanggam Jikwa (TJ) dan enam orang anggota kelompok
bersenjata pimpinan Dua Rambo ditangkap Timsus Polda Papua di sebuah hotel di
Wamena, Kabupaten Jayawijaya. Saat itu mereka sedang bertransaksi amunisi.
Dalam penangkapan itu, polisi juga menyita 231 amunisi di rumah Briptu TJ.
Yotje menyatakan
masih menyelidiki motif, asal amunisi dan siapa yang bekerjasama dengan anggota
polisi Polsek Nduga ini. "Kami selidiki semuanya," ujar Kapolda
Papua, Irjen Pol Yotje Mende usai gelar barang bukti di ruang penyidikan, Polda
Papua, Kota Jayapura, Papua, Selasa, 28 Oktober 2014.
Menurut Yotje,
Briptu TJ bukan pemasok senjata, tapi dia terindetifikasi sekarang memasok amunisi. Dari amunisi yang disita,
ada 29 aminusi AK kaliber 7,52
milimeter, amunisi revolver sebanyak 19 butir dan amunisi SS1 231 butir. "Ini
yang sedang kami kembangkan. Amunisi itu dari mana, kami masih jajaki,"
katanya.
Menurut Yotje, dari
keterangan satu pentolan kelompok
bersenjata yang ditangkap, Rambo Wonda, Briptu TJ bukan bagian dari
kelompoknya. Tapi Briptu TJ hanya memasok amunisi. Begitupun polisi tetap akan
mendalami motifnya. Briptu TJ, ujar
dia, baru pertama kali jual amunisi.
"Kami akan lihat dari aspek kedisiplinan mengapa dia bersama dengan
kelompok ini. Ini yang sedang kami kembangkan. Amunisi itu darimana kami masih
jajaki. Saya juga meminta maaf karena tak bisa mengontrol anggota saya,"
jelasnya.
Yotje juga
mengatakan, kasus Briptu TJ sudah
dilaporkan ke pimpinan Polri dan akan ditindak tegas. Pertama akan dilakukan
pemecatan lewat sidang disiplin dan kode etik polri. Yang bersangkutan juga
akan dikenakan tindak pidana. "Kami upayakan secepatnya. Target saya
paling lama dua minggu. Nanti kami proses," kata Yotje. Setelah kode etik
dengan hukuman pemecatan, Briptu TJ akan dipidanakan. "Saya akan minta
pengadilan menjatuhkan hukuman seberat-beratnya. Karena dia berlapis bisa
ditambahkan dari ancaman pokok," jelasnya.
Yotje juga
berterimakasih kepada masyarakat khususnya masyarakat Lanni Jaya dan Jayawijaya
karena bekerjasama dengan Timsus menangkap kelompok bersenjata itu. Dalam
penangkapan itu, ada dua orang yang paling dicari polisi yakni Rambo Wonda dan
Rambo Tolikara. "Rambo Wonda, dia adalah pemegang senjata Arsenal yang
dirampas di Puncak Jaya. Namun yang bersangkutan tidak membawa senjata. Rambo
Tolikara, dia adalah anak buah Goliat Tabuni. Dia juga sadis," jelasnya.
Menurut Yotje,
setelah menangkap Rambo Wonda dan Rambo Tolikara bersama tiga rekannya dan satu
oknum anggota polisi, kini masih ada delapan orang pentolan kelompok bersenjata
di wilayah pegunungan Papua yang menjadi incaran utama kepolisian setempat.
"Ada delapan orang. Di antaranya, Purom Wenda, Enden Wanimbo, Militer
Murib, Goliat Tabuni dan lainnya. Namun seluruhnya dari data yang ada di kami
sebagai pelaku sekitar 52 anggota kelompok bersenjata yang jadi DPO."
Sumber: Tempo.co, 28
Oktober 2014
Ket foto ilustrasi:
Tempo.co

0 komentar:
Silahkan berkomentar
Tuliskan apa pendapatmu...!