Sidang pertama DPR periode 2014-2019 menyuguhkan
kericuhan. Rapat paripurna pemilihan Ketua DPR itu dipimpin oleh Popong Otje
Djundjunan, politikus Golkar berusia 76 tahun. Popong didapuk menjadi pimpinan
sidang karena merupakan anggota Dewan tertua.
Perempuan kelahiran Bandung, 30 Desember 1938, yang
biasa disapa Ceu Popong itu sudah lima kali ini jadi anggota DPR. Di Bandung,
Ceu Popong terkenal karena suaminya, R Otje Djundjunan, adalah Wali Kota
Bandung 1971-1976.
R Otje Djundjunan dikenal sebagai wali kota yang
kerap mengeluarkan peraturan tak lazim. Pada 1972, Otje kesal melihat adu balap
liar di Jalan Juanda. "Dalam satu minggu saja harus mengerahkan dua kompi
tentara untuk mencegah anak-anak ngebut," ujar Otje.
Bukan itu saja. Setiap pekan, dia harus mengeluarkan
Rp 100 ribu untuk mengganti ongkos jaga tentara. Sampai akhirnya dia membelah
jalan selebar 8 meter itu dan membuat jalur hijau. Dengan begitu, jalan menjadi
sempit dan adu balap liar berkurang.
Otje juga punya cara sendiri dalam mengatasi
lonjakan harga beras di Kota Bandung. Otje mengeluarkan peraturan yang
mewajibkan pedagang beras dan penyimpan beras yang punya persediaan lebih dari
100 kilogram melapor ke Pemerintah Kota Bandung. Lewat aturan itu, wali kota
berpangkat kolonel ini dapat menindak pedagang beras yang sengaja menimbun
beras dan mengakibatkan harga naik.
Dari pernikahannya dengan Otje, Popong mempunyai
empat anak. Karier politik Popong dimulai saat menjadi anggota DPR dari Partai
Golkar pada 1987. Menurut laporan harta kekayaan penyelanggara negara 2010,
total kekayaannya Rp 36 miliar.
Sebagian besar kekayaan Popong berupa tanah dan
bangunan yang nilainya mencapai Rp 32 miliar. Tanah Popong tersebar dari
Sumedang, Sukabumi, Garut, Bandung, Cianjur, sampai Surabaya dengan total luas
561 ribu meter persegi.
Sumber: Tempo.co, 2 Oktober 2014
Ket foto: Anggota DPR tertua, Popong Otje Djundjunan
(kiri) bersama Anggota DPR termuda, Ade Rezki Pratama

0 komentar:
Silahkan berkomentar
Tuliskan apa pendapatmu...!