Headlines News :
Home » » Massa Desak Bupati Yance Mundur

Massa Desak Bupati Yance Mundur

Written By ansel-boto.blogspot.com on Wednesday, November 05, 2014 | 8:10 PM

Ratusan warga yang terga­bung dalam Forum Penyelamat Lewotana Lembata (FP2L) men­desak Bupati Lembata Eliaser Yentji Sunur mundur dari jabatannya. Bupati Yance ditu­ding sebagai biang kehancuran tatanan hidup rakyat Lembata.

Alex Murin me­ngatakan, ribuan massa akan berdemonstrasi di Rumah Jabatan Bupati Lemba­ta selama 14 hari sampai Bupati Yance Sunur tumbang. Alex mengatakan, segala persoalan di Lembata dan kekacauan yang terjadi selama ini merupakan ulah Bupati Lembata Eliaser Yentji Sunur.

Alex Murin menyampaikan hal itu saat berdialog dengan DPRD Lembata, Rabu (29/10). Dialog itu tidak dihadiri anggota DPRD yang disebut “wakil bupati di DPRD” yakni Sulaiman  Syarif, Muhamad Mahmud, Lasarus Teka Udak, Sony Laga, Anton Leumara, Yohanes Atarodang dan Palmasius Gokok.

Menurutnya, DPRD Lem­bata tidak mampu mengatasi masalah, maka massa mengajak wakil rakyat untuk bersama rakyat duduk dan tidur di depan Rujab Bupati Lembata.

“Kalau Bupati Yance tidak mundur, maka akan muncul banyak masalah; konflik sesama orang Lembata semakin banyak, konflik elite politik semakin tajam dan rakyat Lembata menjadi korban. DPRD Lembata bersama rakyat harus selamatkan Lembata. Satu-satunya cara untuk menyelamatkan Lembata adalah turunkan Bupati Yance.”

Di Rumah Rakyat Ada Kuda

Anggota Dewan Servasius Suban siap duduk dan tidur di Rumah Jabatan Bupati Lembata bersama rakyat. Petrus Bala Wukak mengatakan, pergi ke rumah jabatan itu tidak boleh dilarang karena rakyat mau menyampaikan aspirasi kepada bupati.

Pater Vande Raring SVD mengatakan, di depan Rumah Jabatan, Bupati Yance Sunur memelihara kuda. “Kuda lebih berharga dari Lembaga DPRD.”

Romo Frans Amanue mengatakan, massa harus mendesak Polres untuk menghentikan proses hukum terhadap tiga anggota dewan. “Tekanan kita kepada polisi, bukan kepada bupati. Kalau polisi pintar, maka mereka bisa lihat apakah kasus ini layak untuk diproses atau tidak diproses. Kasat Reskrim Aba Mean itu sarjana hukum, bukan sekola hala (tidak sekolah); dia mengerti hukum.”

Romo Frans menduga, polisi dengan sengaja memproses kasus tiga anggota dewan tersebut. “Saya pernah nonton acara Mata Najwa di Metro TV, wawancara dengan seorang terpidana. Terpidana ini mengaku bahwa polisi minta uang ratusan juta agar kasusnya dihentikan. Jangan-jangan kasus di Lembata ini juga seperti itu.”

Bupati Tukang Janji

Mantan Kepala Desa Atawolo Antonius Plea Roning dalam orasinya di depan Gedung DPRD Lembata mengatakan, rakyat Lembata harus bangkit dan menumbangkan Bupati Yance Sunur. Bupati Yance selama ini lebih banyak melakukan perjalanan keluar daerah yang dibungkus sebagai perjalanan dinas dan tidak betah tinggal di Lewoleba. Bupati Yance Sunur lebih suka  pesiar dan pesta ria di luar untuk menghabiskan uang daerah.

“Bupati Yance Sunur hanya janji-janji saja, seperti  bangun jalan dan infrastruktur, hanya  mimpi belaka. Dia hanya habiskan dana untuk pesiar dan pesta ria di mana-mana. Kita harus tumbangkan dia,” katanya.

Lembata Hancur

Ketua Sementara Ferdinandus Koda mengatakan, ia merasa malu ketika sampai di Kupang dan Jakarta, orang selalu membicarakan Lembata. Lembata yang sangat hancur. Bahkan Ketua Umum PDIP Megawati Sukarno Putri dalam rapat partai mengatakan, jangan seperti di Lembata.

Menanggapi hal tersebut, Romo Frans Amanue menyampaikan kepada Ketua Sementara DPRD Lembata Ferdinandus Koda agar meneruskan kepada Megawati bahwa yang membuat rusak Lembata adalah kader PDI Perjuangan yang dulu tinggal di Bekasi dan kini menjadi Bupati Lembata dengan nama lengkap Eliaser Yentji Sunur.

Bubarkan Massa

Massa sudah sepakat untuk tidur di DPRD tapi tiba-tiba dibubarkan oleh polisi. Kapolres Lembata AKBP Wresni Satya Nugroho sekitar pukul 18.30 Wita  datang bersama anggotanya untuk membubarkan massa.

Massa yang berjumlah kurang lebih 50  orang yang sudah membentangkan  terpal di depan Gedung DPRD terpaksa harus bubar. Sementara ratusan massa yang kembali untuk makan di rumah Anggota Dewan Fransiskus  Limawai tidak menyangka kalau polisi membubarkan massa yang bertahan di DPRD.

Koordinator Lapangan Ali Kedang mengatakan, massa terpaksa harus bubar karena takut bentrok dengan polisi, apalagi jumlah massa yang masih bertahan di Gedung DPRD sekitar 50 orang sementara jumlah anggota polisi lebih banyak.

“Namun demo tetap dilanjutkan Kamis (30/10).  Massa yang datang hari Rabu (29/10) sekitar  250 dari beberapa desa di Kecamatan Atadei. Demo pada hari berikutnya, Kamis (30/10) akan menghadirkan ribuan massa dari berbagai kecamatan di seluruh Lembata,” ujarnya. 
Sumber: aventsaur.wordpress.com, 4 November 2014
Ket foto: Eliaser Yentji Sunur
SEBARKAN ARTIKEL INI :

0 komentar:

Silahkan berkomentar

Tuliskan apa pendapatmu...!

 
Didukung : Creating Website | MFILES
Copyright © 2015. Ansel Deri - All Rights Reserved
Thanks to KORAN MIGRAN
Proudly powered by Blogger