PATER Vande Raring, SVD menyebut-nyebut Rumah Jabatan
(Rujab) Bupati Lembata sebagai tempat kejadian perkara (TKP) kasus pembunuhan
Lorensius Wadu, 8 Juni 2013 silam.
"Ada kemungkinan
Lorens Wadu dihabisi di Rumah Jabatan Bupati Lembata," ujar Vande Raring sambil
mengacung-acungkan tangannya menunjuk Rujab Bupati Lembata di Lewoleba.
Vande Raring
melontarkan pernyataan tersebut ketika melakukan orasi dalam unjuk rasa
mengenang kematian Lorens Wadu dua tahun silam. Unjuk rasa itu berlangsung di
samping kiri Rujab Bupati Lembata, persis di depan Kantor Bupati Lama, Senin
(8/6/2015) petang.
Selain Vande Raring,
orasi itu dilakukan secara bergilir oleh lima orator lainnya, yakni Ali Kedang,
Aleks Murin, Romo Willy Ola Baga, Pr (Pastor Paroki Sta. Maria Benneaux
Lewoleba), Simon Lake Odel dan Silvester Wutun, teman dekat Lorens Wadu.
Vande Raring
menyebutkan, sudah genap dua tahun, yakni 8 Juni 2013-8 Juni 2015, Lorens Wadu
meregang nyawa di tanah Lembata. Namun dalam rentang waktu tersebut, belum
semua oknum yang diduga terlibat dalam kasus tersebut diproses secara hukum.
Ada empat oknum sudah mendekam di balik jeruji besi dan telah berstatus sebagai
narapidana, tapi ada pula yang masih berkeliaran. Bahkan, ada oknum tertentu yang
hingga saat ini belum disentuh oleh hukum.
Dari hasil
investigasi yang dilakukan Forum Penyelamat Lewotanah Lembata (FP2L), kata
Vande Raring, jasad Lorens Wadu yang ditemukan di kebun pisang, kemungkinan
dibunuh di Rujab Bupati Lembata. Ironisnya, sampai saat ini aparat kepolisian
belum berhasil mengungkap hal itu.
Ia juga menyebutkan,
Romo Yermi, salah satu pastor di Lewoleba, telah dimintai keterangan oleh
penyidik tentang kasus tersebut. Kepada penyidik, kata Vande Raring, Romo Yermi
telah menyebutkan beberapa oknum yang diduga terlibat dalam kasus itu.
Aleks Murin dalam orasinya melontarkan
pernyataan kritis tentang kasus yang merenggut nyawa Lorens Wadu. Ia
membeberkan rangkaian proses hukum yang menurutnya tidak dilakukan secara
optimal oleh aparat penegak hukum di daerah itu.
Ia mengatakan, ada sejumlah kejanggalan yang
terkuak dari proses penanganan kasus itu. Handphone (Hp) milik korban,
misalnya, hingga kini tidak diketahui rimbanya. Nomor Hp yang dipunyai korban
juga sudah raib entah ke mana.
Selain itu, tandas Alex Murin, pakaian yang
dikenakan korban tidak diketahui lagi. Sementara hasil investigasi FP2L
menyebutkan sebelum korban ditemukan telah meregang nyawa, ada pertemuan di
rumah jabatan bupati Lembata. Ada juga video terkait kasus itu, namun ia tidak
memperlihatkan video tersebut.
Ia menyatakan dirinya bersama FP2L akan
membantu aparat kepolisian mengungkap tuntas kasus tersebut. Ia juga memberi
apresiasi kepada aparat penegak hukum, karena tiga oknum yang diduga turut
terlibat dalam kasus itu kini diproses kembali. Tiga oknum itu, yakni DW, BR
dan TR.
Kapolres Lembata, AKBP Wresni HS Nugroho, S.T
mengatakan, pihaknya sedang memeriksa sejumlah saksi yang terkait dengan kasus
tersebut.
"Proses hukum kasus ini jalan terus.
Baru-baru ini penyidik mengambil keterangan saksi Romo Yermi. Keterangan saksi
itu akan terus didalami guna dilakukan pengembangan," ujar Kapolres
Wresni, Senin (8/6/2015) petang.
Disaksikan Pos Kupang, aksi damai itu
berlangsung aman dan tertib. Sejumlah warga ikut dalam aksi tersebut. Beberapa
pedagang dari Pasar Pada dan warga lainnya hadir dalam aksi itu. Terlihat pula
sejumlah biarawati dan anggota DPRD Lembata.
Sumber: Poskupang.com, 9 Juni 2015
Ket foto: Pater Vande Raring, SVD sedang menunjuk rumah jabatan Bupati Lembata
sebagai lokasi pembunuhan Lorens Wadu, saat berorasi dalam aksi demo, Senin
(8/6/2015).
0 komentar:
Silahkan berkomentar
Tuliskan apa pendapatmu...!