BEN ANDERSON memiliki kisah tersendiri
ketika tinggal di Indonesia. Pada 1963, Indonesianis asal Universitas Cornell,
Amerika Serikat, pergi ke kios barang loak di sekitaran Jalan Surabaya,
Jakarta. Matanya tertuju pada sebuah buku berjudul 'Indonesia Dalam Api dan
Bara' terbitan Malang tahun 1947.
Dalam buku tersebut
tertulis nama pengarangnya, 'Tjamboek Berdoeri', dengan kata pengantar yang
ditulis seseorang pria keturunan Tionghoa bernama Kwee Thiam Tjing. Ben yang
tertarik pada buku itu, tidak tahu jika penulis pengantar ternyata adalah si
penulis buku itu sendiri.
Ben kemudian
mencari tahu soal penulis buku yang ditulis dalam bahasa Melayu Tionghoa, yang
menceritakan bagaimana sejarah dinamika sosial politik masyarakat Malang, Jawa
Timur pada masa revolusi dan kritik sosial itu.
Kwee Hing Sian,
anak dari Kwee Thiam Tjing, mengatakan usaha pencarian Ben baru menemukan titik
terang pada 2001. Saat itu, tim peneliti berhasil mewawancarai sahabat Kwee Thiam Tjing di Malang. Akhirnya,
terungkap jika sosok 'Tjamboek Berdoeri' adalah Kwee Thian Tjing.
Menurut dia, pada
2007 Ben menemui seorang dokter bernama Lim, di Jakarta. Kepada Lim, Ben
bercerita soal pencariannya mengungkap sosok Tjamboek Berdoeri dan menyesalkan
tak ada penerus dari Kwee Thiam Tjing.
“Dokter Lim bilang
kenal dengan cucunya. Yang dimaksud itu saya. Akhirnya Ben diantar ke Rumah
saya, di Cinere. Kemudian dia bercerita sudah 40 tahun lebih penasaran dengan
Tjamboek Berdoeri,” kata Kwee Hing Sian saat dihubungi, Ahad 13 Desember 2015.
Menurut Kwee Hing
Sian, meski berdarah Inggris, Ben memiliki perhatian lebih terhadap Indonesia.
“Dia sangat peduli dengan keadaan Indonesia. Kalau menurut saya, buat apa dia
yang seorang profesor di Inggris begitu cintanya dengan indonesia, kepada buku
itu, kepada ayah saya. Dalam Api dan Bara,” kata Kwee Hing Sian.
Sejak itu, Ben
sering mengunjunginya jika kembali ke Indonesia. Pada saat Ben memberikan
kuliah umum di Universitas Indonesia pada Kamis kemarin, Kwee Hing Sian sempat
menghubungi Ben.
“Waktu saya
telepon, dia sedang di Airport dalam perjalanan ke Surabaya. Dia mengatakan ke
Oma akan mengunjungi kami nanti tanggal 15 Desember,” ujarnya.
Kwee Hing Sian tak
menyangka jika itu komunikasi terakhirnya dengan Ben. Indonesianis itu
meninggal pada Ahad dinihari 13 Desember 2015 pada usia 79 tahun di Kota Batu.
Saat ini jenazah Anderson sedang disemayamkan di Rumah Duka Adi Jasa, Jalan
Demak, Surabaya.
Sumber: Tempo.co, 13 Desember 2015
Ket foto: Ben Anderson, Indonesianis
asal Universitas Cornell, Amerika Serikat
0 komentar:
Silahkan berkomentar
Tuliskan apa pendapatmu...!