BUPATI Lembata, Yance Sunur membantah
jika dirinya disebut-sebut terlibat dalam pembunuhan Mantan Kepala Dinas
Lembata, Lorens Wadu. Bantahan ini disampaikannya, saat dihubungi melalui
telepon selular, Kamis 31 Desember 2015 terkait namanya disebut terlibat dalam
kasus itu.
Menurut Yance, dia
tidak tahu apa-apa tentang kasus pembunuhan yang menewaskan ayah lima anak itu.
“Saya tidak
terlibat karena saya juga tidak tahu apa-apa tentang kasus itu,” katanya.
Bantahan Bupati
Lembata, Yance Sunur ini mengundang reaksi dari salah satu pengacara asal
Lembata, Ahmad Bumi. Dia mendesak agar aparat kepolisian segera mengusut tuntas
kasus ini.
Sesuai pernyataan
terpidana, Marsel Suban Welan yang menyatakan bahwa Bupati Lembata terlibat
dalam pembunuhan, menurut Ahmad, hal itu merupakan petunjuk baru yang harus
segera diusut oleh polisi dalam mengungkap siapa aktor intelektual pembunuh
Lorens Wadu.
“Keterangan Marsel
ini merupakan petunjuk baru. Karena keterangannya ini secara terang-terangan.
Olehnya, untuk membuktikannya polisi perlu selidiki karena jika diusut, saya
yakin akan terungkap aktor intelektualnya dan saya yakin Marsel tau banyak
tentang siapa saja dibalik kasus ini,” ujarnya.
Jika polisi mau
menuntaskan kasus ini, menurut dia, polisi perlu mengusut terkait bukti rekaman
video milik oknum polisi, Irwansyah yang pernah ditonton oleh saksi, Surwa
Uran. Karena, dalam rekaman itu, Tempat Kejadian Perkara (TKP) bukan di kebun
tetapi di rumah jabatan bupati.
“Saya minta polisi
bekerja secara profesional dalam mengungkap kasus ini. karena dalam video itu
TKP nya di rujab bupati. Jika saksi-saksi ini diperiksa maka kasus ini akan
terbongkar dan ketahuan siapa dibalik kasus ini,” tandasnya.
Sementara itu, anak
kandung korban, Pace Wadu ketika dihubungi via telepon seluler, Kamis 31
Desember 2015 mengatakan, polisi dalam hal ini Polres Lembata sudah merekayasa
TKP ayahnya dihabisi.
Karena menurutnya,
saat ayahnya ditemukan meninggal dunia, kondisi pondok serta semua alat
pertanian maupun kamar mandi dalam kondisi baik.
Selain itu,
keterangan polisi bahwa motif pembunuhan almahrum karena warisan, menurutnya,
tidak diyakini pihak keluarga, karena selama ini dalam keluarganya tidak pernah
ada konflik yang mempersoalkan masalah warisan.
“Saya yakin polisi
sudah merekayasa TKP ayah saya dibunuh dan kami keluarga juga tidak terima
bahwa motif pembunuhan adalah warisan,” ucapnya.
Selain itu, dia
juga mempertanyakan hasil print out telepon genggam milik korban yang selama
ini tidak dimunculkan dalam persidangan. Padahal terkait hasil print out Itu,
pihak keluarga sudah menyurati Kapolda NTT, Kejaksaan Tinggi dan Kapolres
Lembata agar hasil itu bisa dikatahui pihak keluarga. Namun, hingga saat ini
pihak polisi belum menyanggupi permintaan itu.
“Polisi hanya kasih
jumlah nomor ayah saya tetapi tidak ada hasil print outnya. Karena dari hasil
print out itu, polisi bisa melacak siapa orang-orang yang berkomunikasi dengan
korban,” katanya.
Dirinya yakin, adik
kandung korban, Vinsen Wadu dan pelaku-pelaku lain yang saat ini sudah diproses
hanya menjadi suruhan oknum tertentu yang merupakan aktor pembunuhan ayahnya.
Ia juga meminta
agar berkas kasus ketiga tersangka lain yang kini telah ditetapkan sebagai tersangka
yakni, Dion, Mence dan Tolis segera disidangkan. Karena terkait ketiga
tersangka itu, saat ini keluarga tidak lagi mendapatkan SP2HP dari penyidik
Polres Lembata.
“Mereka itu hanya
suruhan dan saya yakin ada aktor lain dibalik pembunuhan berencana ini,”
tegasnya.
Dia mengharapkan,
Kapolda NTT, Brigjen Pol Endang Sunjaya, agar dapat menepati janjinya untuk
mengusut tuntas siapa aktor intelektual pembunuh ayahnya. (*Amar Ola Keda)
Sumber: zonalinenews.com, 31 Desember 2015
Ket foto: Bupati Lembata dan Alm Lorens
Wadu
0 komentar:
Silahkan berkomentar
Tuliskan apa pendapatmu...!