KEPOLISIAN Daerah
(Polda) Nusa Tenggara Timur (NTT) berjanji akan mendukung perjuangan aktivis
Forum Penyelamat Lewotanah Lembata (FP2L) dalam mengungkap aktor intelektual
pembunuh mantan Kepala Dinas Perhubungan Lembata, Lorensius Wadu yang diduga
melibatkan Bupati Lembata, Yance Sunur.
"Polda NTT selalu
bersikap profesional dan siap mendukung FP2L terkait dugaan keterlibatan Bupati
dalam kasus pembunuhan, asalkan punya alat bukti yang kuat,” kata Kapolda NTT,
Brigjen Pol E. Widyo Sunaryo, melalui Kabid Humas Polda NTT, AKBP Julest
Abraham Abast, di Kupang, Senin, (18/1).
Julest mengatakan,
pengakuan terpidana, Marsel Suban Welan bahwa Bupati Yance Sunur terlibat dalam
pembunuhan Lorens Wadu bukan pernyataan resmi, karena pernyataan itu tidak
diungkapkan dalam fakta persidangan.
Meski demikian,
Polda NTT akan segera berkoordinasi dengan pihak Polres Lembata guna membahas
informasi tersebut agar segera mengungkap siapa otak pembunuhan sebenarnya.
Bahkan, Polda NTT dengan tangan terbuka siap menerima dan mendengar pengaduan
para aktivis FP2L jika kelak FP2L mendatangi Polda NTT.
Menurutnya, untuk
membuktikan pernyataan Suban Welan, polisi harus memiliki alat bukti yang kuat
terkait keterlibatan Yance Sunur.
“Polisi sebagai
penyidik bekerja sesuai pasal 184 KUHP tentang alat bukti yang sah. Tidak
mungkin polisi menetapkan orang sebagai tersangka tanpa ada alat bukti, minimal
penyidik memiliki dua alat bukti yang kuat,” katanya.
Dia mengimbau agar
Polres Lembata dalam mengusut kasus ini harus bersikap profesional dan
mengedepankan fakta-fakta yang ada.
“Walaupun selalu
ditekan publik, saya harap Kapolres Lembata tetap profesional. Jika orang itu
terlibat harus diproses tanpa memandang jabatan dan kedudukannya,” ujar Julest.
Bupati Diduga
Terlibat
Secara terpisah,
aktivis FP2L yang juga rohaniwan Katolik, Pater Vande Raring, SVD, saat
dihubungi via telepon dari Lewoleba, mengatakan, bukti-bukti yang mengarah
adanya dugaan keterlibatan Bupati, Yance Sunur sudah sangat jelas, di
antaranya, keterlibatan sopir pribadi bupati, Omi Wuwur yang berperan
menyiramkan air panas ke tubuh korban dan menggunakan mobil merah milik bupati
untuk mengangkat korban.
Selain itu, setiap
kali ada pemeriksaan tersangka, penyidik Polres Lembata menyerahkan hasil
pemeriksaannya ke bupati untuk didengarkan.
“Dugaan
keterlibatan bupati sudah jelas. Apa hubungan hasil pemeriksaan dengan bupati
sehingga bupati harus diberikan rekaman hasil pemeriksaan?” kata Pater Vande.
Polres Lembata,
menurut Pater Vande, tidak bekerja profesional dan terkesan melindungi aktor
pembunuhan keji itu.
Selain itu, dalam
kasus ini diduga kuat ada keterlibatan oknum polisi di Polres Lembata. Karena
menurut pengakuan tersangka lainnya dalam persidangan, bahwa dalam video
rekaman yang ditonton Surwa Uran itu ada tiga oknum polisi yang ikut menggotong
mayat korban.
Ketiga oknum polisi
itu, yakni Irwansyah dan dua lainnya yang bertubuh tegap. Ironisnya,
keterlibatan oknum polisi, Irwansyah yang saat itu diungkapkan dalam sidang itu
hingga kini didiamkan Polres Lembata.
Menurutnya, untuk
mengungkap keterlibatan bupati, polisi harus segera memeriksa tersangka lainnya
yakni, Tolif Ulin, mantan anggota DPR Lembata, Bence Ruing, PNS di Lembata dan
anak kandung korban, Dion Wadu.
Nama ketiga
tersangka ini telah terungkap dalam persidangan bahkan sudah dilakukan gelar
perkara oleh Polda NTT dan Kejati NTT. Namun, hingga saat ini proses hukum
ketiga tersangka ini tidak berjalan.
“Jika polisi
memeriksa ketiganya maka keterlibatan Bupati akan terungkap,” ujarnya.
Pengakuan
terpidana, Marsel Suban Welan ini menurutnya sebagai novum baru, karena Marsel
merasa kecewa terhadap penyidik Polres Lembata yang tidak memproses hukum tiga
tersangka lainnya yang dia ungkapkan dalam persidangan.
“Keempat terpidana
itu merupakan korban dari ketidakadilan hukum di negeri ini. Apa yang merupakan fakta dalam persidangan
tetapi masih ditutup-tutupi,”ujarnya.
Pater Vande,
mengharapkan agar Kapolda NTT, Brigjen Pol E. Widyo Sunaryo, yang baru bertugas
di NTT, dapat memberikan harapan baru kepada masyarakat Lembata NTT, untuk menindaklanjut janji mantan Kapolda NTT,
Brigjen Pol Endang Sunjaya untuk menuntaskan kasus pembunuhan di Lembata.
“Kami juga berharap
bapak Kapolri di Jakarta agar tolong memperhatikan perkembangan penanganan
proses kasus pembunuhan di Kabupaten Lembata,” tambahnya.
Sebelumnya, Bupati
Lembata, Yance Sunur saat dikonfirmasi wartawan terkait dugaan keterlibatannya
dalam kasus tersebut, membantah tudingan itu. Menurut Yance, dirinya tidak
terlibat dalam kasus pembunuhan itu. [158/L-8]
Sumber:
beritasatu.com, 18 Januari 2016
Ket foto: Alm.
Lorens Wadu dan Bupati Eliaser Yentji Sunur
Sumber foto:
google.co.id
0 komentar:
Silahkan berkomentar
Tuliskan apa pendapatmu...!