ANGGOTA DPR RI, Honing Sanny menyatakan kesiapannya untuk
maju menjadi kandidat Gubernur NTT menggantikan Frans Lebu Raya. Dia memilih
jalur independen untuk mewujudkan mimpinya memimpin NTT.
“Saya serius. Saya
siap maju menjadi caon gubernur NTT dari jalur perseorangan atau independen.
Tekad saya sudah bulat untuk maju,” tandasnya kepada aksiterkini.com seusai
Diskusi Kampung di Oring Titen milik M. Sidhu Batafor, di Lewoleba, tadi malam.
Dalam diskusi
bertajuk NTT Bersih, Honing berkali-kali menegaskan pentingnya menciptakan NTT
besih dari praktek korupsi, kolusi dan nepotisme.
“Untuk menciptakan
NTT bersih harus dimulai dari Pilkada yang tidak banyak ongkos. Apa yang
dilakukan Ahok di Jakarta, menginspirasi banyak orang, bahwa ternyata melalui
jalur independen ongkosnya jauh lebih murah daripada melalui partai politik.
Teman-teman di daerah menjadi pengurus partai politik, tapi saat Pilkada,
semuanya diatur dari Jakarta,” ucap mantan politisi PDI Perjuangan ini.
Dia mengaku tidak
punya banyak duit untuk beli suara
agar terpilih menjadi orang nomor di NTT. “Akan tetapi, uang tidak boleh
menjadi penghalang bagi kita untuk berbuat yang terbaik bagi daerah ini. Jika
kita mampu menekan biaya politik, maka korupsi bisa kita tekan juga. NTT
sekarang ini urutan 4 daerah terkorup di Indonesia. Kalau bisa kita tekan
sampai urutan 15 saja sudah bagus,” kata dia.
Dia tidak kaget
melihat kondisi ruas jalan yang buruk di daratan Flores dan Lembata. “Biaya
yang dipakai untuk mengerjakan jalan, palingan 50%. Karena 11 % untuk bayar
pajak, fee over head kontraktor
pelaksana 15 %, fee pejabat sekian
lagi, ya palingan sisa 50% untuk kerja, maka mutu jalannya ya seperti itu,”
ungkap Honing.
Para peserta
diskusi yang kebanyakan aktivis dan pengurus teras partai politik tampak
mengapresiasi kesiapan Honing Sani untuk maju menjadi calon Gubernur NTT.
Hanny Chandra,
Ketua DPC Partai Perindo Kabupaten Lembata, misalnya, menuturkan pengalamannya
mendaftar di partai politik untuk Pilkada Lembata 2017.
“Tapi kita diminta
harus bayar sekian juta. Nah, belum jadi juga sudah minta bayar. Bagaimana mau
Lembata bersih kalau sudah ada pengeluaran sebelum jadi calon. Nanti kalau jadi
calon, harus setor lagi sekian miliar untuk calon bupati. Ini kan membuat
pemimpin terpilih nantinya akan melakukan korusi,” tandanya.
Honing
mengungkapkan bahwa hampir semua partai politik mematok angka mahar tertentu
dalam mengeluarkan surat dukungan pencalonan.
“Hitung-hitung,
yang paling murah adalah jalur independen. Sehingga saya memilih jalur
independen atau perseorangan saja,” tegasnya, disambut tepuk tangan peserta
diskusi. (fre)
Sumber: aksiterkini.com, 5 Mei 2016
Ket foto: Honing Sanny
0 komentar:
Silahkan berkomentar
Tuliskan apa pendapatmu...!