Headlines News :
Home » » Chairman TdF, Primus Dorimulu: Tour de Flores Mengangkat Pariwisata NTT

Chairman TdF, Primus Dorimulu: Tour de Flores Mengangkat Pariwisata NTT

Written By ansel-boto.blogspot.com on Saturday, July 01, 2017 | 8:12 AM

UNTUK kedua kalinya, Tour de Flores (TdF) digelar. Tahun ini, event balap sepeda internasional itu akan diadakan 14-19 Juli. Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) telah menetapkan TdF sebagai kegiatan tahunan. Itu artinya, setiap tahun akan ada lomba balap sepeda bertaraf internasional.

TdF kedua akan diikuti 20 tim, terdiri atas 16 tim dari luar negeri dan empat tim domestik. Semua tim berada pada level pembalap kelas dunia.

Untuk mengetahui penyelenggaraan TdF 2017, berikut wawancara dengan Chairman TdF, Primus Dorimulu.

Berapa lama lomba balap sepeda TdF 2017?
TdF digelar selama enam hari, 14-19 Juli 2017, menempuh rute sepanjang 721,6 km yang terbagi dalam enam etape. Etape pertama, Larantuka-Maumere dengan jarak tempuh 138,5 km; etape kedua, Maumere-Ende (141,3 km); etape ketiga, Ende-Mbay (111 km); etape keempat, Mbay-Borong (151 km); etape kelima yang merupakan etape terpendek, yakni Borong-Ruteng (58 km); serta etape keenam atau etape terakhir, Ruteng-Labuan Bajo (121,5 km).

Berapa tim yang akan berlaga?
TdF akan diikuti 20 tim, terdiri atas 16 tim luar negeri dan empat tim dalam negeri. Semua atlet yang tergabung dalam 20 tim itu adalah peseda bertaraf internasional. Peserta dari luar negeri, antara lain berasal dari Inggris, Uni Eropa, Afrika, Jepang, Korsel, RRT, Australia, Thailand, dan Malaysia. Sekitar 50 persen tim yang tahun lalu mengikuti TdF, kini bertarung lagi.

Sepeda yang digenjot para atlet kelas dunia ini bisa melaju hingga 80 km per jam di jalan datar. Pada jalan menurun, kecepatan sepeda para pembalap menembus 90 km per jam.

Apa pentingnya TdF bagi pariwisata Flores, NTT?
Labuan Bajo sudah ditetapkan pemerintah pada akhir 2015 sebagai satu dari 10 destinasi prioritas di Indonesia selain Bali. Sejak lama, turis asing hanya mengenal Bali. Umumnya orang asing lebih tahu Bali daripada Indonesia. Ketika kita mengatakan dari Indonesia, mereka bertanya,"Which part of Bali is Indonesia?" Pariwisata Indonesia tergantung Bali. Ini harus segera diakhiri dengan solusi konkret.

Indonesia terdiri atas 34 provinsi. Jika pariwisata di semua provinsi dibangun serentak, efektivitas akan minim. Karena itu, pemerintah menetapkan 10 destinasi prioritas. Ke-10 destinasi prioritas itu adalah Borobudur, Mandalika (Nusa Tenggara Barat), Labuan Bajo (Nusa Tenggara Timur), Bromo-Tengger-Semeru (Jawa Timur), Kepulauan Seribu (Jakarta), Toba (Sumatera Utara), Wakatobi (Sulawesi Tenggara), Tanjung Lesung (Banten), Morotai (Maluku Utara), dan Tanjung Kelayang (Belitung).

Labuan Bajo terletak di bagian barat Flores, satu dari tiga pulau besar di NTT. Sejak era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, NTT ditetapkan sebagai provinsi pariwisata, selain sentra ternak sapi. Presiden Jokowi membuat penajaman agar pariwisata mengalami akselerasi.

Pilihan jatuh ke Labuan Bajo karena daerah ini adalah pintu gerbang menuju Komodo National Park, Taman Wisata Nasional Komodo. Di kawasan yang terdiri atas 150 pulau ini terdapat biawak komodo (Varanus komodoensis), binatang purba yang masih hidup. Pulau Komodo sudah cukup dikenal di dunia sebagai salah satu dari tujuh keajaiban warisan alam yang ada di dunia. Komodo menjadi daya pikat wisatawan, baik wisatawan mancanegara (wisman) maupun wisatawan Nusantara (wisnus).

Labuan Bajo adalah gateway menuju Taman Nasional Komodo?
Kawasan Komodo adalah bagian dari wilayah Kabupaten Manggarai Barat dan Labuan Bajo adalah ibu kotanya. Jarak paling dekat ke Pulau Komodo ditempuh dari Labuan Bajo. Daya tarik Taman Nasional Komodo bukan hanya biawak komodo, tetapi seluruh perairan seluas 173.000 hektare.

Para pelancong tidak hanya melihat biawak komodo yang hidup di Pulau Rinca dan Pulau Komodo, melainkan juga pemandangan laut yang indah dengan air yang jernih dan masih alamiah. Pada sore hari, ribuan kelelawar beterbangan di sebuah pulau kecil dekat Pulau Rinca. Wisatawan juga bisa melakukan snorkeling, diving, atau sekadar bermain di pasir berwarna.

Labuan Bajo semestinya juga menjadi gateway menuju daratan Flores dan ratusan pulau yang ada di utara dan timur Flores. Pulau ini kaya akan wisata alam dan budaya. Ada danau tiga warna Kelimutu di Ende, Danau Taratai Raksasa di Pota, Manggarai Timur, tempat bermain ikan paus di Flores Timur, taman laut di Riung, Ngada, taman laut di Teluk Maumere, perkampungan tradisional Bena di Ngada, dan masih banyak lagi. Setiap kabupaten di Flores juga memiliki tenun ikat khas.

Lalu, apa kaitannya dengan TdF?
Dengan TdF, dunia diajak untuk melihat Flores secara keseluruhan. Flores yang kaya akan objek wisata alam dan budaya. Labuan Bajo bukan hanya gateway menuju Komodo Natonal Park untuk wisata laut, tetapi juga ke Flores mainland, ke wilayah daratan dan perairan Flores lainnya.

Mengapa harus TdF?
TdF adalah sport tourism, event olahraga yang dimaksudkan untuk mempromosikan potensi wisata Flores. Banyak cara untuk promosi wisata, antara lain menyampaikan informasi lewat media konvensional dan media sosial, roadshow untuk menjelaskan potensi wisata, menyebarkan brosur, dan banyak lagi. Tetapi, salah satu cara terbaik adalah menggelar event yang menarik minat publik. Event musik dan olahraga terbukti efektif. Itu sebabnya, music tourism dan sport tourism dimanfaatkan berbagai negara sebagai ajang promosi wisata.

Tahun ini, Tour de France memasuki tahun ke-104. Digelar pertama kali 1 Juli 1903, pengunjung Tour de France terus bertambah dari tahun ke tahun. Pada tahun 2016, lomba balap sepeda internasional ini disaksikan langsung oleh sedikitnya 11 juta orang. Mereka datang dari berbagai negara dan berdiri di sepanjang lintasan yang dilewati pembalap.

Ketika TdF digelar, Tour de France pun sedang berlangsung, yakni 1 hingga 21 Juli 2017. Berawal dari Dulsserdorf, Jerman, lomba berakhir di Paris, 23 Juli, melewati Belgia dan Luksemburg. Panjang lintasan lomba 3.540 km, terbagi dalam 21 etape. Setiap tahun, negara yang dilintasi berubah-ubah. Pada tahun 2016, Tour de France melewati Swiss, Andora, Spanyol, dan Prancis.

TdF bertujuan membetot perhatian dunia bahwa Flores dan wilayah lain di NTT adalah destinasi wisata yang menarik. Lewat event besar seperti TdF, Flores menjadi berita. TdF tercatat di kalender Union Cycliste Nasionale (UCI), sebuah organisasi internasional di bidang lomba sepeda profesional. Jika pada cabang sepakbola profesional ada FIFA, olahraga sepeda internasional memiliki UCI. Atlet dan semua orang di dunia bisa membaca jadwal itu dan menemukan nama "Tour de Flores" di kalender UCI.

Para atlet sepeda yang bertarung TdF datang dari berbagai negara. Mereka adalah profesional yang mendapat sertifikat dari UCI. Semua lomba sepeda yang dijadwalkan UCI diawasi langsung oleh organisasi internasional itu. Pada saat lomba, UCI mengirimkan commissarie atau wasit untuk memastikan bahwa lomba berjalan sesuai standar UCI.

Event besar seperti balap sepeda internasional menarik minat media massa dari berbagai wilayah di Indonesia dan juga dunia. Pada 2016, Tour de France diliput oleh lebih dari 2.000 wartawan dari 190 negara. Para jurnalis itu berasal dari 347 media, di antaranya 87 stasiun televisi dan 68 radio. Inilah yang disebut media values yang nilainya 10 kali lipat biaya event itu sendiri.

TdF 2016 diliput oleh media dalam dan luar negeri. Ada wartawan dari Uni Eropa dan Jepang. Media nasional berbahasa Inggris, seperti Jakarta Post dan jakartaglobe.id ikut meliput. Puluhan wartawan media cetak, radio, televisi, dan media dalam jaringan (daring/online) meliput acara TdF.

Tiada pariwisata tanpa promosi. Sehebat, secantik, seindah, se-eksotis apa pun sebuah destinasi, tanpa dipromosikan, tanpa dikemas, dan tanpa disebar-luaskan informasinya lewat media massa, para wisatawan tak akan tahu. Inilah kelemahan utama pariwisata Indonesia.

Pembalap sepeda beradu cepat pada etape ketiga Tour de Flores 2016 dengan rute Ende-Bajawa.

Tetapi, kenapa acara ini mahal dan pemda harus ikut membiayai?
TdF mengangkat nama Flores, NTT, masuk radar dunia. Berita mengenai TdF 2016 menjadi trending topic di media sosial nasional selama lima hari. Dari tahun ke tahun, pemberitaan mengenai TdF diharapkan semakin luas. Acara ini mahal karena biaya tiket pesawat para atlet, wasit, dan tenaga teknis. Acara ini juga mahal karena ada biaya hotel, transportasi darat, hadiah, dan sejumlah pos pengeluaran lainnya.

Promosi adalah investasi, sedangkan pariwisata adalah komoditas. Adalah keliru jika ada pihak yang berpandangan bahwa promosi adalah kegiatan mubazir, hanya membuang-buang uang, tenaga, dan waktu. Sebagai komoditas, pariwisata harus dipromosikan. Tanpa promosi, seindah apa pun suatu daerah, wisatawan tak akan melirik.

Acara besar seperti TdF membutuhkan dana yang cukup besar. Namun manfaat yang diperoleh dari lomba balap sepeda internasional ini jauh lebih besar besar. Setiap event yang diberitakan luas seperti TdF mendapatkan media values yang sangat besar. Jika biaya sebuah event pariwisata sekitar Rp 15 miliar, media values bisa lebih dari 10 kali.

Pemda harus ikut membiayai karena, pertama, TdF adalah event Pemerintah Provinsi NTT. Sedangkan kami, Yayasan Alumni Seminari Mataloko (Alsemat) adalah event organizer (EO) yang membantu suksesnya acara ini.

Kedua, dana sponsor belum cukup untuk menutup biaya TdF. Masih dibutuhkan waktu lama untuk bisa menarik minat sponsor yang lebih banyak.

Tahun depan, 2018, Indonesia menjadi tuan rumah Asian Games. Ada dana sponsor, yang masih terus dicari. Tetapi, pemerintah menyediakan dana Rp 4,5 triliun. Dari jumlah itu, dana sebesar Rp 1,5 triliun sudah digelontorkan.

Jadi, pada tahap awal, pemerintah daerah ikut membiayai, karena TdF belum memiliki daya tarik yang cukup untuk mendapatkan sponsor dalam jumlah yang bisa menutup biaya penyelenggaraan lomba. Namun, seiring perjalanan waktu, publikasi yang luas dan kemajuan pariwisata di Flores, TdF diharapkan menarik minat sponsor dan kontribusi pemda perlahan menurun. Arahnya memang ke sana.

Apakah semua kegiatan TdF tahun 2016 dan 2017 dibiayai pemda?
Tidak. Kementerian Pariwisata juga memberikan kontribusi, khususnya untuk iklan promosi event TdF. Pemprov NTT juga mengalokasikan dana bagi TdF yang jumlahnya lebih besar dari rata-rata kontribusi setiap pemda. EO juga ikut membiayai dengan dana dari sponsor dan pada fase persiapan hingga pelaksanaan mengeluarkan dana talangan.

Berapa besar kontribusi setiap pemda pada TdF 2016 dan 2017?
TdF 2016 berawal dari Larantuka, Flores Timur, dan berakhir di Labuan Bajo, Manggarai Barat. Para atlet melewati Maumere (Sikka), Ende (Ende), Bajawa (Ngada), dan Ruteng (Manggarai). Enam kabupaten diharapkan ikut membiayai. Tetapi, ada satu kabupaten yang hanya membiayai makan malam. Satu kabupaten lainnya hanya membiayai makan malam, acara ramah tamah, dan hotel. Sedang pengeluaran riil Pemprov NTT untuk TdF 2016 sekitar Rp 2,3 miliar.

Pada 2016, biaya riil yang dibayar setiap pemda, di luar makan malam, tidak lebih dari Rp 500 juta. Sedangkan berdasarkan bujet, kontribusi masing-masing pemda mestinya sekitar Rp 1 miliar. Kondisi ini menyebabkan EO harus menanggung sebagian besar biaya lomba, yakni membayar peralatan lomba, menyewa kapal laut untuk mengangkut peralatan lomba dan sebagian tim teknis, transportasi udara para atlet dan tim teknis, biaya transportasi lokal, dan hotel di satu kabupaten.

Dana sponsor habis terpakai, bahkan masih defisit. Pengeluaran terbesar TdF adalah biaya tiket 180 atlet dan ofisial, 18 wasit, dan 110 anggota tim teknis. Biaya besar lainnya adalah peralatan lomba, hadiah, mobil, hotel, serta honor wasit, dan tim teknis. Yayasan Alsemat sebagai EO harus menggelontorkan dana hingga Rp 6 miliar. Harapan kami, setiap pemda membayar sesuai kewajiban agar dana talangan kami bisa kembali. Namun, apa boleh buat, harapan itu tidak terpenuhi.

Namun, kami bisa memahami kondisi ini. Urusan bujet selalu menjadi diskusi alot pemda dan DPRD. Diskusi bertambah alot karena proposal TdF 2016 baru diterima pemda menjelang akhir tahun 2015, saat anggaran 2016 sudah disahkan. Di sejumlah pemda, diskusi menjadi "sangat serius" karena event TdF dipolitisasi.

Pada TdF 2017, masing-masing pemda menganggarkan Rp 1 miliar. Pemda Flotim dan Manggarai Barat sedikit lebih besar karena di dua kota ini ada acara pembukaan dan penutupan TdF. Kami mengharapkan kiranya pemda membayar sesuai kewajiban.

Kami perkirakan, pengeluaran riil masing-masing pemda di bawah Rp 1 miliar, karena peralatan lomba yang memakan biaya besar, yakni barrier, sudah bisa diproduksi di Flores.

Tahun lalu barrier, gate, dan sepeda motor untuk marshal dibawa dari Banyuwangi. EO harus menyewa kapal laut Rp 1,1 miliar.
Di berbagai event sejenis di Indonesia, EO harus menyiapkan dana talangan cukup besar karena dana sponsor dibayar setelah event. Kondisi membuat banyak EO kesulitan, tak terkecuali Yayasan Alsemat sebagai EO TdF. Ini yang tak banyak dipahami.

Ada pihak yang menilai biaya pemda untuk TdF mengganggu APBD?
Saya yakin kontribusi kabupaten di Flores untuk penyelenggaraan TdF sama sekali tidak mengganggu anggaran pendapatan dan belanja daerah (APBD). APBD tujuh kabupatan yang dilewati pembalap berkisar Rp 750 miliar hingga Rp 1 triliun. Taruhlah biaya untuk TdF per kabupaten Rp 1 miliar. Dana itu hanya 0,1 persen dari total APBD terendah. Kalau anggaran Dinas Pariwisata di kabupaten Rp 3 miliar, dana TdF setara 33 persen. Anggaran promosi pariwisata mestinya sekitar 80 persen dari total bujet Dinas Pariwisata. Dan jika pariwisata hendak dibangun, semestinya anggaran pariwisata harus lebih besar.

Perbandingan dengan Tour de Ijen atau Tour de Banyuwangi?
Di Indonesia baru tiga tur sepeda profesional yang diakui UCI, yakni Tour de Singarak yang sudah delapan tahun dan Tour de Ijen yang tahun ini memasuki tahun keenam. Jika Tour de Singkarak diselenggarakan oleh EO, Tour de Ijen diselenggarakan sendiri oleh Pemkab Banyuwangi. Semua panitia adalah orang pemda. Acara ini dibiayai dana pemda dan sponsor.

Saya pernah menghadiri undangan Bupati Banyuwangi Azwar Anas, November 2014 untuk menghadiri acara karnaval sekaligus acara thanks giving bersama dubes AS. Para tamu VIP menginap di guest house kabupaten yang kualitasnya setara hotel bintang lima.

Yang menarik, dua pembawa acara--pria dan wanita yang merupakan aparat humas pemda--berbicara dengan bahasa Inggris yang fasih. Semua penerima tamu adalah aparat pemda dari berbagai instansi. Dana untuk event juga berasal dari berbagai instansi. Bupati Azwar Anas menjelaskan kemajuan pariwisata akan membuat bahan makanan, ternak penduduk, produk industri rakyat laku. Hotel dan restoran juga ramai dikunjungi.

Hampir setiap bulan, Banyuwangi memiliki event untuk menarik minat pariwisata. Pemda membuat kalender event untuk memandu rakyat dan para pengunjung. Tidak heran, Banyuwangi maju pesat.

Apa dampak TdF bagi rakyat Flores, NTT?
TdF membawa dampak nyata bagi masyarakat setempat. Dilaksanakan pertama kali 19-24 Mei 2016, TdF berhasil menyedot perhatian publik seperti terlihat dari berita di media massa dan trending topic selama lima hari di media sosial. Tahun lalu, jumlah wisman yang mengunjungi NTT mencapai 112.433 orang, naik 15 persen dibanding tahun sebelumnya. Jumlah wisnus naik 40 persen.

Melihat kenaikan turis yang hendak ke Flores, Garuda membuka penerbangan langsung, Jakarta-Labuan Bajo. Sejumlah maskapai menambah frekuensi penerbangan ke Flores.

Pemerintah tengah mempersiapkan pembangunan marina atau terminal bagi penumpang kapal di Labuan Bajo. Pelabuhan peti kemas akan dipindahkan ke pantai lain. Salah satu calon pelabuhan peti kemas adalah Reo, sebuah kota pelabuhan di utara Kabupaten Manggarai.

Jalan raya yang dilewati para atlet diperbaiki. Tahun ini, jalan Aegela menuju Mbay, ibu kota Nagekeo, yang rusak berat diperbaiki pemerintah karena Ende-Mbay adalah etape ketiga TdF. Biaya proyek jalan ini sekitar Rp 33 miliar. Tanpa TdF, proyek ini masih tetap diberikan tanda bintang (belum bisa direalisasikan).

Pada tahun 2016, event TdF mendorong Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat dan Kementerian Perhubungan memperbaiki jalan yang hendak dilintasi atlet sepeda. Total biaya perbaikan jalan sekitar Rp 100 miliar. Jalan Trans-Utara Flores akan menjadi alternatif rute TdF kelak. Gubernur NTT Frans Lebu Raya menargetkan, pada 2019, para atlet sepeda internasional akan melintasi rute Maumere-Mbay-Reo. Setiap tahun, ada rute yang berganti agar setiap jalan rakyat di Flores dibangun pemerintah.

Lebih dari 85 persen dana pembiayaan TdF yang menjadi tanggung jawab kabupaten jatuh ke masyarakat setempat lewat pembayaran hotel, mobil dan peralatan lomba. Jika tahun lalu peralatan lomba didatangkan dari Banyuwangi, tahun ini, sudah bisa diproduksi di Mataloko, Ngada. Event ini menggunakan puluhan bus dan lebih dari 100 mobil dan 1.500 kamar hotel.

Bahan makanan di hotel dan restoran berasal dari masyarakat setempat. Perlahan, EO bekerja sama dengan sejumlah pembalap sepeda kelas dunia asal Indonesia merekrut para pemuda Flores untuk menjadi tenaga teknis lomba.

Dengan hadirnya TdF, para kepala daerah se-Flores terdorong untuk lebih bersatu. Rute balap sepeda dari timur ke barat Flores kiranya mampu meruntuhkan ego wilayah yang ada di dada setiap pemimpin kabupaten. Flores harus dibangun bersama-sama. Sebagaimana rakyat yang berdiri berjejer sepanjang jalan untuk menonton para pembalap, hendaknya para pemimpin terdorong untuk bergandengan tangan membangun Flores.

Dampak TdF bagi masyarakat setempat akan lebih besar lagi jika setiap kabupaten menyediakan suvenir, mulai dari tenun ikat, kerajinan tangan, hingga makanan. Semua barang suvenir harus dikemas rapi agar menarik dipandang dan mudah dibawa. Pada TdF pertama, suvenir sangat minim.

Masyarakat lokal akan mendapatkan dampak positif lebih besar jika hotel dan restoran dimiliki oleh masyarakat setempat. Paling tidak, masyarakat lokal pemilik tanah ikut memiliki saham hotel dan restoran yang dibangun. Tanah penduduk tidak dilepas habis, melainkan disewakan kepada pemodal besar.

Budaya lokal perlu dikemas menjadi seni pertunjukan rutin. Nyanyian dan tarian adat bisa dikelola dengan baik menjadi uang jika pemda membantu menyediakan acara malam kesenian di gedung atau lokasi kesenian. Pelancong sudah diberikan informasi bahwa pada malam tertentu ada pertunjukan kesenian lokal.

Penduduk setempat perlu didorong untuk memiliki home stay. Dengan memiliki satu kamar--dilengkapi toilet dan kamar mandi yang bersih, dan air conditioner--yang baik, pemilik homestay bisa mendapatkan Rp 150.000 per malam atau minimal Rp 3,5 juta per bulan. Jika satu orang memiliki tiga kamar, pendapatan Rp 10 juta sebulan sudah di tangan. Mengelola lahan pertanian 0,5 ha belum tentu mendapatkan uang Rp 2,5 juta sebulan.

Manfaat terbesar TdF adalah media values. Kedatangan para atlet sepeda dunia untuk bertarung di Flores akan menarik minat para jurnalis. Nilai pemberitaan biasanya lebih dari 10 kali biaya event. Pers juga akan memberitakan masyarakat Flores yang terbuka dan ramah terhadap para tamu, sebuah sikap yang sangat penting bagi kemajuan pariwisata.

Tak kenal, maka tak sayang. Flores boleh saja memiliki banyak objek wisata. Namun, tanpa promosi, objek wisata itu tetap menjadi potensi yang tidak memberikan dampak kepada masyarakat. Tanpa promosi, tidak ada pariwisata. Prancis yang sudah menempati perangkat kedua dunia sebagai negara dengan jumlah wisman terbesar pun masih terus melakukan promosi.

Apakah pariwisata cocok bagi Flores?
Bukan hanya bagi Flores, NTT, melainkan bagi semua negara. Berbagai negara di dunia berlomba menggaet wisatawan. Pada tahun 2016, AS dikunjungi 78 juta wisman dan Perancis 86 juta. Di lingkup ASEAN, turis yang ke Thailand di atas 32 juta dan ke Malaysia 27 juta.

Pariwisata bukan kegiatan eksploitatif. Daya tarik wisatawan justru pada alam yang tetap lestari, panorama yang indah, hutan, air, dan laut yang tidak tercemar. Daya tarik wisatawan justru pada pelayan hotel, restoran, toko, dan penduduk setempat yang ramah.

Tidak ada kegiatan investasi yang seramah pariwisata. Karena untuk menarik minat wisatawan, budaya setempat dilestarikan dan lingkungan dijaga agar tetap indah dan lestari. Tidak ada kegiatan investasi yang paling cepat menghasilkan seperti pariwisata. Hanya dengan modal minimal, pengusaha mampu meraup keuntungan maksimal. Kegiatan pariwisata biasanya menggerakkan ekonomi lokal.

Tidak ada satu jenis bisnis yang sehebat pariwisata. Pariwisata merupakan yang paling mudah menciptakan lapangan kerja (pro-job), mengentaskan orang miskin (pro-poor), mendorong pertumbuhan ekonomi (pro-growth), dan melestarikan lingkungan hidup (pro-environment). Pariwisata memiliki prinsip “Semakin dilestarikan, Semakin Menyejahterakan”.

Sektor pariwisata adalah sektor unggulan bagi Indonesia. Pada tahun 2017, sektor ini menyumbang 13 persen terhadap PDB nasional, naik dari 11 persen tahun sebelumnya. Devisa yang diraih dari pariwisata ditargetkan Rp 200 triliun, naik dari Rp 172 triliun tahun 2016. Saat ini, pariwisata berada di urutan keempat sektor penyumbang devisa bagi negara setelah migas, pertambangan, dan sawit. Pada masa akan datang, pariwisata akan menjadi sektor nomor satu peraih devisa.

Pada tahun 2017, tenaga kerja yang terserap di sektor pariwisata ditargetkan 12 juta, naik dari 11,8 juta tahun 2016. Sedang di Indeks Daya Saing Pariwisata Dunia, Indonesia berada di peringkat 40. Pembangunan sektor pariwisata akan dipercepat untuk mendukung pertumbuhan ekonomi nasional.

Dalam program pembangunan lima tahun ke depan, fokus pemerintah adalah sektor infrastruktur, maritim, energi, pangan, dan yang paling utama adalah pariwisata. Pariwisata ditetapkan sebagai leading sector karena dalam jangka pendek, menengah, dan panjang pertumbuhannya positif.

Pada tahun 2019, jumlah wisman ditargetkan menembus 20 juta dengan raihan devisa di atas US$ 20 miliar. Sektor ini harus mampu membuka lapangan kerja bagi 13 juta orang. Karena itu, semua pihak, khususnya pemerintah daerah, wajib mendukung pembangunan sektor pariwisata. Untuk menarik minat wisman, Indeks Daya Saing Pariwisata Indonesia harus berada di peringkat 30 dunia pada tahun 2019.

Jadi, NTT membutuhkan TdF?
TdF sudah bergulir. Kami berterima kasih kepada Gubernur NTT Frans Lebu Raya yang memberikan respons positif terhadap ide TdF dan menjadikannya sebagai event tahunan NTT. Sesuai saran Menteri Pariwisata, Arief Yahya, TdF merupakan event pariwisata internasional teratas di NTT. Event kedua dan ketiga yang disiapkan pemprov NTT sebagai event pariwisata bertaraf internasional adalah whale watching atau menonton ikan paus di Flotim dan Pasola, olahraga khas masyarakat Sumba. Pada event Pasola, para pria saling melemparkan galah dari punggung kuda yang sedang berlari kencang.

Belajar dari pariwisata dunia, event adalah suatu keharusan. Prancis, Spanyol, Inggris, dan AS yang sudah menyedot puluhan juta turis dunia masih terus mengatakan event. Di setiap kota di negara-negara maju ada kalender event yang diletakkan di bandara, restoran, dan hotel. Lewat kalender event itu, pelancong bisa mengetahui event atau atraksi menarik sepanjang tahun. Para pelancong kaya biasanya memutuskan untuk kembali ke daerah wisata yang sama jika atraksinya menarik.

Menteri Pariwisata Arief Yahya mengangkat tangan Daniel White House yang menjadi juara umum Tour de Flores 2016.

Bagaimana perhatian pemerintah pusat terhadap pariwisata NTT?
Penetapan NTT sebagai provinsi pariwisata dan Labuan Bajo sebagai satu dari 10 destinasi wisata prioritas adalah sebuah bentuk perhatian konkret. Banyak provinsi yang iri. Siapa sih yang tidak mau daerahnya menjadi tujuan wisata prioritas? Dengan status "tujuan wisata prioritas", Labuan Bajo akan dibangun.

Penyelenggaraan TdF didukung penuh oleh pemerintah pusat. Kantor Menko Maritim dan Kementerian Pariwisata memberikan dukungan luar biasa. Gagasan TdF yang disampaikan Yayasan Alsemat langsung direspons positif menko dan menpar. Gubernur NTT pun langsung menyambut dengan menyatakan kesediaan sebagai tuan rumah TdF dan menetapkan TdF sebagai event internasional di bidang pariwisata peringkat satu bagi NTT. TdF pun menjadi annual event.

Saat ini, pemerintah pusat sedang mempersiapkan pembentukan Otorita Labuan Bajo yang jangkauannya hingga Manggarai Timur. Sesuai konsepnya, otorita ini akan membangun Labuan Bajo dan sekitarnya agar bisa menarik wilayah Flores dan NTT lainnya. Untuk mendukung lalu lintas pesawat, landasan pacu Bandara Labuan Bajo akan diperpanjang hingga 3 km.

Marina atau terminal bagi angkutan penumpang di Labuan Bajo segera dibangun. Agar pantai Labuan Bajo layak menjadi terminal penumpang, pelabuhan peti kemas akan dipindahkan ke Reo, bagian utara Manggarai. Pembangunan sejumlah marina lainnya akan menyusul. Dengan kehadiran marina di Labuan Bajo, Ende, Maumere, Larantuka, dan Mbay, yacht dan cruise akan melayani pelancong yang hendak bertamasya mengelilingi Pulau Flores.

Saran untuk mengakselerasi pariwisata Flores?
Para pemimpin daerah perlu memberikan respons yang baik kepada kebijakan pusat. Sangat disayangkan jika status Labuan Bajo sebagai destinasi prioritas tidak dimanfaatkan. Pusat kini gencar membangun berbagai jenis infrastruktur, termasuk infrastruktur transportasi darat udara, dan laut. Sebagai daerah tujuan wisata, pemprov NTT dan pemda di Flores perlu menjemput bola dengan program konkret.

Transportasi udara dan darat di Flores sudah lumayan bagus. Yang belum mendukung kemajuan pariwisata adalah ketersediaan energi listrik, restoran, hotel, rest area, toilet suvenir di daerah wisata, dan atraksi. Turis tidak hanya datang untuk melihat pemandangan dan peninggalan budaya masyarakat di daerah tujuan wisata. Para pelancong membutuhkan hiburan, suasana yang nyaman asyik dan nyaman. Atraksi dan even adalah hiburan bagi wisatawan. Hanya dengan begitu, turis bisa tinggal lebih lama di suatu daerah tujuan wisata.

Bali tidak saja menarik karena Pantai Kuta. Selain berselancar di ombak dan berjemur di pantai putih, pelancong mendapatkan banyak hal. Bali menyajikan atraksi juga keheningan. Para pelancong tidak kesulitan mencari restoran yang bagus dan tempat hiburan. Masyarakat Bali memiliki sejumlah event budaya yang menarik.

Pemerintah juga perlu membimbing masyarakat untuk memproduksi suvenir dengan kemasan yang bagus. Makanan dan tenun ikat perlu dikemas rapi. Masyarakat dibimbing untuk mengelola toko suvenir. Turis selalu membeli suvenir di tempat wisata sebagai tanda mata. Selain itu, terus juga cenderung membeli pakaian dan perhiasan di daerah tujuan wisata ketimbang di kota tempat tinggalnya.

Lokasi daerah wisata perlu dilengkapi toilet yang bagus, restoran, toko suvenir, dan informasi mengenai daerah wisata. Antara kota yang satu dengan yang lainnya perlu dibangun rest area yang layak, lengkap dengan toilet, minimarket, dan tempat mengaso.

Setelah turun dari pesawat, turus mendapatkan bus yang nyaman. Pengusaha bus lokal perlu diarahkan untuk memiliki armada angkutan penumpang dengan standar yang lebih tinggi.

Objek wisata di Flores miskin informasi dan narasi. Mestinya, setiap objek wisata dilengkapi leaflet, booklet, buku, dan video mengenai objek wisata tersebut. Saat mengunjungi Kelimutu, misalnya, pelancong perlu mendapatkan leaflet atau booklet tentang danau triwarna itu dalam narasi yang menarik.

Pariwisata membutuhkan promosi, promosi membutuhkan event. Para bupati se-Flores perlu duduk bersama untuk merancang bersama kalender event. Selain TdF, ada sejumlah perlombaan, antara lain lomba sepeda antarsiswa SD, SMP, SMA, perguruan tinggi, dan umum. Dalam tiga tahun ke depan, Flores sudah punya tim balap sepeda kelas dunia.

Bagaimana TdF ke depan?
Saya berterima kasih kepada Gubernur NTT Frans Lebu Raya yang sudah menjadikan TdF sebagai annual event dan event internasional nomor satu di bidang pariwisata di NTT. Saya juga berterima kasih kepada Ketua DPRD I NTT Anwar Pua Geno yang sudah memberikan dukungan penuh terima kasih saya juga kepada para bupati, ketua DPRD II, para kadin se-Flores yang sudah berpartisipasi penuh dalam menyukseskan TdF.

Saya yakin, jika pemerintah, DPRD, dan masyarakat mendukung, TdF akan menjadi sport tourism yang mampu membetot perhatian dunia dan mendongkrak jumlah wisatawan. Dari sejumlah faktor, ajang balap sepeda di Flores termasuk yang paling menarik dan menantang di dunia. Tak lama lagi, TdF akan menjadi ikon pariwisata Indonesia dan balap sepeda di Asia.

TdF yang dilaksanakan setiap tahun akan mendorong perbaikan infrastruktur di Flores. Pusat yang sudah menentukan Labuan Bajo sebagai satu dari 10 destinasi pariwisata unggulan akan semakin memberikan perhatian nyata bagi pembangunan di Flores. Dari tahun ke tahun, peran serta tenaga lokal akan terus ditingkatkan. TdF akan terus diupayakan sebagai penggerak ekonomi rakyat.

Apa motivasi Anda dan rekan-rekan menggagas dan menyelenggarakan TdF?
Sebagai putra Flores, saya terdorong membuat sesuatu. Saya terpanggil membangun daerah asal. Selama ini, saya berikan bea siswa kepada satu-dua orang Flores. Untuk memberikan kontribusi kepada lebih banyak orang, saya harus mencari cara lain. Saya dan rekan-rekan kemudian menemukan TdF itu. Kebetulan saya punya lobi di pemerintahan dan bisnis.

Ide ini cepat terwujud karena menko maritim, menpar, dan gubrenur NTT langsung mendukung. TdF dijadikan event pariwisata internasional tertinggi untuk NTT dan digelar setiap tahun. Saya berterima kasih terhadap respons yang baik ini.

Ini event besar, Anda dan rekan-rekan sudah sukses melaksanakannya tahun 2016, tanggapannya?
TdF adalah event besar, even internasional. Event semacam ini hanya bisa dilaksanakan oleh EO yang sudah berpengalaman menyelenggarakan event di level daerah dan level nasional. Sedang kami sama sekali tak punya pengalaman menjadi EO daerah apalagi nasional. Terima kasih kepada semua pihak yang sudah mendukung.

Apa tantangan terbesar dalam pelaksanaan TdF?
Semua gagasan, konsep, dan program tidak mudah menjadi kenyataan. Apalagi, kegiatan TdF membutuhkan dukungan pemerintah pusat, pemerintah provinsi, pemerintah kabupaten dan masyarakat. Gubernur dan bupati pun membutuhkan dukungan DPRD. Ini semua melewati negosiasi yang alot. Kami sepenuhnya memahami kesulitan pemprov dan pemda.

Sejak awal kami menyadari, untuk menyukseskan event besar seperti TdF, tak cukup hanya punya konsep dan planning yang baik. Kami harus punya kesabaran dan seni melakukan negosiasi dan persuasi.

Ada pihak yang mengritik keras TdF sebagai kegiatan mubazir yang merugikan rakyat, tanggapannya?
Kritik dan saran adalah bagian dari kecintaan terhadap Flores, NTT, dan Indonesia. Namun, sebaiknya, sebelum mengajukan kritik, pelajari lebih dahulu duduk masalahnya. Apa sesungguhnya yang dikerjakan TdF. Dari mana sumber pembiayaan dan mata pengeluaran mana sajakah yang dibiayai TdF. Apa dampak sport tourism bagi pariwisata dan ekonomi masyarakat? Mengapa Tour de France bertahan hingga tahun ke-104 tahun ini dan bakal terus digemari? Orang yang sukses adalah orang rendah hati dan salah satu ciri utama orang yang rendah hati adalah bertanya.

Tentang manfaat TdF sudah saya jelaskan. Rakyat terhibur dan manfaat TdF cukup banyak bagi ekonomi Flores dan NTT sebagaimana telah dijelaskan. Yang bilang mubazir dan merugikan rakyat, silakan saja. Mereka mungkin punya rumusan lain yang kami tidak paham. Yang pasti, saya adalah orang sibuk yang punya banyak kegiatan. Saya memanfaatkan sela-sela kegiatan rutin saya untuk TdF. Waktu, tenaga, dana, dan lobi yang saya miliki saya gunakan untuk menyukseskan TdF.

Mengapa TdF tahun ini tidak menyinggahi Bajawa?
Bajawa tidak disinggahi, ruas jalan yang membelah Ngada dilewati para pembalap. Sampai di Watujaji, pembalap terus menggenjot sepedanya ke Almere menuju Borong. Yang penting, rakyat Ngada ikut terhibur. Woloroba, Malanuza, Mataloko, Mangulewa, dan Aimere dilewati para atlit sepeda.

Bajawa tidak disinggahi karena pemdanya tidak setuju. Itu hak pemimpinnya, bupatinya. Soal alasan penolakan, silakan ditanyakan ke bupatinya. Tidak ada pemaksaan kepada bupati untuk menerima TdF. Pak Gubernur pun tidak memaksakan TdF. Pak Gubernur hanya mengimbau.

Bagaimana soal pertanggungjawaban dana pemda?
Pemerintah punya mekanisme audit. Kami mendukung penuh untuk mengaudit dengan baik semua pengeluaran pemprov dan pemda, termasuk untuk membiayai TdF. Laporan keuangan Yayasan Alsemat tahun 2016 tercatat dengan baik sesuai prinsip akuntansi.

Pada tahun 2016, tidak ada dana pemprov dan pemda yang masuk rekening Yayasan Alsemat. Hotel, hadiah, angkutan, dan sejumlah pengeluaran dibayar langsung pemprov dan pemda ke vendor. Tahun ini, sebagian kewajiban pemprov dan pemda kepada vendor dibayar lewat EO. Kami siap diaudit setelah even TdF.

Kami dengar ada rencana panitia TdF menggelar gerakan "Sejuta Cangkir Kopi Flores"?
Tahun ini, TdF akan menggelar "Sejuta Cangkir Kopi Flores" usai etape terakhir, yakni di Labuan Bajo. Pada pukul 14.00 Wita, Rabu, 19 Juli 2017, minimal satu juta warga Flores, dari Larantuka hingga Labuan Bajo serentak menyeruput kopi Flores yang terkenal gurih. Gerakan "Sejuta Cangkir Kopi Flores: akan masuk rekor Muri.

Tumbuh di ketinggian di atas 500 meter hingga 1.000 meter dari permukaan laut, kopi Flores yang mendapat sinar mentari nyaris sepanjang tahun, sehingga memberikan aroma dan cita rasa yang khas. (Siprianus Edi Hardum)
Sumber: Suara Pembaruan, 30 Juni 2017 
Ket foto: CEO TdF Primus Dorimulu dan pesona Tour de Flores 2016
SEBARKAN ARTIKEL INI :

1 comment:

  1. Kita semua berharap perhelatan TDF bisa memberikan dampak langsung kepada masyarakat di setiap kab Flores. Di tahun 2017 ini rupanya beberapa kepala daerah keberatan untuk menggunakan APBD sepert tahun sebelumnya karena TDF tahun lalu dianggap belum memberi dampak apapun.

    ReplyDelete

 
Didukung : Creating Website | MFILES
Copyright © 2015. Ansel Deri - All Rights Reserved
Thanks to KORAN MIGRAN
Proudly powered by Blogger