HASIL Pemilihan Umum atau
Pemilu 2019 sudah terlihat setelah Komisi Pemilihan Umum menetapkan
rekapitulasi suara pada 21 Mei 2019 lalu.
Meski begitu, arah
politik sejumlah partai politik sudah terlihat tak lama setelah lembaga survei
merilis hasil hitung cepat setelah pemungutan suara pada 17 April silam.
Sejak saat itu,
sikap dan arah para anggota koalisi mulai mendapat banyak sorotan, terutama
sikap politik yang dilakukan oleh kubu yang dinyatakan tidak memenangkan
Pemilu.
Setiap pertemuan
antara dua pihak berbeda, yaitu partai pendukung Joko Widodo-Ma'ruf Amin dengan
Prabowo-Sandiaga Uno, mendapat banyak perhatian, tanpa memperhatikan konteks
pertemuan yang terjadi.
Misalnya, sorotan
terjadi saat ketua MPR yang berasal dari Partai Amanat Nasional, Zulkifli Hasan
bertemu Presiden Joko Widodo saat pelantikan Gubernur Maluku terpilih pada 24
April lalu.
Berbagai pihak
menerka bahwa ini menjadi awal rekonsiliasi antara kubu Jokowi-Ma’ruf dengan
Prabowo-Sandiaga. Meskipun, setelah itu Zulkifli Hasan menjelaskan
keberadaannya di Istana terkait tugasnya sebagai ketua MPR.
Hal serupa juga
dialami oleh putra sulung Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono,
Agus Harimurti Yudhoyono ( AHY). Ia sempat dua kali bertemu dengan Jokowi.
Pertemuan itu memantik banyak persepsi bermunculan di masyarakat.
Hingga akhirnya,
SBY mengaku banyak serangan yang diterima Agus, dirinya, dan tak terkecuali
Partai Demokrat setelah pertemuan dengan Jokowi.
Pada 2 Mei 2019,
AHY yang merupakan Komandan Komando Tugas Bersama Partai Demokrat bertandang ke
Istana Merdeka, Jakarta memenuhi panggilan Joko Widodo.
Keduanya terlibat
percakapan empat mata, sehingga tidak ada satu pun yang mengetahui apa isi
perbincangan keduanya.
Lagi-lagi,
pertemuan itu disebut sebagai langkah politik yang diambil Demokrat usai
Pilpres usai. Banyak yang menyebut Partai Demokrat mulai menunjukkan
kecondongannya terhadap kubu pemerintah di masa depan.
Akan tetapi, Ketua
Dewan Kehormatan Partai Demokrat, Amir Syamsuddin menyebut terlalu dini untuk
membicarakan koalisi di pertemuan tersebut.
Sementara dari
pihak Tim Kampanye Nasional (TKN) Jokowi-Ma’ruf, menilai pertemuan ini baik
untuk diikuti oleh pihak lainnya untuk mendinginkan suasana pasca kampanye dan
pemilu yang cukup menaikkan tensi masyarakat.
Pertemuan di Istana
Bogor
Rupanya tak cukup
sekali AHY hadir ke Istana dan bertemu Capres Petahana tersebut, kali ini
pertemuan terjadi di Istana Bogor pada Rabu (22/5/2019) kemarin.
Menjelaskan tentang
pertemuannya, AHY menyebut Jokowi memintanya menjadi penghubung dengan SBY yang
saat ini ada di Singapura, mendampingi sang istri menjalani pengobatan atas
kanker darah.
AHY mengatakan,
Jokowi masih ingin menjaga selalu komunikasi dan silaturahmi dengan SBY yang
sebelumnya juga menjabat Presiden Republik Indonesia selama dua periode.
Jokowi berharap
dapat mendiskusikan berbagai permasalahan bangsa dengan SBY.
Pertemuan yang
"berdampak"
Namun, SBY merasa
dua pertemuan yang dilakukan oleh anaknya bersama Jokowi, justru mendatangkan
banyak serangan, baik kepada AHY itu sendiri, dirinya, maupun Partai Demokrat.
"Akibat
pertemuan itu, AHY, SBY, dan Partai Demokrat diserang habis oleh kalangan
tertentu. Setelah itu AHY di-bully sangat kejam. Mungkin itu cara Tuhan untuk
menggembleng orang yang baru masuk di dunia politik," kata SBY melalui
sebuah video.
Sejauh ini, memang
hanya Partai Demokrat yang kerap dinilai akan merapat ke pemerintah, meskipun
tak mendukung Jokowi-Ma'ruf dalam pemilu.
Hal itu, dilihat
dari sikap-sikap politik partai juga anggota Demokrat yang tidak selalu
terlibat dalam agenda Prabowo-Sandiaga. Hal itu pula yang disampaikan oleh SBY.
"Dari serangan
itu, sebenarnya kita tahu dari kelompok mana serangan sengit itu berasal,"
ujar SBY. SBY juga mengatakan, hal inilah yang membedakan pihaknya dengan pihak
pendukung Prabowo-Sandi yang lain.
"Di situ
perbedaan kami dengan pihak tertentu itu. Memang ada yang bersikap tabu dan
dilarang keras pihak 02 berkomunikasi dengan 01. Barangkali ada yang bersumpah
tak akan komunikasi dan berkawan selamanya. Barangkali pula dendam yang membara
harus dipertahankan," ucap SBY.
Jika benar ada yang
merasa demikian, ia meminta untuk tidak memaksa Partai Demokrat untuk mengikuti
cara itu. "Kami prinsip ikhtiar perjuangan untuk menang harus dilakukan
sekuat tenaga. Namun, setelah selesai, ya, selesai," lanjutnya.
Sumber: Kompas.com,
29 Mei 2019
Ket foto: Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono
mengkampanyekan pasangan calon gubernur dan wakil gubernur DKI Jakarta Agus
Harimurti Yudhoyono-Sylviana Murni di GOR Ciracas, Jakarta Timur, Sabtu
(4/2/2017)

0 komentar:
Silahkan berkomentar
Tuliskan apa pendapatmu...!