UNIK dan serba kejutan. Saya pikir tak berlebihan
melabeli dua hal di atas. Tapi Wira, lengkapnya Dr Christian Wiradendi Wolor
Liman, SE, telah membuktikan. Dalam bidang akademik.
Unik? Ya, unik.
Serba kejutan pula. Itu pikiran saya saja sebagai sesama anak kampung di lereng
Labalekan, gunung tertinggi di selatan Pulau Lembata, Nusa Tenggara Timur. Usia
Wira Liman baru merangkak angka 28 tahun pada 7 September 2019.
Wira putra pertama
pasangan Pak Martin Pati Liman-Ibu Theodora Latu Andiyani, putri Jawa. Pada 7
Agustus 2019, anak muda asal Desa Puor, Kecamatan Wulandoni, Kabupaten Lembata,
NTT, ini berhasil meraih gelar akademik membanggakan: Doktor Bidang Manajemen
Sumber Daya Manusia (SDM) Universitas Negeri Jakarta (UNJ). Dalam usia
terbilang muda, ia sukses meraih gelar bergengsi itu.
Dua bulan lalu,
kaka Martin Liman, mengundang kami sekeluarga menghadiri pernikahan
Wira, putra sulung, dengan gadis pujaan hatinya, Maria Sheren Oktavia (ade Shereen). Prosesi nikah
suci berlangsung di Gereja Santo Arnoldus Janssen, Margahayu, Bekasi, Jawa
Barat.
Dalam undangan,
tertera tanggal pernikahan kedua calon mempelai berlangsung pada Sabtu, 7
September 2019. Tanggal ini adalah tanggal kelahiran Wira, sang pengantin pria.
Penuh kejutan: mempertahankan disertasi doktor di UNJ, ulang tahun ke-28, dan
tanggal pernikahan seragam: 7.
Nama kaka Martin,
lama saya dengar saat masih di kampung. Bertemu sejenak saat ia dan kakak saya
Hermina Barek bersama magun Ola Baran, seorang eks tentara yang bertugas di Timor Timur bertolak
dari Ongaona (Onglerek), Wulandoni ke Jakarta. Martin "melarat" ke
Jakarta untuk bekerja. Kakak saya juga melanjutkan SMA di Jakarta.
Saya bertemu kaka
Martin Liman saat tiba di Jakarta akhir Agustus 2008. Kala itu saya memutuskan
masuk Ibu Kota agar adik saya juga punya kesempatan kuliah di Kupang setelah ia
bertahan setahun saya menuntaskan kuliah di Kupang.
Dalam beberapa
kesempatan, saya dan kaka Martin sekadar bertemu dalam beberapa kegiatan aksi
unjuk rasa buruh di bundaran Hotel Indonesia. Martin rupanya pengurus serikat
buruh.
Beberapa kali saya
bertamu ke rumahnya di Bekasi. Sekadar berbagi cerita tentang kampung halaman.
Ia juga berbagi resep bagaimana hidup dan bertahan di tengah persaingan kerja
di Ibu Kota.
Suatu kali ia
mengingatkan saya, bekerja di Jakarta tak sulit tetapi kesempatan emas bisa
jadi pelit tatkala kepercayaan sudah hilang. Karena itu tatkala ada
keprercayaan maka rawatlah kaik-baik, kerjakan dengan tanggungjawab. Kesempatan
tak akan datang dua kali.
Martin dan sang
isteri, ibu Yani, tergolong pasutri yang asyik kalau ngobrol. Begitu juga
ketiga anaknya, Wira, Indah, dan Adri Liman. Kesan saya, ketiga anaknya ini
juga gaul. Mudah kalau diajak ngobrol. Saya pikir ini juga lahir dari teladan
orangtua.
Asyik dengan
rutinitas Ibu Kota, kerap kami tak bersua. Lebih sering ngobrol via telepon
sekadar say hello. Tak terasa ketiga anaknya juga menyelesaikan studi sarjana.
Putra bungsu, Adri Liman menyelesaikan studi di Universitas Brawijaya, Malang.
"Sudah selesai
kuliah, om. Sarjana," kata Adri saat ngobrol sejenak di Gereja St Arnoldus
Jansen Bekasi. Sedang Indah, putri semata wayang Martin juga sudah
menyelesaikan studi sarjananya. Ia pemegang gelar SE.
Sabtu pagi ini,
beberapa keluarga asal lereng Labalekan: Posiwatu, Imulolong, Puor, Boto, dan
beberapa kampung lain? kami semua bertemu. Menghadiri acara pemberkatan nikah
suci Wira dan gadis pilihannya. Rame, tentu. Ini kebahagiaan pasutri kaka
Martin Liman-kaka Yani.
Kebahagiaan
pengantin pria, anak muda asal lereng Labalekan. Wira, si doktor muda ini
menyuguhkan kabar menggembirakan. Inspiratif. Mengejutkan. Unik. Bagaimana
tidak? Ia menggondol gelar akademik: doktor pada usia belia. Satu bulan lagi,
ia merayakan dua syukur sekaligus di tanggal yang sama: merayakan ulang tahun
dan melepas masa lajang.
Ini kabar baik.
Terutama seputar dunia pendidikan bagi anak-anak asal lereng Labalekan. Tuhan
sungguh baik. Selalu baik. Bagi umat-Nya yang sungguh menyadari diri sebagai
makluk pilihannya.
Jakarta, 7 September 2019
Ansel Deri
Ket foto:
Dr Christian Wiradendi
Wolor Liman, SE usai mempertahankan disertasi doktor di Ubniversitas Negeri
Jakarta pada 7 Agustus 2019 (foto 1).
Wira Liman (kiri)
bersama dua adiknya, Indah dan Adri serta kedua orangtuanya, Martin Liman dan
Ibu Yani (foto 2).
0 komentar:
Silahkan berkomentar
Tuliskan apa pendapatmu...!