Oleh
Dra. Christina Purwanti, M.Pd
Dosen Bahasa
Indonesia Universitas Pelita Harapan
DALAM tradisi pemikiran Jawa selalu
saja memiliki sebuah refleksi yang khas hingga mencapai kedalaman relung hati
manusia. Seperti di tengah kegalauan mewabahnya pandemi covid-19 yang melanda
dunia yang telah dilihat sebagai darurat global, selalu saja berimplikasi pada
kesiapam manusia menangani seluruh aspek kehidupan, yang semuanya terarah dalam
perspektif problem ini.
Pada bagian tulisan
ini, saya mengulasnya dari aspek budaya kehidupan Jawa pada umumnya, yang
secara sederhana bisa berpengaruh dalam proses kehidupan. Di tengah kegalauan
kehidupan yang penuh dengan segala kerisauan yang tidak menentu, karena dilanda
oleh berita yang sangat ramai di media sosial tentang pandemi yang sangat
berbahaya ini, budi orang Jawa bisa menenggelamkan diri dalam suatu hal yang
disebut semedi. Konsep dasar yang terkandung di dalamnya adalah bahwa kondisi
sekarang adalah sebuah keterpurukan yang mengandung bahaya.
Bahaya dan
keterpurukan bukanlah sebuah hal yang terjadi secara kebetulan. Bukan pula
sebuah nasib yang menimpa begitu saja atau selalu disebut sebagai sebuah
takdir. Atau pun juga sebuah keniscayaan yang seakan-akan memang harus terjadi
demikian. Tidak harus selalu demikian. Budi Jawa tidak menghamba pada
keniscayaan hampa dan tidak menghamba pada sebuah keterpaksaan. Peristiwa tetap
tidak merupakan sebuah peristiwa kalau jika tanpa makna dan juga nilai yang
akan mengikutinya. Semua mata bisa terperanjat dan semua mulut bisa saja
menjerit, namun hati dan budi manusia selalu saja juga mencari makna dan nilai
yang ada di balik semuanya.
Misteri apa
gerangan yang selalu terselubung dalam kepasrahan hidup di tengah kehampaan dan
ketidakberdayaan seorang manusia. Bagi orang Jawa (saya sendiri orang Jawa),
seluruh kultur kehidupan dapat tergambar secara luar biasa dalam sebuah budaya,
namanya, wayang. Ketika mulut terkatup atau bungkam, ketika mata tidak melihat
atau terpejam, atau ketika akal budi mulai mengalami kebuntuan berpikir, maka
terhadap semuanya itu, wayang hadir sebagai pelarian diri yang sangat efektif.
Kehadiran wayang
menunjukkan sebuah refleksi yang mendalam. Bayang-bayang kehidupan keseharian
manusia, muncul dalam wayang. Ia hadir dan menunjukkan sosoknya dalam kultur
naratif dan punya cara kerja yang sangat khas yakni selalu bergumul dengan
kisah. Segenap tokoh wayang, hadir dalam gambaran naratif yang selalu memiliki
kekhasan dan keunikan yang serasi. Kehadiran para tokoh ini pun selalu
menghadirkan beragam simbolisme yang sangat kaya dan mengagumkan. Dalam wayang,
sebetulnya terjadi sebuah ekspresi atau sebuah elaborasi yang sangat kaya dalam
makna dan nilai sebuah kehidupan yang sangat mencerahkan, di mana kehadirannya
lewat represetasi makna kata, kalimat, teks dan konteks yang sangat khas dan
unik.
Dengan kata khas dari penulis yakni, ketika sebuah kehidupan tergolek tidak berdaya di hadapan kedasyatan alam, hadirnya akal budi untuk segera mencari keluhuran makna dan nilainya. Kalaupun rumit dan sungguh berbelit segala kepastian hidup ini, seolah segalanya tidak menunjukkan kepastian yang valid; wayang hadir dalam sosoknya yang memiki kekuatan yang selalu mencerahkan.
Budaya wayang
adalah kekhasan budi Jawa yang selalu hadir mencerahkan dan menghadirkan makna
dan nilai bagi para pemilik budayanya. Eksistensi wayang yang hadir dalam makna dan nilai kehidupan,
diharapkan bisa menjadi "obat" penolak kerisauan dan bisa menjadi
penenang aktivitas kehidupan yang berarti, dalam setiap pergumulan kehidupan
sebagai manusia yang berbudaya yang selalu mengklaim diri sebagai pemilik
kebudayaan.
Sumber: berandanegeri.com, 30 Maret 2020
0 komentar:
Silahkan berkomentar
Tuliskan apa pendapatmu...!