Di tempat wisata ini, para pengunjung dapat menikmati suasana alam pedesaan. Tak ayal, Hester Basoeki Garden Guest House –begitu nama tempat wisata ini– lebih dikenal sebagai Kampoeng Wisata Cinangneng.
Tak pernah terbayang di benak Willy Basoeki dan isterinya, Hester Sophie Hehuwat atau Hester Basoeki untuk membangun sebuah tempat wisata bernama Hester Basoeki (HB) Garden Guest House atau lebih beken dengan nama Kampoeng Wisata Cinangneng.
Willy mengakui, ibunya berasal dari Pulau Rote, di mana kakeknya bermarga Adoe dan neneknya dari Messakh. Sedang ayahnya seorang pria Solo, pensiunan Tentara Nasional Indonesia Angkatan Laut (TNI AL) yang lama tinggal di Semarang.
Menurut Willy, usaha itu bertolak dari pengalaman isterinya sebagai seorang guide, pemandu wisata. Sang guide, Hester Basoeki, telah melakoni profesinya selama sepuluh tahun.
“Ternyata wisatawan manca negara lebih tertarik dengan pemandangan yang alami. Bagi wisatawan, pemandangan yang asli dan sekecil apapun itulah yang menarik,” kata Hester Basoeki yang ditemani suaminya, Willy Basoeki dalam keterangannya kepada penulis di rumahnya, kawasan Jl MPR, Cilandak, Jakarta Selatan.
Ketenaran nama Kampoeng Wisata Cinangneng membuat para wisatawan maupun pengunjung baru tak kesulitan bila mengantongi peta dalam brosur yang disiapkan Willy dan Hester Basoeki. Hal itu yang dialami penulis dan Cahyo Adji dari JAMSOSTEK ketika mengunjungi kampoeng wisata itu belum lama berselang.
Sepeda motor yang aku tumpangi bersama Agustinus Rustantio alias Roust -rekan seperjalananku yang lain- dari Terminal Baranangsiang, Bogor melaju pelan dan mencoba menerobos cela antara angkutan kota yang berdesak-desakan. Kami pun berusaha menghindari kemacetan. Kadang pula mencari “jalan tikus” –begitu kata rekanku– agar bisa segera di tempat tujuan.
Berbekal peta, tak lama kemudian kami memasuki Jalan Raya Ciampea. “Bapak berdua terus lagi sekitar 20 meter. Kemudian belok ke kiri dan segera Bapak akan menemukan Kampoeng Wisata Cinangneng. Kalau mau bertanya lagi, semua orang tahu, kok!,” kata seorang tukang ojek kepada kami.
Kepadatan lalulintas Jalan Raya Ciampea kendaraan masih nampak. Namun, ketika memasuki Cinangneng, udara terasa sejuk. “Boleh tanya, Pak? Di mana kantor HB Garden Guest House?” “Oh, silahkan masuk. Dari Jakarta, ya? Ibu sudah menunggu,” kata seorang karyawan setelah aku mengiyakan kalau kami adalah tamu Hester Basoeki.
Seorang pria ganteng nampak asyik membersihkan sampah dari pepohonan di dalam taman ‘kampoeng’ wisata Cinangneng. Ia asyik bersama seorang petugas cleaning service menata taman nan asri itu. Pria itu tak lain adalah Willy Basoeki, sang pemilik guest house.
“Semua tugas kita kerjakan bersama. Bahkan dalam sejumlah paket acara kunjungan wisatawan, kami selalu libatkan warga kampung Cinangneng. Dengan begitu, mereka merasa memiliki. Inilah pola kemitraan yang kami terapkan karena wisata sesungguhnya adalah wisata yang melibatkan semua pemangku kepentingan, stakeholder, termasuk warga desa,” ujar Willy bangga.
Tak Sulit
Bagi para wisatawan atau pengunjung, mencapai kampoeng wisata Cinangneng ternyata tidak sulit. HB Garden Guest House terletak di Jalan Babakan Kemang, Desa Cinangneng, RT 01/02, Cihideung Udik, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor, Jawa Barat.
Perjalanan menuju lokasi wisata seluas 4.000 meter tersebut bisa ditempuh pengunjung melalui Stasiun Baranangsiang, Bogor. Dari terminal itu, perjalanan bisa diteruskan melewati Jalan Veteran dan Jalan Ciampea ke arah Gunung Batu.
Ketika mencapai Jalan Ciampea, nama Cinangneng sudah tak asing. Maka tak lama lagi, wisatawan atau pengunjung sudah bisa mencapai HB Garden Guest House.
Hester Basoeki mengakui, usaha wisata ini merupakan impiannya setelah ‘pensiun’ dari tugas sebagai guide. Mula-mula, ia dan suaminya memulai sebuah kamar kecil di rumahnya, kawasan Cilandak, Jakarta Selatan untuk para wisatawan yang melakukan perjalanan wisata di Indonesia. Usaha kecil-kecilan ini ternyata terus meningkat hingga ia memperluas usaha wisata itu di Cinangneng.
Ternyata ada rahasia di balik sukses usaha wisata itu. Menurut Hester, wisatawan mancanegara misalnya, lebih suka dengan sesuatu pemandangan yang alamiah, asli. Baik lingkungan alam maupun budaya masyarakatnya. Ia sadar apa sesungguhnya kebutuhan mereka ketika melancong di negeri kepulauan ini.
“Mereka lebih happy menikmati alam dan lingkungan yang alamiah. Jadi, bukan menikmati pusat-pusat perbelanjaan atau pertokoan yang mewah sekalipun itu memang perlu juga,” kenang Hester Basoeki.
Toh, usaha di Cinangneng sedianya untuk tempat peristirahatan keluarga. Namun, seiring membanjirnya peminat yang dipromosikan lewat relasinya, tempat itu akhrnya dijadikan tempat peristirahatan bagi wisatawan atau pengunjung yang menikmati keasrian alam dan lingkungan pedesaan di Cinangneng.
“Saya ingin menunjukkan kepada wisatawan bahwa inilah rona sesungguhnya wisata yang diidam-idamkan karena menampakkan keaslian alam dan lingkungan serta masyarakat sekitar,” kilah Hester Basoeki.
Apa sesungguhnya keaslian yang nampak? Di sini, wisatawan bisa menyaksikan dan bahkan terlibat dengan para petani membajak sawah, menanam, membersihkan hingga memetik hasil-hasil pertanian di ‘kampoeng’ wisata ini.
Wisatawan juga bisa ikut memandikan kerbau di sungai yang membelah kawasan wisata itu. Bahkan ikut ronda malam bersama warga: suatu hal yang banyak dijumpahi di desa di NTT menjelang pemilihan umum, misalnya.
“Pemandangan seperti ini bukan rekayasa tetapi alamiah. Dulu, ketika saya memandu wisatawan, tempat-tempat yang nampak alamiah seperti ini harus memaksa kita turun dari bus. Kemudian saya membiarkan mereka menikmatinya beberapa lama. Mereka sangat suka menonton dan mengabadikan sebagai kenang-kenangan sesampai di negaranya,” cerita Hester.
Mengunjungi HB Garden Guest House adalah mengunjungi potret kesenian tradisional khas Jawa Barat. Tempat wisata di tatar Sunda ini juga memberikan kesempatan bagi wisatawan untuk menikmati sajian seni tradisional khas Jawa Barat.
Mulai dari kerajinan tangan hingga pentas seni tradisional. Bahkan ikut terlibat dalam memainkan musik gamelan. Atau ikut membuat anyaman dari bambu yang merupakan aktivitas harian masyarakat.
Sedangkan pada malam hari, wisatawan bisa terlibat ronda malam sembari menikmati simphony alam melalui lenguh kerbau, suara jengkrik yang bersahut-sahutan. “Inilah selling point HB Garden Guest House,” kata Hester Basoeki. Nah, bila hendak melakukan tur pulang ‘kampoeng’ maka tak salah memilih HB Garden Guest House. (Ansel Deri)
Ket foto: Hester Basoeki (tengah) bersama sebuah group tari di Hester Basoeki Guest Garden House atau Kampoeng Wisata Cinangneng saat pengresmian jembatan Pulang Kampungku pada 16 Maret 2010 lalu. Foto: dok. HB Garden Guest House.
0 komentar:
Silahkan berkomentar
Tuliskan apa pendapatmu...!