Mantan Ketua Umum
DPP Partai Demokrat 2001-2005
Demokrat terus diterpa badai. Mula-mula badai korupsi yang telah merontokkan elite. Andi Mallarangeng bahkan Nazarudin dan Anggelina Sondakh masuk ke bui.
Ketua Umum Partai
Demokrat Anas Urbanigrum sudah dipanggil dua kali oleh KPK untuk diminta
keterangan berstatus saksi. Demokrat kembali bersih dan siap menghadapi Pemilu
2014. Sayangnya, internal partai tidak solid, terlihat jelas indikasi usaha
keras merontokkan Anas dengan berbagai cara. Kali ini dengan skenario hasil
survei di mana Partai Demokrat hanya memperoleh 8% gara-gara Anas ”diberitakan”
terlibat kasus Hambalang.
Sungguh unik dan
aneh Demokrat menghadapi darurat politik karena hasil survei. Yang luar biasa
lima menteri ditambah sekjen sibuk mencermati hasil survei yang berasal hanya
dari satu lembaga. Hiruk-pikuk ini mengganggu ketenangan saya yang kini sudah
tidak aktif lagi di partai. Survei penting, tapi yang lebih penting lagi adalah
mencari penyebab mengapa partai ini hebat pada Pemilu 2004 dan menang telak
pada 2009 untuk digunakan sebagai referensi, kemudian bagaimana mengatur
strategi untuk tetap menang pada Pemilu 2014?
Saya akan memulai
dari masa awal perjuangan di mana harus membentuk infrastruktur DPD, DPC, DPAC,
sampai ranting dan anak ranting. Betapa sulitnya mencari orang yang mau jadi
pengurus. Ibarat bajaj hanya orang-orang kecil yang mau menumpang. Bajaj itu
berjalan berlahan, tapi pasti. Sambil menguji kesungguhan dan militansi, saya
belum mau menyebut siapa pemesan bajaj itu. Walaupun sayup-sayup mereka
mendengar.
Seiring berjalan
waktu akhirnya sang pemesan, Bapak Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), muncul dan
disambut sukacita. Saya ingin katakan, Pak SBY selalu memulai dari yang kecil,
runut, taat aturan, dan alamiah. Kini bajaj itu sudah berubah menjadi Mercy dan
mengundang syahwat elite internal Demokrat sekaligus kecemburuan lawan-lawan
politik.
Pemilu 2004
terarungi baik dengan angka 7,5%. Sukses mengantar kader terbaik jadi Presiden
RI. Kekuatan terbesar memang figur SBY didukung penuh oleh semangat juang
“assabiqunal awalun” yang ikhlas dan tak kenal lelah serta doa dari para tokoh
agama, santri, dan rakyat. Keuangan minim bahkan utang sana sini walaupun
akhirnya terbayar. Pengurus solid walaupun ada riak kecil, tapi selesai di
internal. Pemilu 2009 meroket dengan pencapaian 21% dan untuk kedua kalinya SBY
terpilih jadi presiden.
Menurut saya,
penyebab keberhasilan Partai Demokrat sebagai berikut: Pertama, keberhasilan
pemerintahan SBY 2004-2009. Silakan diamati statistik ekonomi, politik,
sosial,budaya, pertahanan, dan keamanan yang terus membaik. Pendidikan bahkan
mendapat perhatian istimewa dengan porsi 20% APBN. APBN yang sebelumnya hanya
berkisar Rp 300 triliun meloncat jauh kini menjadi Rp 1.400 triliun.
Rekor baru dalam
sejarah pemerintahan di Indonesia. Kedua, ada Bantuan Langsung Tunai (BLT).
Objektif saja BLT telah mendongkrak perolehan suara Demokrat pada Pemilu 2009.
Program ini langsung menyentuh sendi kehidupan, rakyat kecil merasakan
perhatian pemerintah. Lebih dari itu, BLT juga sangat menolong kehidupan mereka.
Tapi, BLT juga telah memanjakan kader Demokrat sehingga tanpa bekerja pun
Demokrat menang telak. Ketiga, tak bisa dipungkiri karisma, performa, dan
segala keunggulan SBY telah membuat rakyat Indonesia menyerahkan kepercayaan
kepada Demokrat dan SBY. Sampai saat ini pun belum ada pemimpin nasional yang
mendekati ”kesempurnaan” SBY.
Keempat, kinerja
partai memang ada, tapi tidak signifikan. Kader Demokrat bukanlah politisi
berpengalaman.Umumnya orang-orang baru, kinerja politiknya belum maksimal. Sudah
jadi anggota DPR dan menteri pun belum kelihatan dampak kinerja dan
kedewasaannya dalam berpolitik. Bukti kecilnya adalah sikap lebay kebakaran
jenggot dengan hasil survei.
Mereka harus
introspeksi diri, apa yang telah dikerjakan selama ini untuk partai?
Partai-partai lain menyikapi hasil survei dengan cara dewasa karena survei
tidak bisa jadi ukuran mutlak politik, banyak faktor yang menentukan situasi
politik. Sebagai contoh Pilkada Gubernur DKI di mana seluruh survei mengatakan,
Fauzi Bowo menang dalam satu putaran, tapi apa realitas politik yang
sesungguhnya? Jokowi mematahkan semua hasil survei dengan kerja keras dan tim
yang tangguh.
Kelima, bisa jadi
rakyat menunggu BLT lagi dari pemerintah untuk Pemilu 2014? Itu bargaining-nya rakyat terhadap pemerintah.
Wong, sekarang kader Demokrat sibuk
dengan kepentingannya sendiri. Hampir 100% mengandalkan SBY, sedangkan Pak SBY
sibuk mengurus seluruh rakyat Indonesia. Di partai sudah ada AD/ART lengkap.
Kalau Pak SBY yang menjabat sebagai presiden dan kepala negara RI ditarik-tarik
terus untuk urusan Demokrat, nanti rakyat protes dan kemungkinan memboikot
partai ini.
Pak SBY kan capek
juga dengan kondisi seperti ini. Ada masalah sedikit, serahkan ke Pak SBY.
Begitu adatnya kader Demokrat. Manja, anak mama, kok minta suaranya bagus? Kalau mau suara bagus, harus kerja dan
kerja.
Keenam, jangan
benturkan Ketua Dewan Pembina Bapak SBY dengan Ketua Umum Anas Urbaningrum.
Anas sudah menunjukkan kinerja baik dan loyal kepada Bapak SBY dan Demokrat.
Keharmonisan para tokoh dan petinggi Demokrat akan memudahkan pekerjaan
memenangi pemilu, rakyat akan simpati. Jangan lagi ada kegaduhan karena hal
sepele yang ditunggangi syahwat. Apalagi berbicara di media massa. Pak SBY dan
para pendahulu telah bersusah payah membangun partai ini. Kalau ada masalah,
hendaknya diselesaikan dengan baik dan kekeluargaan.
Bicara persoalan
internal di media massa adalah aib besar dan bunuh diri. Islam melarang keras
membuka aib keluarga (internal) di depan umum. Ketujuh, soal korupsi yang dituduhkan
terhadap Anas, sampai saat ini tidak terbukti. Lalu kenapa Anas harus
menanggung beban menyandera Demokrat? Sikap permusuhan yang dipertontonkan para
elite Demokrat telah mengundang reaksi dari struktur partai di daerah.
Akal dan nurani
mereka tidak menerima alasan rencana ”penggulingan” Anas yang cenderung
dicari-cari, mengada-ada, akhirnya terjadi gaduh di media massa. Ini tontonan
konyol yang juga membuat rakyat mencemooh dan antipati terhadap Partai
Demokrat. Pernyataan para elite partai ini yang membuat gaduh itu juga
menyumbang minusnya kepercayaan rakyat kepada Demokrat. Karena itu, saya
berharap segera konsolidasi karena Pemilu 2014 sudah di depan mata.
Kedelapan,
hendaknya semua pihak di internal partai ini mematuhi AD/ART partai yang menjadi
pedoman berorganisasi. Yang melanggar AD/ART harus ditindak, siapa pun
dia.Tanpa kepatuhan terhadap AD/ ART, partai akan hancur. Anas Urbaningrum
sudah terpilih secara demokratis dan sah sesuai AD/ART. Semua pihak harus
menghormati hasil kongres. Menggusur Anas secara paksa berarti menghancurkan
Demokrat. Demokrat akan jadi korban ”syahwat kuasa” para elitenya sendiri dan
itu perbuatan zalim.
Karena itu, saya
imbau jangan zalimi Demokrat, jangan zalimi Pak SBY, dan jangan zalimi Anas.
Jawaban dari semua permasalahan adalah kembali ke AD/ART, bangun soliditas
internal partai dan kerja keras. Laksanakan perintah Ketua Dewan Pembina:
”cerdas, santun, dan bersih.” Insya Allah, Demokrat tetap jaya. Memang saya
sudah tidak aktif lagi di Demokrat, tapi batin saya sudah terikat dengan partai
ini.
Kejadian sekecil
apa pun akan menggugah hati saya. Saya berharap para pendahulu yang sudah
berusia senja dengan legawa mewariskan kebajikan dan kearifan kepada para
penerus kader-kader muda Demokrat yang akan meneruskan cita-cita para senior.
Saya dan kawan-kawan telah mendirikan dan membangun Partai Demokrat dari bajaj
butut sampai jadi Mercy. Saya akan terus mengawal keberlangsungan partai ini
karena separuh aku adalah Demokrat.
Sumber: Seputar
Indonesia, 8 Februari 2013
0 komentar:
Silahkan berkomentar
Tuliskan apa pendapatmu...!