Allan Nairn, jurnalis investigatif asal Amerika Serikat, mengaku tergugah
untuk memberikan testimoni kepada publik Indonesia tentang sosok Letjen (Purn)
Prabowo Subianto yang kini adalah calon presiden.
Pewarta yang pernah ditahan rezim Soeharto saat meliput di Timor Timur ini
menilai banyak pernyataan Prabowo kini bertolak belakang dengan apa yang
disampaikan dia dulu.
Nairn mengaku wawancara yang dia lakukan di kantor Prabowo, kawasan Mega
Kuningan, Jakarta Selatan, pada Juni dan Juli 2001 adalah off the record dan bersifat anonim.
Agar publik bisa mengakses komentar Prabowo dulu, Nairn pun mengaku
belakangan telah mencoba menghubungi mantan Danjen Kopassus itu untuk meminta
izin membeberkannya.
"Saya tidak mendapat balasan dan saya pun memutuskan untuk meneruskan
rencana tersebut. Saya pikir kerugian yang saya hadapi ketika melanggar
anonimitas yang saya janjikan ke Prabowo, tidak sebanding dengan kerugian yang
lebih besar jika rakyat Indonesia pergi ke tempat pemungutan suara tanpa mengetahui
fakta-fakta penting yang selama ini tidak bisa mereka akses," kata Nairn
lewat blognya, www.allannairn.org,
yang di-posting pada 22 Juni 2014.
Saat dikonfirmasi merdeka.com lewat email yang tertera di blognya, Nairn
membalas dengan email lain dan mengakui bahwa blog tersebut adalah miliknya.
"Ya, situs allannairn.org adalah milik saya dan Anda boleh
mengutipnya. Dan silakan bebas mengutip apa saja yang Anda ingin di situs
tersebut ke depannya," kata jurnalis 58 tahun yang pernah menyabet
sejumlah penghargaan ini.
Menghina Gus Dur
Salah satu yang disorot Nairn dari Prabowo kini adalah sikap mantan menantu
Soeharto itu yang memanfaatkan KH Abdurrahman Wahid alias Gus Dur dalam
kampanye pilpres saat ini.
Dalam sebuah video yang kemudian dijadikan iklan oleh kubu Prabowo, tampak
Gus Dur mengatakan, "Orang yang paling ikhlas kepada rakyat Indonesia itu
adalah Prabowo."
Namun, kata Nairn, sikap Prabowo dulu terhadap Gus Dur sangatlah kontras.
"Di hadapan saya Prabowo tak henti-hentinya mengecam Gus Dur dan demokrasi,"
tulis Nairn.
"Indonesia belum siap untuk demokrasi. Di negara kami ini masih ada
kanibal, masih ada kerumunan yang bikin rusuh," demikian ucapan Prabowo
yang dicatat Nairn.
Indonesia perlu, lanjut Prabowo, "rezim otoriter yang jinak".
Prabowo, kata Nairn, juga mengatakan bahwa keragaman etnis dan agama adalah
penghalang demokrasi.
Bahkan, kata Nairn, Prabowo pernah menghina fisik Gus Dur. "Militer
pun bahkan tunduk pada presiden buta! Bayangkan! Coba lihat dia, bikin malu
saja!" demikian Prabowo seperti dikutip Nairn.
"Lihat Tony Blair, Bush, Putin. Mereka muda, ganteng dan sekarang
presiden kita buta!" kata Prabowo lagi dalam catatan Nairn lagi.
Prabowo, kata Nairn, menginginkan sosok yang berbeda untuk menjadi
presiden. Dia menyebut sosok Jenderal Pervez Musharraf dari Pakistan.
Untuk diketahui, Musharraf telah menangkap perdana menterinya yang sipil
dan mendirikan kediktatoran. Prabowo menyatakan kekagumannya pada Musharraf.
Prabowo kelihatan berpikir keras apakah dirinya sesuai dengan sosok yang ia
bayangkan. Apakah ia mampu menjadi Musharraf-nya Indonesia. "Apa saya
cukup punya nyali," tanya Prabowo, "apa saya siap jika disebut
'diktator fasis'?"
"Musharraf punya nyali," kata Prabowo. Terkait dirinya sendiri,
kata Nairn, Prabowo membiarkan pertanyaan tersebut tak terjawab. Terkait
testimoni Nairn ini, Prabowo maupun tim suksesnya belum dapat dikonfirmasi.
Sumber: Merdeka.com, 25 Juni 2014
Ket foto: Allan Nairn
Ket foto: Allan Nairn
0 komentar:
Silahkan berkomentar
Tuliskan apa pendapatmu...!