Presiden Susilo
Bambang Yudhoyono dikabarkan memberhentikan Kepala Staf TNI Angkatan Darat,
Jenderal Budiman, Senin, 21 Juli 2014. Pemberhentian ini dipertanyakan banyak
pihak karena Jenderal Budiman baru akan mengakhiri masa jabatan pada 25
September mendatang.
Pemberhentian ini
menimbulkan tanda tanya ihwal penyebabnya. Sebagian kalangan pun menduga apakah
pemberhentian ini berkaitan dengan perbedaan yang kerap terjadi antara Panglima
TNI Jenderal Moeldoko dengan KSAD Jenderal Budiman dalam menyikapi beberapa kasus.
Dalam catatan
Tempo, misalnya, keduanya terlihat tak seirama dalam kasus Bintara Pembina Desa
(Babinsa) yang mencuat menjelang pemilihan presiden lalu. Jenderal Budiman saat
itu bertindak tegas dengan memerintahkan pengusutan tuntas terkait kabar anggota
Babinsa yang mendatangi rumah-rumah warga di Jakarta Pusat dan mengarahkan
warga mendukung calon presiden tertentu.
Bahkan, Markas
Besar TNI Angkatan Darat menjatuhkan hukuman penjara bagi anggota bintara
pembina desa, Kopral Satu Rusfandi. Rusfandi sehari-hari bertugas di Komando
Rayon Militer Kecamatan Gambir. Dia dinyatakan bersalah lantaran dinilai
mengambil alih pekerjaan yang menjadi kewenangan Komisi Pemilihan Umum.
Namun, keterangan
dari TNI AD berlawanan dengan yang disampaikan oleh Panglima TNI Jenderal
Moeldoko. Pada 8 Juni 2014 lalu, Moeldoko menyebut kabar adanya Babinsa yang
menyuruh warga memilih salah satu capres tertentu tidak benar alias tak
terbukti. Jenderal Moeldoko memastikan tak ada pelanggaran yang dilakukan oleh
Babinsa baik dalam kasus di Cideng, Sumedang, Jakarta Pusat, maupun
tempat-tempat lain.
Selain itu,
pada Mei lalu santer dikabarkan Jenderal
Budiman telah bertemu dengan Megawati ataupun Puan Maharani untuk membicarakan
kemungkinan menjadi calon wakil presiden bagi calon presiden yang diusung PDI
Perjuangan, Joko Widodo. Hal ini dianggap sebagai langkah tak netral dari
Jenderal Budiman sebagai bagian TNI. Namun, Jenderal Budiman sendiri membantah
kabar tersebut.
Di sisi lain, kabar
tentang upaya Moeldoko mendekati kubu PDI Perjuangan pun santer terdengar di
lingkungan Istana. Banyaknya manuver di kalangan petinggi militer ini pula yang
membuat Presiden mengumpulkan mereka dalam sebuah pertemuan di Istana
Kepresidenan. "Saya Panglima Tertinggi," kata SBY ketika itu untuk
menegaskan posisinya.
Presiden SBY sejauh
ini belum memberikan keterangan resmi terkait penyebab diberhentikannya
Jenderal Budiman. Kabarnya, Panglima TNI saat ini telah menyorongkan tiga nama
sebagai pengganti Jenderal Budiman. "Pemberhentian KASAD murni keputusan
Presiden," kata Moeldoko. Ia membantah spekulasi politik seputar
pergantian itu dan menganggapnya sebagai hal yang lumrah di organisasi TNI.
Sumber: Tempo.co,
22 Juli 2014.
Ket foto: Jenderal
Budiman
0 komentar:
Silahkan berkomentar
Tuliskan apa pendapatmu...!