SEBANYAK 38 anggota
Kongregasi Para Saudari Perawan Maria dari Gunung Karmel (Hermanas De La Virgen
Maria Del Monte Carmelo/HCarm) dari pelbagai negara menghadiri Kapitel Jenderal
di Rumah Retret HCarm di Valencia, Spanyol, Agustus silam. Pemilihan Jenderal
HCarm menjadi puncak kapitel selama sepekan lebih itu. Sr Merry Teresa Sri Rejeki
HCarm dari Indonesia terpilih sebagai Jenderal HCarm.
Sr Merry tak
menyangka dan tak berharap akan terpilih. Bahkan saat detik-detik pemilihan,
jantungnya berdegup. Ia khawatir, kalau-kalau ia terpilih memangku jabatan
mahapenting itu. Dalam hati, Sr Merry masih tak percaya dan berdoa, “Saya
merasa kecil, miskin, dan tidak percaya. Ya, Tuhan bersegeralah menolong aku,”
sitir Sr Merry mengenang peristiwa itu.
Tetapi kekhawatiran
itu tak berlangsung lama. Usai pembentukan anggota Dewan Jenderal, para peserta
Kapitel dalam ikrar ketaatan menyatakan sehati sejiwa kepada jenderal baru
mereka. Di depan ruang pertemuan, beberapa suster dari Indonesia dan Timor
Leste menyanyikan lagu “Terima Kasih Ya Tuhan”.
Sempat ditentang
Ziarah panggilan Sr
Merry penuh lika-liku. Ia lahir dari ayah yang beragama Budha dan ibu yang
beragam Kristen. Tapi lingkungan Sekolah Katolik Sang Timur Malang menjadi
persemaian benih-benih panggilan dalam dirinya. Ia kerap menggunakan uang jajan
untuk membeli hadiah bagi suster yang ulang tahun. “Saya pernah memberi coklat
kepada salah satu suster. Ketika diberi, suster itu menangis terharu,”
kisahnya.
Di sekolah ini
pulalah, ihwal ia menerima baptisan. Dalam sebuah momen, ia memandang
teman-temannya saat menerima komuni suci. Merry kecil rindu untuk menerima
Tuhan yang tersamar itu. Inilah sebab, ia minta dibaptis pada umur 13 tahun dan
mulai aktif menjadi misdinar. Menginjak bangku SMA, Romo Kepala Sekolah SMA St
Albertus Malang juga memupuk panggilannya dengan tugas rutin memimpin doa di
ruang operator. “Saya disuruh buat doa, dipinjami buku rohani. Saat itu
panggilan saya terpupuk,” kenangnya.
Panggilan yang
terpupuk itu berkecambah ketika pada April 1985, tiga suster HCarm dari
Bobonaro, Timor-Timur (sekarang Timor Leste) tiba di Malang untuk merintis
rumah pembinaan. Romo Piet Go Twan An OCarm menginisiasi pembentukan rumah
binaan di Malang itu. Kala itu Sr Merry bersama Romo Piet Go membantu mereka
mencari rumah kontrakan.
Sr Merry kerap
mengunjungi rumah HCarm. Hatinya terpaut dengan komunitas baru itu. Ia pun
meminta ijin kepada kedua orangtuanya. Kedua orangtuanya menolak dengan amarah.
Bahkan sang ayah mendatangi biara HCarm. Sang ibu juga sama. Ia marah kepada
para suster HCarm dan menghukum Sr Merry dengan tidak menyapa selama tiga hari.
Tapi Sr Merry tak
bergeming. Kedua orangtuanya pun luluh. Mereka mengizinkan putri sulung mereka,
dengan catatan apabila tidak kerasan, Sr Merry diperbolehkan pulang ke rumah.
Pada 8 September 1985, Sr Merry tercatat sebagai anggota HCarm angkatan pertama
di Malang.
Studi dan buruh
Karena dalam biara
hanya Sr Merry yang berasal dari Indonesia, ia pernah mengalami keterasingan.
Tak lama kemudian, datang suster HCarm dari Timor-Timur, Sr Fransiska yang
diminta membina Sr Merry juga mengajari bahasa Spanyol. Saat itu, rumah
kontrakan HCarm berpindah-pindah. Hidup mereka sederhana, bahkan minyak goreng
yang dipakai adalah jelantah sumbangan dari beberapa tarekat lain. Untuk
mendalami spiritualitas dan psikologi Sr Merry dititipkan ke tarekat lain di
Malang. Usai kaul novis yunior, Sr Merry studi di STFT Widya Sasana Malang dan
diminta mengajar para novis setiap hari Kamis.
Tahun 1993, Sr
Merry lulus kuliah. Sebelum pengumuman kelulusan, September 1993, ia diutus ke
Spanyol. Sampai di Salamanca, Spanyol, ia mendalami bahasa Spanyol dan kursus
teologi. Di sana, ia juga bekerja sebagai buruh cuci pakaian di Asrama
Mahasiswa milik Karmel dan di Seminari Menengah. “Di rumah, saya gak pernah
nyuci bajunya papa, di tempat itu saya diminta mencuci baju anak-anak asrama,”
kenangnya.
Pada 18 September
1994, Sr Merry mengucapkan kaul kekal. Beberapa jam seusai kaul, ia diberi
kesempatan menelepon kedua orangtuanya dan mendapat jawaban dari sang Ibu,
“Sudah, terus saja, yang penting setia sampai mati,” jawab ibunya waktu itu.
Sr Merry kemudian
diutus studi di Universidad Pontificia Comillas Madrid Teologi Spiritual. Tahun
1998, ia menyelesaikan studi dan mendapat cuti untuk pulang kampung. Ketika
mengunjungi komunitas HCarm di Meruya, Jakarta, tak disangka pemimpin HCarm di
tempat itu meninggal. Ia lantas diminta memimpin komunitas di Meruya. Setahun
berselang, Sr Merry diangkat menjadi Magistra Novis dan tinggal di Malang. Ia
juga diminta mengajar di STFT Widya Sasana Malang. “Kurang lebih 18 tahun saya
mengajar. Di formatio saya lama menjadi magistra novis, magistra yunior, dan
mendampingi suster bina lanjut,” ujarnya.
Saling berbagi
Kini, di Indonesia
terdapat 12 komunitas Suster HCarm yang berkarya di lima keuskupan: Keuskupan
Agung Jakarta, Medan, Ende, serta Keuskupan Malang dan Maumere. Anggotanya
sekitar 70 suster dan berkarya sesuai kebutuhan keuskupan setempat.
Di tingkat dunia,
dalam Kapitel, Agustus lalu, mereka telah merumuskan visi dan misi HCarm ke
depan. Mereka akan fokus kepada pastoral orang muda untuk mengatasi keringnya
panggilan di Eropa.
Pasalnya, jumlah
suster di Eropa yang lanjut usia semakin tinggi. Jika rumah-rumah HCarm tidak
dihuni, rumah itu akan ditutup. Kini, mereka sadar untuk meningkatkan kerjasama
internasional. “Karena karya bersama, kini tidak boleh mikir diri sendiri atau
provinsi sendiri-sendiri. Para susternya harus siap dikirim tugas misi di luar
Indonesia. Ketika bermisi, mereka saya harapkan tidak lupa akan nilai-nilai
ketimuran yang harus tetap dibawa.”
HCarm juga telah
meningkatkan misi ke Haiti, Republik Dominika, dan Puerto Riko. Mereka juga
memperkuat semangat internasionalitas dan semangat berbagi. “Kini, kami harus
saling membantu antarprovinsi, tidak hanya uang, namun juga sumber daya
manusia,” pungkas Sr Merry.
Sr Merry Teresa Sri
Rejeki HCarm
TTL: Malang, 4 Juli
1966
Pendidikan:
• SMPK Sang Timur
Malang
• SMUK St. Albertus
Malang
• Novisiat Hermanas
Carmelitas di Malang
• Yuniorat Hermanas
Carmelitas di Malang dan Salamanca
• STFT Widya Sasana
Malang
• Cursillo de
Espiritualidad en la Universidad San Esteban, Salamanca, Spanyol.
• Bachiller en
Teología en la Universidad Pontifi cia Comillas, Madrid, Spanyol.
• Licenciada en
Teología en la Universidad Pontifi cia Comillas Madrid
• Formación
Permanente de la Congregación Valencia
Karya:
• Administrasi BKIA
Melania Malang
• Mengajar novis
H.Carm
• Guru Bina Iman
SMUK dan SMPK Abdi Siswa Jakarta
• Mengajar di
Kursus Gabungan Novis Keuskupan Malang
• Magistra Novis
Hermanas Carmelitas
• Bendahara Komisi
Keadilan dan Perdamaian Keuskupan Malang
• Dosen
Spiritualitas STFT Widya Sasana Malang
• Bendahara Panitia
APP Keuskupan Malang
• Tim Rekoleksi
Imam Keuskupan Malang
• Ketua Komisi
Keadilan dan Perdamaian Keuskupan Malang
• Pembantu Ketua II
STFT Widya Sasana Malang
• Magistra Yunior
Hermanas Carmelitas
• Mengajar di
Kursus Teologi Regina Apostolorum Malang
• Mengajar
pascasarjana di IPI Malang
• Mengajar di
Kursus Gabungan Postulan Malang
• Mengajar Kursus
Teologi di Unika Dharma Cendika Surabaya
• Pendamping bina
lanjut Hermanas Carmelitas
A Nendro Saputro
Sumber: HIDUPKATOLIK.com,
8 November 2017
Ket foto: Sr Merry Teresa Sri Rejeki HCarm
Sumber foto: http://www.sesawi.net &
HIDUPKATOLIK.com
Ket foto: Sr Merry Teresa Sri Rejeki HCarm
Sumber foto: http://www.sesawi.net &
HIDUPKATOLIK.com
0 komentar:
Silahkan berkomentar
Tuliskan apa pendapatmu...!