SAUD al-Qahtani,
seorang pembantu utama Putra Mahkota Saudi, Mohammed bin Salman, adalah salah
satu dari lima pejabat tinggi Saudi atas pembunuhan Jamal Khashoggi.
Al-Qahtani diduga
mengarahkan pembunuhan Jamal Khashoggi. Menurut sumber yang memiliki hubungan
dengan intelijen Arab Saudi, Al-Qahtani berkomunikasi dengan Khahsoggi di ruang
konsulat Saudi di Istanbul melalui Skype, seperti dilaporkan Reuters, 24
Oktober 2018.
Dia mulai menghina
Khashoggi melalui telepon. Menurut sumber-sumber Arab dan Turki, Khashoggi
membalas penghinaan Qahtani.
Wartawan Arab Saudi,
Jamal Khashoggi (lingkar merah), diperiksa petugas saat tiba di Konsulat
Jenderal Arab Saudi di Istanbul, Turki, 2 Oktober 2018. Jamal Khashoggi dikenal
sebagai kolumnis surat kabar dan komentator yang kritis terhadap rezim Arab
Saudi saat ini, Mohammed bin Salman.
Sumber intelijen Turki
menyampaikan bahwa Qahtani mengatakan kepada anak buahnya untuk membuang
Khashoggi.
"Bawakan saya
kepala anjing itu", sumber intelijen Turki menirukan instruksi Qahtani.
Tidak jelas apakah
Qahtani mengawasi seluruh proses pembunuhan Khashoggi, yang sumber Arab tingkat
tinggi sebut sebagai "operasi ceroboh dan gagal".
Sumber Arab dan sumber
intelijen Turki mengatakan audio dari panggilan Skype sekarang disimpan
Presiden Turki Tayyip Erdogan dan menolak memberikannya ke AS.
1. Siapa Al-Qahtani?
Saud Al-Qahtani, yang
berusia 40, telah mendapatkan reputasi di Arab Saudi sebagai penegak paling
tegas kebijakan sang pangeran. Di blog dan di media sosial, beberapa jurnalis
dan aktivis Saudi yang liberal menjulukinya "Steve Bannon dari Saudi"
karena manipulasi agresifnya terhadap media berita dan di belakang layar
pembuatan strategi.
Qahtani menulis sajak
pujian di Twitter kepada keluarga kerajaan dengan nama pena "Dari",
yang berarti predator dalam bahasa Arab. Beberapa lawannya di media sosial
memanggilnya Dalim, tokoh dalam cerita rakyat Arab yang bangkit dari pelayan rendah
ke tingkat yang jauh lebih tinggi.
Menurut biografinya di
akun Twitter-nya, Qahtani belajar hukum dan menjadi kapten di angkatan udara
Saudi. Setelah meluncurkan blog, ia menarik perhatian Khaled al-Tuwaijri,
mantan kepala istana, yang merekrutnya pada awal 2000 untuk menjalankan tentara
media elektronik yang bertugas melindungi citra Arab Saudi, menurut sumber yang
memiliki hubungan dengan istana kerajaan.
Tuwaijri sedang dalam
tahanan rumah dan tidak bisa dihubungi untuk dimintai komentar.
Karir Qahtani naik
setelah dekat dengan Pangeran Mohammed bin Salman.
Bertugas melawan
dugaan pengaruh Qatar di media sosial, Qahtani menggunakan Twitter untuk
menyerang kritik terhadap kerajaan, terutama terhadap Pangeran Mohammed bin
Salman. Dia juga mengelola grup WhatsApp dengan editor surat kabar lokal dan
jurnalis terkemuka, mendikte arah pandangan kerajaan.
Ketika Riyadh memimpin
boikot ekonomi terhadap Qatar pada Juni 2017, Qahtani meningkatkan serangannya
ke Qatar. Melalui media online, ia mendesak Saudi untuk men-tweet nama-nama
orang yang menunjukkan simpati dengan Qatar di bawah tagar bahasa Arab
"The Black List".
Pejabat tinggi Arab
dan sumber-sumber Arab Saudi yang memiliki hubungan dengan istana mengatakan
Qahtani adalah "polisi jahat" MBS pada akhir tahun lalu ketika 200
orang, termasuk pangeran, menteri dan pengusaha Saudi, ditahan dan ditahan di
rumah tahanan di Ritz Carlton karena operasi anti-korupsi. Qahtani sendiri
mengawasi beberapa interogasi, kata pejabat Arab itu.
2. Menculik Perdana
Menteri Lebanon
Beberapa sumber
diplomatik Arab Saudi mengatakan, Qahtani melakukan penculikan Perdana Menteri
Lebanon Saad al-Hariri tahun lalu.
Saat itu Arab Saudi
sangat marah pada ketidakmampuan Hariri, seorang Muslim Sunni dan seorang
sekutu Saudi, untuk menghadapi saingan regional mereka Iran dan Hizbullah,
gerakan paramiliter Syiah di Lebanon. Hariri termasuk dalam pemerintahan
koalisi multi-partai yang sama dengan Hizbullah.
Saudi cemas karena
Hariri gagal menyampaikan pesan kepada penasihat utama Pemimpin Tertinggi Iran
Ayatollah Ali Khamenei, untuk berhenti mengganggu Lebanon dan Yaman.
Hariri mengklaim bahwa
ia telah menyampaikan pesan Saudi, tetapi seorang informan, yang ditugaskan
Qahtani di lingkaran Hariri, memberi bocoran bahwa ia belum melakukannya.
Arab Saudi mengundang
Hariri ke Riyadh untuk bertemu dengan MBS. Setelah kedatangannya pada 3
November 2017, tidak ada keturunan pangeran atau pejabat Saudi, seperti
biasanya akan menyambut seorang perdana menteri dalam kunjungan resmi. Hariri
kemudian menerima panggilan bahwa pertemuan dengan putra mahkota akan terjadi
pada hari berikutnya di kompleks kerajaan.
Ketika Hariri tiba, ia
diantar ke sebuah ruangan di mana Qahtani menunggunya dengan tim keamanan,
menurut tiga sumber Arab yang mengetahui insiden itu.
Tim keamanan menahan
Hariri, sementara Qahtani mengancam kemudian memaksanya untuk mengundurkan diri
sebagai perdana menteri dalam sebuah pernyataan yang disiarkan oleh saluran TV
milik Saudi.
"Dia (Qahtani)
memberitahunya Anda tidak punya pilihan selain mengundurkan diri dan membaca
pernyataan ini," kata salah satu sumber."Qahtani mengawasi interogasi
dan mengancam Hariri."
Sumber lain
mengatakan, karena intervensi Presiden Prancis Emmanuel Macron, Hariri
dibebaskan setelah muncul kecaman internasional.
Pejabat Lebanon
menegaskan kepada Reuters bahwa intervensi cepat Macron memastikan kembalinya
Hariri.
Para pejabat Saudi
tidak dapat dihubungi untuk memberikan komentar tentang kronologi kejadian atau
keterlibatan Qahtani. Pejabat Prancis menolak berkomentar ketika ditanya
tentang peran Qahtani.
3. Bujuk Jamal
Khashoggi Pulang ke Arab Saudi
Tiga teman dari Jamal
Khashoggi mengatakan beberapa bulan setelah Jamal Khashoggi pindah ke
Washington setahun yang lalu, dia menerima banyak panggilan telepon dari tangan
kanan MBS yang mendesaknya untuk kembali ke Arab Saudi.
Namun Khashoggi
menolak, karena takut akan pembalasan atas tulisan di Washington Post dan
pandangan-pandangannya yang terlalu mengkritik kerajaan.
Qahtani mencoba untuk
meyakinkan Khashoggi bahwa dia masih diterima hangat dan menawarkan pekerjaan
sebagai konsultan di istana.
Jamal Khashoggi
mengatakan awalnya Qahtani lembut dan sopan selama percakapan itu, namun
Khashoggi tetap waspada dirinya akan berakhir di penjara jika pulang.
"Jamal
memberitahuku setelah itu, 'dia pikir aku akan kembali sehingga dia bisa
melempar aku ke penjara?" kata teman Khashoggi.
Pejabat senior Saudi
menegaskan bahwa Qahtani telah berbicara dengan Khashoggi agar pulang ke rumah.
Tim yang terdiri dari 15 orang ke konsulat Arab Saudi di Istanbul tampaknya
merupakan cara lain untuk membawa Jamal Khashoggi kembali ke Arab Saudi.
Sumber: Tempo.co, 24 Oktober 2018
Ket foto: Saud al-Qahtani
0 komentar:
Silahkan berkomentar
Tuliskan apa pendapatmu...!