Headlines News :
Home » » Mengais Rezeki di Pulau Siput

Mengais Rezeki di Pulau Siput

Written By ansel-boto.blogspot.com on Thursday, January 17, 2008 | 10:58 AM


LEMBATA yang kering tidak berarti tanpa potensi perekonomian yang menjanjikan serta masa depan cerah. Pulau yang merupakan pegunungan di bagian selatan, serta hamparan datar di bagian utaranya, sebenarnya sangat potensial bagi usaha peternakan dan tanaman perkebunan.

Menurut catatan, kabupaten baru itu sangat mengandalkan berbagai jenis komoditas pertanian. Sebut saja misalnya kelapa. Produksi tahunannya sekitar 2.000 ton kopra yang dihasilkan dari lahan seluas 4.840 hektar. Menyusul kemiri 865 ton dari areal 2.541 hektar, jambu mete 401 ton (4.680 hektar), kopi 45,6 ton (210,65 hektar), cengkeh, kakao dan lainnya.

Dari hasil hutannya, terutama asam, diperoleh masukan Rp 400 juta per tahun. Sedangkan dari sektor pertanian semusim, Lembata yang kering, tiap tahunnya mampu menghasilkan padi sekitar 4.500 ton, jagung 24.000 ton, kacang tanah 4.370 ton, kacang hijau 4.780 ton, juga kedelai, sayuran dan buah-buahan.

Sementara itu dari sektor peternakannya, Lembata saat ini memiliki berbagai jenis hewan piaraan rakyat seperti sapi, kambing, domba, kuda, serta ayam, dan itik. Belum lagi dari sektor kelautan.

Lembata memiliki potensi yang cukup besar. Ikan, misalnya, produksi tahunannya sekitar 600 ton. Menyusul, kerang 13 ton, mutiara sekitar 60.000 biji, tripang 5 ton, cumi-cumi 146 ton, nener (anak bandeng) mencapai 37 juta ekor dan rumput laut hampir 4.000 ton.

Kecuali itu, bumi Lembata dilaporkan menyimpan potensi pertambangan yang sangat luar biasa. Hasil penelitian Lembaga Penelitian dan Pengembangan Geoteknologi Indonesia (LPPGI) bekerja sama dengan GSJ (Geological Survay Japan) pernah melaporkan, pulau itu menyimpan kandungan emas sekitar 600 gram per ton batuan.

Kandungan itu dikatakan sekitar 150 kali dari kandungan emas di Cikotok (Jabar) atau 300 kali dari kandungan emas di Kalimantan. Tidak heran jika ada yang menyebut Lembata sebagai Pulau Emas.

TIDAK jauh dari kaki tiang rumah perkampungan Orang Bajo di tepi Pantai Lewoleba, kota Kabupaten Lembata, sayup-sayup terlihat gundukan tanah muncul tipis di atas permukaan laut.

Masyarakat setempat mengenal gundukan pasir putih sepanjang kurang lebih 600 meter dengan garis tengah sekitar 25 meter, dengan sebutan Pulau Siput. Perjalanan dari Lewoleba dengan bagan bermotor sekitar 10 menit atau kurang lebih 25 menit dengan sampan.

Pulau Siput menjadi salah satu sumber penghasilan masyarakat Lewoleba dan sekitarnya. Entah dari mana datangnya, yang pasti gundukan pasir itu selalu menjadi hunian ribuan bahkan jutaan siput.

Hanya dengan bermodalkan sepotong kayu atau besi, mereka langsung mengaisnya. Waktu yang dibutuhkan hanya beberapa menit untuk memenuhi ember atau wadah lainnya yang berukuran 15-25 kilogram.

"Kita mengambilnya tidak perlu banyak-banyak, cukup untuk kebutuhan makan di rumah ditambah sebagiannya dijual di pasar," jelas Mama Halimah. Di Pasar Lewoleba, isi siput kering dihargai Rp 5.000 per kg. Siput segar yang masih dalam kerang rumahnya, dijajakan Rp 1.500 per delapan biji.

Mama Halimah atau petani lainnya sangat hafal kapan Pulau Siput akan tenggelam dan kapan airnya surut hingga menjadi ladang siput.

Konon di waktu silam, gundukan pasir putih itu merupakan takhta kerajaan di bawah pimpinan seorang ratu cantik. Suatu ketika, Sang Ratu menyelenggarakan pesta secara besar-besaran. Pesta itu dihadiri seluruh masyarakat sekitar termasuk dari daratan Lembata.

Sang Ratu yang cantik dan ramah berkeliling menyalami tamunya. Namun, ia menjadi sangat malu karena terus diikuti seekor anjing kesayangannya. Ia lalu menghardik anjingnya itu, namun tetap saja tidak dihiraukan.

Sang Ratu menjadi sangat marah, lalu menyuruh anjingnya melayani tamu-tamu. Suruhan ternyata berakibat fatal. Laut tiba-tiba meninggi diikuti arus dan gelombang ganas menutup sekaligus menghanyutkan takhta kerajaan termasuk para tamu yang sedang mengikuti pesta.

Kini, sebagian masyarakat Lembata percaya kalau siput-siput penghuni pasir putih adalah penjelmaan dari Sang Ratu.
 Sumber: Kompas, 31 Juli 2000
Ket foto: Pulau Siput Awelolong
SEBARKAN ARTIKEL INI :

0 komentar:

Silahkan berkomentar

Tuliskan apa pendapatmu...!

 
Didukung : Creating Website | MFILES
Copyright © 2015. Ansel Deri - All Rights Reserved
Thanks to KORAN MIGRAN
Proudly powered by Blogger