Bagi Perdana Menteri Timor Leste Xanana Gusmao, insiden 11 Februari lalu menjadi pelajaran baik bagi negaranya. "Sejak itu semua institusi negara berupaya melaksanakan konstitusi dan menempatkan kepentingan rakyat di atas semuanya.”
Di hari terakhir kunjungan kenegaraannya, Xanana kemarin menerima Faisal Assegaf dan juru foto Nickmatul Huda dari Tempo untuk wawancara khusus di kamar 1838 Presidential Suite, Hotel Borobudur. Berikut penuturannya:
Anda merasa trauma dengan insiden 11 Februari?
Saya sudah pernah mengalami yang lebih sulit dari pada ini, jadi saya tidak pernah trauma.
Sebelumnya Anda punya firasat bakal diserang?Sama sekali tidak. Saya mendapat laporan Presiden ditembak. (Menurut) pikiran saya ia tidak luka.
Banyak yang percaya Anda punya jimat sehingga sering selamat?
Mau lihat? (tertawa sambil membuka jas abu-abunya). Itu cuma isu.
Apakah Timor Leste bakal lebih stabil setelah Salsinha menyerah?Dari pengalaman 2006, institusi-institusi negara tidak bisa kerja bersama sehingga memberi kesempatan kepada pihak-pihak yang berusaha membuat kekerasan. Namun, sejak 11 Februari lalu, semua institusi negara berupaya melaksanakan konstitusi dan menempatkan kepentingan rakyat di atas semuanya. Karena itu, negara bisa meredakan situasi. Selama 72 hari keadaan darurat tidak terjadi apa-apa. Ini merupakan suatu periode yang bagus buat mendidik kewarganegaraan.
Apakah status darurat sudah dicabut?
Pada 22 April hanya satu wilayah yang masih kena, yaitu Distrik Ermera, karena di sana kelompok pemberontak berada. Sedangkan di daerah lain sudah dicabut. Soal pencabutan keadaan darurat di Ermera itu kewenangan presiden.
Anda yakin tidak ada intervensi asing yang membuat Timor Leste terus tidak stabil?
Dari permulaan, saya sama sekali tidak bicara soal itu. Sebagai kepala pemerintahan, saya harus melihat ke negara sendiri. Untuk menganalisis semacam itu urusan orang lain.
Jadi, itu kesalahan pemerintah?
Pemberontakan bukan terjadi pada pemerintahan sekarang. Pemberontakan sudah dari 2006. Kami baru memerintah pada Agustus 2007. Biasanya, kalau dalam politik, kita menerima kesalahan dilempar kepada orang lain. Pemerintah sekarang tidak mau. Keadaan sekarang ini harus kami selesaikan.
Dengan menjadi perdana menteri, Anda yakin dapat memajukan Timor Leste?Presiden hanya sebagai figur. Kalau mau membangun harus ke eksekutif. Saat saya menjadi presiden, saya hanya bisa bicara, oy, tolong bikin ini, bikin itu. Susah. Presiden bukan politik. Karena itu saya terjun ke politik, kalau menang membuat sesuatu. Itu yang sekarang saya pegang.
Jika dalam lima tahun Timor Leste belum berkembang, Anda bersedia mundur?Pada Juni, kami akan membangun pembangkit listrik 120 megawatt. Rencananya, 20 Mei 2009 semua kecamatan bisa menikmati listrik selama 24 jam. Pada Mei 2010, kami punya rencana untuk pembangunan infrastruktur. Tahun ini kami juga kami akan membangun pelabuhan yang bagus. Karena itu, setelah 31 Desember baru bisa menilai apakah saya layak terus atau mundur.
Sumber: Koran Tempo, 2 Mei 2008
0 komentar:
Silahkan berkomentar
Tuliskan apa pendapatmu...!