Usia lanjut bukan jadi halangan dalam berbagi pengalaman rohani. Itu yang dialami Mikael Kosat. Pak Mikael sudah mengabdi sebagai guru selama puluhan tahun.
Ia pernah dipercaya menjadi kepala SDK Yaswari V SoE tahun 1958–1967. Lepas dari kepala sekolah, ia bukan istirahat.
Pria kelahiran Noemuti, Timor Tengah Utara (TTU), Nusa Tenggara Timur 16 Januari 1933 ini dipercaya lagi menjadi Kepala SDK Yayasan Swastisari (Yaswari) Benlutu, Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS).
Ia tak hanya dikenal sebagai guru tapi bapak bagi keluarga dan aktivis gereja. Sebagai guru, banyak anak didiknya sudah jadi guru, dosen, dokter, bupati, pengusaha, dan pastor. Salah satu bekas muridnya adalah Bupati TTS, Drs Hendrikus Sakunab (almahrum).
Suami Cornelia Daulima ini juga termasuk berhasil mengantar enam dari delapan anaknya menjadi sarjana. Seorang di antaranya bekerja di kebun anggur Tuhan. Namanya, Pastor Robertus Kosat, SVD atau akrab disapa Pastor Roby.
Kini Pastor Roby menjadi misonaris di negeri Presiden Robert Mugabe. Tepatnya di Kongo, Afrika.
Mikael adalah siswa angkatan pertama Seminari St Imaculata Lalian, Keuskupan Atambua tahun 1950. Warga Paroki St Vinsentius Keuskupan Agung Kupang ini juga memiliki bakat olahraga dan seni. Ia pernah memperkuat kesebelasan TTS pada Pertandingan Olahraga Daratan Timor (Pordat) I tahun 1961 di Kupang.
Di bidang seni, ia pernah jadi duta TTS untuk bermain biola saat berlangsung Pagelaran Teater Tradisional di Taman Mini Indonesia Indah (TMII) Jakarta tahun 1990. Meski demikian, tugas sebagai guru dan kepala keluarga selalu ia perhatikan.
“Saya bersyukur karena bisa menyekolahkan enam dari delapan anak saya hingga sarjana. Satu di antaranya menjadi imam. Ini persembahan terindah saya,” katanya.
Di tengah kepungan usia, ia tak pernah lepas dari membaca. Baginya, sampai uzur pun membaca menjadi kewajiban. Dengan membaca ia mengaku bisa menyegarkan pikiran.
Bahkan ia masih diminta berbagi pengalaman soal cara mendidik. “Sekarang malah orangtua yang anak-anaknya sedang sekolah di seminari. Tak ada pengalaman yang luar biasa. Tapi dengan begini anak-anak kita makin dikuatkan,” katanya.
Ia selalu berpedoman pada firman Tuhan. “Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberikan kekuatan kepadaku.....”
Ia pernah dipercaya menjadi kepala SDK Yaswari V SoE tahun 1958–1967. Lepas dari kepala sekolah, ia bukan istirahat.
Pria kelahiran Noemuti, Timor Tengah Utara (TTU), Nusa Tenggara Timur 16 Januari 1933 ini dipercaya lagi menjadi Kepala SDK Yayasan Swastisari (Yaswari) Benlutu, Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS).
Ia tak hanya dikenal sebagai guru tapi bapak bagi keluarga dan aktivis gereja. Sebagai guru, banyak anak didiknya sudah jadi guru, dosen, dokter, bupati, pengusaha, dan pastor. Salah satu bekas muridnya adalah Bupati TTS, Drs Hendrikus Sakunab (almahrum).
Suami Cornelia Daulima ini juga termasuk berhasil mengantar enam dari delapan anaknya menjadi sarjana. Seorang di antaranya bekerja di kebun anggur Tuhan. Namanya, Pastor Robertus Kosat, SVD atau akrab disapa Pastor Roby.
Kini Pastor Roby menjadi misonaris di negeri Presiden Robert Mugabe. Tepatnya di Kongo, Afrika.
Mikael adalah siswa angkatan pertama Seminari St Imaculata Lalian, Keuskupan Atambua tahun 1950. Warga Paroki St Vinsentius Keuskupan Agung Kupang ini juga memiliki bakat olahraga dan seni. Ia pernah memperkuat kesebelasan TTS pada Pertandingan Olahraga Daratan Timor (Pordat) I tahun 1961 di Kupang.
Di bidang seni, ia pernah jadi duta TTS untuk bermain biola saat berlangsung Pagelaran Teater Tradisional di Taman Mini Indonesia Indah (TMII) Jakarta tahun 1990. Meski demikian, tugas sebagai guru dan kepala keluarga selalu ia perhatikan.
“Saya bersyukur karena bisa menyekolahkan enam dari delapan anak saya hingga sarjana. Satu di antaranya menjadi imam. Ini persembahan terindah saya,” katanya.
Di tengah kepungan usia, ia tak pernah lepas dari membaca. Baginya, sampai uzur pun membaca menjadi kewajiban. Dengan membaca ia mengaku bisa menyegarkan pikiran.
Bahkan ia masih diminta berbagi pengalaman soal cara mendidik. “Sekarang malah orangtua yang anak-anaknya sedang sekolah di seminari. Tak ada pengalaman yang luar biasa. Tapi dengan begini anak-anak kita makin dikuatkan,” katanya.
Ia selalu berpedoman pada firman Tuhan. “Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberikan kekuatan kepadaku.....”
Firmus Kosat
dari Benlutu, Kabupaten Timor Tengah Selatan, NTT.
Ket foto: Mikael Kosat
Ket foto: Mikael Kosat
0 komentar:
Silahkan berkomentar
Tuliskan apa pendapatmu...!