Akibat kesulitan biaya pendidikan yang terus melambung, pihak pengelola akhirnya menyerahkan SMP Katolik Lamaholot Boto, Kecamatan Nagawutun, Lembata, NTT untuk ditangani pemerintah. Kini, SMP swasta yang sudah berusia 50 tahun itu bernama SMP Negeri 2 Nagawutun.
Prosesi pengresmian sekolah swasta di lereng Gunung Labalekan itu dilakukan Bupati Lembata Drs Andreas Duli Manuk di kampung Kluang, Desa Belabaja, Nagawutun, Lembata, NTT, Jumat (18/4 2008). Pengresmian ini ditandai dengan pembukaan selubung papan nama sekolah oleh Bupati Lembata.
Hadir juga dalam acara ini Wakil Bupati Andreas Nula Liliweri, para kepala badan dan bagian, dinas lingkup sekretariat daerah, Camat Nagawutung Lazarus Leaj Baon, Camat Wulandoni, Kapolres Lembata AKBP Gerardus Bata Besu, Danramil Lembata Barat serta sejumlah alumni, aparat Desa Belabaja dan Labalimut (Boto), serta desa-desa tetangga: Ile Boli, Atawai, Puor, dan Imulolong juga para undangan lainnya baik dari kabupaten maupun kecamatan.
Sebelum acara pembukaan selubung, Bupati Manuk didampingi wakilnya Drs Andreas Nula Liliweri menyerakan surat keputusan (SK) penegerian kepada Kepala Desa Belabaja Alfonsus Prawin Pukan, didampingi Kadis Pendidikan dan Kebudayaan Lembata Drs Payong Pukan Martinus dan Kepala SMPN 2 Nagawutung Drs Petrus Perawin Deona.
Kepala Desa Belabaja, Alfons Pukan, usai menerima SK mengatakan, setelah menimbang usulan SK yayasan No. 06/YPL-LBT Tahun 2005 tentang pengalihan SMP swasta menjadi negeri, pada 21 September 2007 Bupati Duli Manuk menerbitkan SK No. 146 tahun 2007 tentang pengalihan status SMPK Swasta Lamaholot Boto menjadi SMPN 2 Nagawutun.
“Pengalihan status ini bertujuan menekan biaya pendidikan yang selama ini dialami SMP Lamaholot. Dengan pengalihan status ini maka tentu dapat membantu para orang tua wali murid dalam membiayai uang sekolah anak-anak. Saya secara pribadi maupun atas nama warga Belabaja, Labalimut, Atawai dan Ile Boli menyampaikan terimakasih kepada pemerintah derah dan semua pihak yang telah mengakomodir usulan kami,” ujar Alfons Pukan di Belabaja.
Kades lulusan sebuah SMA di Kota Kupang ini juga mengharapkan dukungan dari sekolah-sekolah dasar di desa-desa tetangga selain SDK Boto dan SD Inpres Labalimut. Dukungan dimaksud yakni dengan mengimbau para orangtua murid agar menyekolahkan anak-anak mereka di SMPN 2 Nagawutung.
Petrus Perawin mengatakan, pengalihan status ini atas perjuangan tokoh masyarakat dan orang-orang yang punya kepedulian terhadap lembaga pendidikan dan masa depan anak-anak.
Disadari bahwa dari aspek biaya, lembaga pendidikan swasta seperti SMP Lamaholot memang sangat memberatkan bagi orangtua murid yang kebanyakan petani.
Kondisi ini terasa dengan makin besarnya biaya pendidikan yang harus ditanggung orangtua murid. Dengan demikian, maka pilihan menjadi sekolah negeri tentu akan membantu para orangtua murid untuk menyekolahkan anak-anak mereka.
“Saya mengharapkan agar semua komponen baik guru, murid, orang tua wali serta seluruh masyarakat bekerja sama mendukung lembaga yang baru berubah wajah dari swasta ke negeri ini. Semua pihak harus bekerja sama dan saling mendukung. Kita tahu. SMP Lamaholot selama puluhan tahun berdiri sangat terkenal mutu dan kualitas lulusannya. Para lulusan mengabdi sentah sebagai pastor, suster, bruder, guru, pengacara, wartawan, pengusaha, dan lain-lain,” kata Perawin.
Kebanggaan alumni
Pengalihan status SMP Lamaholot Boto menjadi SMPN 2 Nagawutung disambut positif para almuni. Pastor Patrisius Breket Mudaj, SS.CC, misalnya. Pastor kelahiran dusun Kluang, Desa Belabaja ini merasa bangga dengan pengalihan status sekolah ini.
“Sekian tahun kita mengharapkan sebuah sekolah negeri di desa ini. Nah, saat ini harapan itu terwujud. Semoga para orangtua murid kita makin dimudahkan dengan kehadiran sekolah negeri ini. Saya mengharapkan orangtua menyekolahkan anak-anak demi menata masa depan mereka,” kata Pastor Breket, Magister Postulant Kongregasi SS.CC Bandung, Jawa Barat.
Menurut Pastor Patris, selama ini perjuangan untuk mengalihkan SMP Lamaholot jadi sekolah negeri cukup berat. Oleh karena itu, saat ini semua pihak harus berjuang untuk ikut membantu meningkatkan mutu pendidikan. Terutama kerja sama dengan pemerintah daerah, komite sekolah, dan guru-guru.
“Mutu pendidikan harus semakin baik dan jangan menjadi kendor,” kata Pastor Patris, imam yang pernah kuliah di Manila, Philipina, ini.
Dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan, pastor lulusan SMA Kawula Karya Lewoleba, Lembata, ini mengharapkan agar para guru selalu menjadi teladan bagi para murid. Hal ini sejalan dengan Ensiklik Evangelli Nuntiadi Nomor 41.
Dalam ensiklik itu, Paus Paulus VI menyatakan, orang-orang modern lebih suka mendengarkan para saksi dari pada guru, dan jika mereka mendengarkan para guru hal itu terjadi karena para guru adalah juga para saksi.
Sambut baik
Sementara itu, alumni lainnya Ansel Deri melalui surat elektronik (email) menyambut baik keputusan masyarakat dan yayasan untuk menyerahkan pengelolaan sekolah swasta kebangaan itu untuk ditangani pemerintah daerah.
“Kita tahu bahwa sekolah itu sudah hadir puluhan tahun. Banyak lulusan sekolah ini yang sudah bekerja dan mengabdi di seantero nusantara bahkan dunia. Ini tentu menjadi kebangaan masyarakat,” kata Ansel, seorang jurnalis asal Boto di Jakarta.
Namun, sarjana lulusan Undana Kupang ini mengingatkan bahwa ada hal penting lain yang harus terus dipikirkan masyarakat Boto. Bahwa pendidikan merupakan investasi masa depan.
“Oleh karena itu anak-anak harus disekolahkan. Kalau sekarang sudah ada sekolah negeri di depan rumah maka tak lagi ada alasan bagi orangtua untuk tidak menyekolahkan putra putrinya,” lanjut Ansel.
Ganti rugi
Sementara itu, Payong Pukan mengatakan, berdasarkan ketentuan pemerintah ada dua hal untuk mendirikan sebuah lembaga pendidikan negeri: pembukaan unit sekolah negeri baru dan penegerian sekolah yang ada dengan tidak mematikan sekolah negeri terdekat. Untuk menegrikan sebuah SLTP swasta, syarat utama didukung oleh sekolah-sekolah dasar terdekat dengan jumlah murid memenuhi syarat.
Selain itu, yang paling utama adalah kesediaan masyarakat menyerahkan semua aset tanpa ganti rugi kepada pemerintah. “Masyarakat sudah bangun, sudah jalankan sekian lama aset yang ada. Kalau masyarakat menyerahkan kepada pemerintah tanpa ganti rugi maka pemerintah akan mengakomodir,” kata Pukan, kadis kelahiran dusun Kluang, Desa Belabaja ini.
Sebagai kepala dinas, ia mengaku tidak punya target tertentu karena kepala dinas tidak putar sisa hasil usaha (SHU). Namun, menurutnya, masyarakat dan lembaga itu sendiri yang mempunyai target yakni adanya angka partisipasi murid yang terus meningkat setiap tahun.
“Saya yakin jumlah murid SMPN 2 Nagawutung akan meningkat setiap tahun. Ini tentu beralasan karena saat ini sudah ada lima sekolah dasar pendukung seperti SDK Boto dan SD Inpres Labalimut, SDK Atawai, SDK Ile Boli, dan SD Inpres Ile Boli,” lanjut Pukan, lulusan SMP Lamaholot Boto.
Perjuangan panjang
Sedangkan Lazarus Baon mengemukakan, sejak ia menjabat Kepala SMPK Lamaholot Boto tahun 1984, usaha mengalihkan status sekolah swasta itu jadi sekolah negeri sudah dilakukan sejak lama.
Termasuk berusaha hingga di tingkat provinsi namun belum berhasil. Perjuangan mengalihkan status sekolah menjadi negeri karena biaya belanja sarana dan prasarana sekolah hanya bergantung dari uang SPP murid. “Kita mau hidupkan sekolah swasta dengan satu sumber saja tidak cukup,” ujar Lazarus.
Menurutnya, pemerintah sadar. Bahwa untuk menghidupi sebuah lembaga pendidikan swasta dengan sumber dana hanya SPP murid, maka itu saja tidak cukup. Ia juga mengharapkan agar semua komponen: pihak lembaga, orang tua murid, pemerinta desa, masyarakat agar tidak menyia-nyiakan perjuangan ini.
“Kita sukses berjuang mewujudkan sekolah ini dinegrikan dan saatnya kita juga harus bekerja sama pertahankan mutu pendidikan,” kata putra asal desa Labalimut.
Mantan Kepala Desa Labalimut, Yoseph Prasong Baon meminta orang tua murid dan warga masyarakat Belabaja dan Labalimut (Boto) memberi dukungan guna kelanjutan lembaga pendidikan ini.
Albert Boli Blikololong
dari Desa Belabaja (Boto), Kecamatan Nagawutun
Lembata, Nusa Tenggara Timur
Lembata, Nusa Tenggara Timur
0 komentar:
Silahkan berkomentar
Tuliskan apa pendapatmu...!