Headlines News :
Home » » Apolonia Max Nae: Tanamkan Sikap Mandiri pada Anak

Apolonia Max Nae: Tanamkan Sikap Mandiri pada Anak

Written By ansel-boto.blogspot.com on Wednesday, October 29, 2008 | 3:01 PM

Latar belakang keduanya sebagai seorang guru membuat pasangan ini selalu mendidik anak-anaknya menjadi mandiri dan tangguh. Apa yang dilakukan anak benar-benar harus dari keinginan anak, bukan atas kemauan atau kehendak orangtua. Orangtua hanya mengarahkan, memberi panduan agar anak-anak bisa mandiri dalam mengambil keputusan untuk dirinya.

Itulah tips mendidik anak yang dilakukan pasangan Apolonia Max Nae dan Valentinus B Pukan. Pasangan yang sama-sama berpofesi sebagi guru sekolah menengah pertama ini, selalu menomorsatukan pendidikan anak. Bagi meereka, sekolah merupakan bekal utama bagi masa depan anak. Kesuksesan masa depan tergantung pada ketekunan belajar pada saat sekarang di usia anak yang masih muda. Alhasil, kedua anak mereka sudah berhasil masuk pendidikan polisi.

Pasangan ini memiliki tiga anak, si sulung Stevanus Pukan (Evri), lahir di Bajawa, 10 Juli 1987, saat ini sedang mengikuti pendidikan di Sekolah Polisi Negara (SPN) Kupang. Putra keduanya, Emanuel Siga Pukan, lahir di Kupang, 25 Desember 1989, saat ini juga bercita-cita menjadi polisi setelah menamatkan pendidikan di SMK Santi Karya Kupang. Putri ketiganya, Serlyn Pukan, lahir di Bajawa, 7 Desember 1997, saat ini di kelas VI SDK St. Arnoldus Penfui, Kupang.

Kepada Pos Kupang di ruang kerjanya di SMPK Giovanni-Kupang, Jumat (17/10/2008), Apolonia Max Nae alias Loni mengatakan, dia bersama suaminya sibuk dengan pekerjaan mereka masing-masing. Suaminya mengajar di SMPN 2 Takari dan harus tinggal di Takari karena jarak yang cukup jauh. Namun demikian, suaminya tetap pulang seminggu sekali. Sementara, ia sendiri selain sebagai seorang guru ia juga memiliki kelompok paduan suara yang diberi nama Kantate St. Yosep Pekerja Penfui. Selain itu, ia juga aktif di beberapa organisasi. Berbagai kegiatan ini tidak menghambatnya untuk tetap memperhatikan dan mengarahkan anak- anaknya supaya sukses.

Dikatakannya, anak-anaknya adalah tipe anak penurut sehingga tidak pernah berbuat macam-macam. Si sulung, katanya, memiliki keuletan yang luar biasa sehingga dalam hal belajar ia hanya bisa mengarahkan saja. Untuk belajar ia tidak pernah banyak omong, karena ketiga anaknya selalu menomorsatukan belajar. "Kalau ada yang perlu ditanyakan kepada saya, mereka biasanya terbuka. Tetapi kalau tidak, mereka lebih memilih untuk menyelesaikannya sendiri. Kami sebagai orangtua bersyukur karena dikaruniakan Tuhan anak- anak yang baik," kata wanita kelahiran Bajawa, 18 April 1962 ini.

Bagi wanita yang bergabung di Partai Kasih Demokrasi Indonesia (PKDI) ini, sesibuk apa pun dirinya dia selalu mengajarkan kepada anak-anaknya untuk tidak melupakan Tuhan. Sebagai orang Katolik, keduanya selalu mengajarkan anak-anaknya untuk berdoa bersama sebelum tidur dan melakukan sembahyang novena. Dikatakannya, bekerja membanting tulang, tetapi lupa berdoa sama dengan nol. Inilah yang menjadi kunci kesuksesan keluarganya.

Dikatakannya, karena sikap mandiri sudah ditanamkan kepada anaknya sejak dini, saat ini dua anaknya memilih untuk meniti karier terdahulu, padahal secara ekonomi keduanya terbilang mampu. "Kami sebenarnya ingin sekali agar dua anak ini melanjutkan pendidikan ke pendidikan tinggi, minimal sampai sarjana. Tetapi, keduanya ingin mencari kerja dulu, baru melanjutkan sekolah. Kami tidak bisa memaksakan kehendak. Tetapi kami tetap mengarahkan agar anak-anak melanjutkan kuliah setelah bekerja nanti," kata wanita yang pernah mengabdi di SMP Adi Sucipto Penfui selama 10 tahun ini.

Bagi keduanya, anak adalah anugerah terindah yang diberikan Yang Kuasa, sehingga sebagai orangtua keduanya harus menjaga kepercayaan yang diberikan tersebut agar tidak sia-sia. Selain itu, sebagai manusia yang berakal budi, anak juga memiliki hak asasi yang tidak bisa disepelekan orangtua.

"Mereka memiliki dunia sendiri dan anak memiliki hak asasi yang tidak bisa diganggu gugat termasuk orang tua. Mereka bebas mengekspresikan diri mereka untuk menjadi apapun yang mereka inginkan. Kami sebagai orangtua tidak bisa menintervensi. Tugas kami adalah mengarahkan dan memberikan motivasi agar anak bisa mencapai apa yang dicita-citakannya," kata Loni. (Matilde Dhiu)
Sumber: jurnalis-ntt.blogspot.com
SEBARKAN ARTIKEL INI :

1 comment:

  1. ibu loni jg punya blog? share k saya bu.. trims.. christin mana

    ReplyDelete

 
Didukung : Creating Website | MFILES
Copyright © 2015. Ansel Deri - All Rights Reserved
Thanks to KORAN MIGRAN
Proudly powered by Blogger