Polisi mengambil paksa mobil ekscudo EB 50 DI berwarna merah dari rumah jabatan (Rujab) bupati Lembata, Minggu (26/7). Mobil merah milik Erni Manuk, anak Bupati Lembata Andreas Duli Manuk, diambil secara paksa karena mobil ini digunakan sebagai sarana untuk mengangkut para pelaku pembunuhan Yoakim Langoday.
Mobil ini diarak lebih dari 600 orang dari rumah jabatan menuju kantor polisi. Tim penyidik Polda NTT dan Penyidik Polres Lembata, di bawah pimpin Ketua Tim Penyidik Polda NTT, AKP Yeter B Selan, tiba di rumah jabatan, 13.06. Polisi sempat bertemu dengan pembantu dan sopir rumah jabatan.
Dari keterangan sopir, Bupati Lembata Andreas Duli Manuk, saat itu lagi tidur. Yeter minta supaya Bupati Manuk bisa bertemu penyidik untuk beberapa menit saja. Sopir pergi lagi ke dalam. Sopirnya itu lagi-lagi mengatakan Bupati lagi tidur.“Bupati itu pelayan publik, bisa layani kami hanya beberapa menit saja,” kata Yeter. Tim penyidik meminta agar ada keluarga yang bisa bertemu dengan mereka.
Sekitar 30 menit, salah seorang anak mantu bupati datang ke rumah jabatan. Beberapa menit kemudian, Yeter ke dalam ruangan makan, sementara tim lain termasuk wartawan menunggu di ruang tunggu.
Meli Manuk, anak sulung Bupati Manuk menandatangani surat berita acara penyitaan secara paksa mobil ekskudo tersebut. Sementra Erni Manuk, pemilik mobil, tidak ada di tempat. Setelah menandatangani berita acara, polisi langsung melakukan eksekusi.
Waktunya agak lama karena kunci mobil tidak ada. Salah satu ban depan mobil gembos. Tiba-tiba Bupati Manuk keluar dari dalam rumah mengenakan celana pendek warna putih dan baju singlet berwarna putih. Bupati Marah. “Kamu nonton apa, saya ada curi kamu punya barang ka”.
Kemudian Bupati Manuk keluar dari pintu gerbang rumahnya dan mengusir semua masyarakat yang datang menyaksikan polisi mengambil paksa mobil merah milik Erni Manuk. Bupati Manuk tidak hanya marah di halaman rumahnya, tapi juga ia buka sendiri pintu gerbang.
Polisi Pamong praja tidak ada di rumah jabatan. Bupati, yang melihat sejumlah wartawan baik media cetak maupun elektronik yang sedang meliput, langsung marah. “Mana wartawan itu, tulis yang benar e”. Kemudian mencari wartawan Aktualita yang bernama Alivino Beraf. “Mana Beraf itu”.
Dia menyebut nama Beraf berulangkali. Masyarakat lari, sementara wartawan tetap meliput upaya polisi mengambil paksa mobil yang ada di halaman rumah bupati. Bupati Manuk begitu marah sehingga Meli Manuk dan suaminya memegang tangannya. Polisi juga turut minta masyarakat untuk pulang. Masyarakat hanya menghindar sampai di jalan raya.
Tapi masyarakat tetap menyaksikan pengambilan mobil tersebut. Setelah polisi mengeluarkan mobil itu dari halaman rumah jabatan, mobil tersebut ditarik mobil dalmas menuju kantor polisi. Mobil merah yang ada di dalam halaman rumah itu diapiti mobil bupati EB I F dan mobil pribadi bupati Nissan Terano EB 2144 F.
Mobil Nisan Terano adalah mobil EB 1 hasil pemutihan. Sebelum mobil merah ditarik dan dibawa ke kantor polisi, Kasat Reskrim AKP Gede Putra Yase dan ketua tim penyidik dari Polda, Yeter B Selan berbicara dengan bupati Manuk di ruang tunggu rumah jabatan.
Sementara, anggota tim penyidik Polda, Bripka Morris Illu mengatur dan memerintahkan anggota polisi untuk menarik mobil merah tersebut. Bupati Manuk dengan suara keras mengatakan kalau anaknya Erni Manuk terlibat dalam kasus pembunuhan ini ditangkap saja.
“Kalau Erni Manuk terlibat dalam kasus pembunuhan ini tangkap dia,” kata bupati Manuk berulang kali. Mobil tersebut ditarik dari rumah jabatan menuju kantor polisi. Ratusan sepeda motor mengiringi mobil tersebut hingga ke kantor polisi. Sementara ratusan warga yang datang menyaksikannya pulang ke rumah masing-masing.
Di Mapolres, polisi terpaksa menutup pintu pagar karena begitu banyak massa yang datang dengan menggunakan sepeda motor dan roda empat. Kapolres Lembata, AKBP Marthen Johannis mengatakan, mobil ekscudo berwarna merah itu diambil paksa karena dari hasil penyelidikan, mobil tersebut mengangkut para pelaku ke tempat kejadian perkara (TKP), di hutan bakau, dekat Bandara Wunopito, pada Selasa (19/5) lalu.
Kapolres mengatakan, mobil merah itu milik Erni Manuk. Menjawab wartawan, soal keterlibatan Erni Manuk, Kapolres tidak memberikan komentar. “No coment.” Soal Bupati marah, Kapolres mengatakan, mungkin karena emosi sesaat. Tapi, kalau jabatan dia sebagai bupati tidak perlu marah.
Apalagi, kata Kapolres, jauh sebelumnya saat melakukan silahturahmi dengan Bupati Manuk, dia pernah menyampaikan bahwa suatu saat mobil tersebut bisa diambil kembali oleh polisi kalau hasil penyelidikan polisi menunjukkan mobil tersebut dipakai sebagai sarana untuk melakukan tindak pidana pembunuhan. Bupati Manuk menerimanya. “Mungkin tadi dia emosi” kata Kapolres. Kapolres mengatakan bupati tidak pernah menelponnya.
Diperiksa di Hotel Lewoleba
Mathias Bala, salah satu tersangka, Sabtu (25/7) pukul 17.00 diperiksa di Lewoleba Hotel. Paginya dia diperiksa di ruang Kasat Reskrim, namun karena Mathias Bala dalam keterangannya ragu, “takut”, tim penyidik Polda terpaksa membawanya ke Hotel.
Mathias Bala didampingi oleh Pater Vande Raring SVD, Rm Harto dan diakon Arif SVD. Ketiganya memberikan peneguhan dan penguatan terhadap Mathias Bala dan Bedy Langoday. Saat periksa di Polres Lembata, Mathias Bala dikonfrontasi dangan Zeta Uran dan Epi (istri Mathias Bala).
Usai diperiksa, Zeta mengatakan, Mathias Bala mengaku ia pernah menyampaikan kepada dirinya bahwa kalau dia membongkar kasus pembunuhan Yoakim Langoday, maka dia atau anaknya Boli dicincang oleh orang.
Namun, Bala tidak mau menyebut siapa orang tersebut. Bala minta Zeta dan Markus Kraeng (keluarga Yaokim Langoday) keluar dari ruangan pemeriksaan sehingga ia bisa menyebutkan orang yang dimaksudakannya. Mathias Bala mencoba untuk menuangkan kasus pembunuhan itu lewat tulisan tangannya.
Namun setelah ia menulis semuanya, Bala meragukannya lagi. Bala takut lagi dengan apa yang telah dituliskannya. Ketika Epi, istrinya masuk dalam ruang Reskrim, Bala menanyakan keberadaan istri dan anaknya.
Epi minta Bala jujur.“Kau jangan pikir kami lagi, anggap saja kami sudah mati. Tapi saya minta kau jujur”. Melihat ada sesuatu yang tidak beres karena ragu untuk menyebutkan dua orang otak pelaku pembunuhan, penyidik membawa Mathias Bala ke Lewoleba Hotel.
Di kamar nomor satu Lewoleba Hotel inilah, Mathias Bala diperiksa dan mengaku, dan menyebutkan dua orang otak pembunuhan Yoakim Langoday. Polisi belum mau menyebutkan siapa dua orang yang diduga sebagai otak pembunuhan.Usai diperiksa di Lewoleba Hotel, Bala dibawa ke ruang sel Polres Lembata. (Maxi Gantung)
Mobil ini diarak lebih dari 600 orang dari rumah jabatan menuju kantor polisi. Tim penyidik Polda NTT dan Penyidik Polres Lembata, di bawah pimpin Ketua Tim Penyidik Polda NTT, AKP Yeter B Selan, tiba di rumah jabatan, 13.06. Polisi sempat bertemu dengan pembantu dan sopir rumah jabatan.
Dari keterangan sopir, Bupati Lembata Andreas Duli Manuk, saat itu lagi tidur. Yeter minta supaya Bupati Manuk bisa bertemu penyidik untuk beberapa menit saja. Sopir pergi lagi ke dalam. Sopirnya itu lagi-lagi mengatakan Bupati lagi tidur.“Bupati itu pelayan publik, bisa layani kami hanya beberapa menit saja,” kata Yeter. Tim penyidik meminta agar ada keluarga yang bisa bertemu dengan mereka.
Sekitar 30 menit, salah seorang anak mantu bupati datang ke rumah jabatan. Beberapa menit kemudian, Yeter ke dalam ruangan makan, sementara tim lain termasuk wartawan menunggu di ruang tunggu.
Meli Manuk, anak sulung Bupati Manuk menandatangani surat berita acara penyitaan secara paksa mobil ekskudo tersebut. Sementra Erni Manuk, pemilik mobil, tidak ada di tempat. Setelah menandatangani berita acara, polisi langsung melakukan eksekusi.
Waktunya agak lama karena kunci mobil tidak ada. Salah satu ban depan mobil gembos. Tiba-tiba Bupati Manuk keluar dari dalam rumah mengenakan celana pendek warna putih dan baju singlet berwarna putih. Bupati Marah. “Kamu nonton apa, saya ada curi kamu punya barang ka”.
Kemudian Bupati Manuk keluar dari pintu gerbang rumahnya dan mengusir semua masyarakat yang datang menyaksikan polisi mengambil paksa mobil merah milik Erni Manuk. Bupati Manuk tidak hanya marah di halaman rumahnya, tapi juga ia buka sendiri pintu gerbang.
Polisi Pamong praja tidak ada di rumah jabatan. Bupati, yang melihat sejumlah wartawan baik media cetak maupun elektronik yang sedang meliput, langsung marah. “Mana wartawan itu, tulis yang benar e”. Kemudian mencari wartawan Aktualita yang bernama Alivino Beraf. “Mana Beraf itu”.
Dia menyebut nama Beraf berulangkali. Masyarakat lari, sementara wartawan tetap meliput upaya polisi mengambil paksa mobil yang ada di halaman rumah bupati. Bupati Manuk begitu marah sehingga Meli Manuk dan suaminya memegang tangannya. Polisi juga turut minta masyarakat untuk pulang. Masyarakat hanya menghindar sampai di jalan raya.
Tapi masyarakat tetap menyaksikan pengambilan mobil tersebut. Setelah polisi mengeluarkan mobil itu dari halaman rumah jabatan, mobil tersebut ditarik mobil dalmas menuju kantor polisi. Mobil merah yang ada di dalam halaman rumah itu diapiti mobil bupati EB I F dan mobil pribadi bupati Nissan Terano EB 2144 F.
Mobil Nisan Terano adalah mobil EB 1 hasil pemutihan. Sebelum mobil merah ditarik dan dibawa ke kantor polisi, Kasat Reskrim AKP Gede Putra Yase dan ketua tim penyidik dari Polda, Yeter B Selan berbicara dengan bupati Manuk di ruang tunggu rumah jabatan.
Sementara, anggota tim penyidik Polda, Bripka Morris Illu mengatur dan memerintahkan anggota polisi untuk menarik mobil merah tersebut. Bupati Manuk dengan suara keras mengatakan kalau anaknya Erni Manuk terlibat dalam kasus pembunuhan ini ditangkap saja.
“Kalau Erni Manuk terlibat dalam kasus pembunuhan ini tangkap dia,” kata bupati Manuk berulang kali. Mobil tersebut ditarik dari rumah jabatan menuju kantor polisi. Ratusan sepeda motor mengiringi mobil tersebut hingga ke kantor polisi. Sementara ratusan warga yang datang menyaksikannya pulang ke rumah masing-masing.
Di Mapolres, polisi terpaksa menutup pintu pagar karena begitu banyak massa yang datang dengan menggunakan sepeda motor dan roda empat. Kapolres Lembata, AKBP Marthen Johannis mengatakan, mobil ekscudo berwarna merah itu diambil paksa karena dari hasil penyelidikan, mobil tersebut mengangkut para pelaku ke tempat kejadian perkara (TKP), di hutan bakau, dekat Bandara Wunopito, pada Selasa (19/5) lalu.
Kapolres mengatakan, mobil merah itu milik Erni Manuk. Menjawab wartawan, soal keterlibatan Erni Manuk, Kapolres tidak memberikan komentar. “No coment.” Soal Bupati marah, Kapolres mengatakan, mungkin karena emosi sesaat. Tapi, kalau jabatan dia sebagai bupati tidak perlu marah.
Apalagi, kata Kapolres, jauh sebelumnya saat melakukan silahturahmi dengan Bupati Manuk, dia pernah menyampaikan bahwa suatu saat mobil tersebut bisa diambil kembali oleh polisi kalau hasil penyelidikan polisi menunjukkan mobil tersebut dipakai sebagai sarana untuk melakukan tindak pidana pembunuhan. Bupati Manuk menerimanya. “Mungkin tadi dia emosi” kata Kapolres. Kapolres mengatakan bupati tidak pernah menelponnya.
Diperiksa di Hotel Lewoleba
Mathias Bala, salah satu tersangka, Sabtu (25/7) pukul 17.00 diperiksa di Lewoleba Hotel. Paginya dia diperiksa di ruang Kasat Reskrim, namun karena Mathias Bala dalam keterangannya ragu, “takut”, tim penyidik Polda terpaksa membawanya ke Hotel.
Mathias Bala didampingi oleh Pater Vande Raring SVD, Rm Harto dan diakon Arif SVD. Ketiganya memberikan peneguhan dan penguatan terhadap Mathias Bala dan Bedy Langoday. Saat periksa di Polres Lembata, Mathias Bala dikonfrontasi dangan Zeta Uran dan Epi (istri Mathias Bala).
Usai diperiksa, Zeta mengatakan, Mathias Bala mengaku ia pernah menyampaikan kepada dirinya bahwa kalau dia membongkar kasus pembunuhan Yoakim Langoday, maka dia atau anaknya Boli dicincang oleh orang.
Namun, Bala tidak mau menyebut siapa orang tersebut. Bala minta Zeta dan Markus Kraeng (keluarga Yaokim Langoday) keluar dari ruangan pemeriksaan sehingga ia bisa menyebutkan orang yang dimaksudakannya. Mathias Bala mencoba untuk menuangkan kasus pembunuhan itu lewat tulisan tangannya.
Namun setelah ia menulis semuanya, Bala meragukannya lagi. Bala takut lagi dengan apa yang telah dituliskannya. Ketika Epi, istrinya masuk dalam ruang Reskrim, Bala menanyakan keberadaan istri dan anaknya.
Epi minta Bala jujur.“Kau jangan pikir kami lagi, anggap saja kami sudah mati. Tapi saya minta kau jujur”. Melihat ada sesuatu yang tidak beres karena ragu untuk menyebutkan dua orang otak pelaku pembunuhan, penyidik membawa Mathias Bala ke Lewoleba Hotel.
Di kamar nomor satu Lewoleba Hotel inilah, Mathias Bala diperiksa dan mengaku, dan menyebutkan dua orang otak pembunuhan Yoakim Langoday. Polisi belum mau menyebutkan siapa dua orang yang diduga sebagai otak pembunuhan.Usai diperiksa di Lewoleba Hotel, Bala dibawa ke ruang sel Polres Lembata. (Maxi Gantung)
Sumber: www.florespos.com, 28/7 2009
Foto: spiritentete.blogspot.com
0 komentar:
Silahkan berkomentar
Tuliskan apa pendapatmu...!