Putra Lembata yang saat ini melanjutkan studi di Australia, Pastor Mikael Peruhe, OFM masih terus memantau dinamika perkembangan Lembata, tanah kelahirannya. Ini mungkin bisa dimaklumi. Melalui lembaga Justice, Peace, and Integrity of Creation (JPIC) OFM Indonesia, Pastor Mike pernah membantu masyarakat di dua wilayah terkait rencana tambang oleh kelompok usaha Merukh Enterprises milik pengusaha tambang nasional Jusuf Merukh.
Tak hanya melalui diskusi maupun seminar, tetapi juga bertemu dengan Bupati Lembata Andreas Duli Manuk dan Ketua DPRD Pieter Boliona Keraf. Pastor Mike dan rekan-rekannya di JPIC OFM dan simpul jejaring di Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek), juga bertemu dan berdiskusi dengan lembaga-lembaga yang concern di bidang pertambangan, lingkungan hidup, dan hak-hak asasi manusia (HAM) nasional. Juga kalangan lembaga swadaya masyarakat (LSM) lokal, alim ulama, dan pemangku kepentingan ulayat, baik di Kedang maupun Leragere.
Direktur JPIC OFM Indonesia Pastor Dr Peter Canisius Aman, OFM juga kerap berada di garda depan dalam men-support Pastor Mike dengan analisa dan kajian bernas terkait rencana tambang di Lembata (termasuk kasus-kasus tambang di wilayah Flores daratan).
Kepdulian ini menyata saat saya dan Johan, aktivis PADMA Indonesia, diajak Pastor Mike melakukan investigasi di lokasi eks PT Newmont Minahasa Raya (NMR) di Kecamatan Ratatotok Timur, Kabupaten Minahasa Tenggara (Mitra), Propinsi Sulawesi Utara. Perusahaan tambang ini juga (konon sebagian sahamnya) milik Pak Jusuf Merukh. Melalui perusahaan Pak Merukhlah, ada niatan Pemkab Lembata mau menambang di dua wilayah: Kecamatan Omesuri dan Buyasuri (Kedang) dan Leragere di Kecamatan Lebatukan.
Kembali soal kepedulian Pastor Mike. Belum lama ini beliau mengirim surat elektronik (email) dan menyinggung kampungnya, Mulandoro. Jalan dari Lewoleba menuju kampung ini sebagian masih plontos tanpa aspal. Jalanan dari Boto, di Kecamatan Nagawutun menuju Mulandoro (Kecamatan Wulandoni) pun yang paling parah. Tak ada aspal. Padahal, hasil pertaniannya pat gulipat. “Saya dengar kabar, beberapa minggu lalu ada kunjungan pejabat ke kampung e. Mungkin mau buka tambang di sana, heeee,” kata Pastor Mike.
Selain memantau kampungnya dari Melbourne, negeri pimpinan Perdana Menteri Kevin Ruud, Pastor Mike juga masih menanyakan rekan-rekan sesama penghuni Jakarta asal Lembata. Maklum. Kami kerap minum teh botol dan gorengan di sekretariat JPIC OFM, Galur, Jakarta Pusat. Beliau masih menanyakan Edie, putra Lembata yang kini jadi Pemimpin Redaksi Majalah BISNIS Property Jakarta dan Franz Namang, anak muda yang pernah jadi orator saat demo di kantor Menteri ESDM terkait rencana tambang di Lembata beberapa waktu lalu.
“Gimana kegiatan sekarang? Bagaimana hubungan dengan kampung halaman Lembata? Bagaimana No Edi dan Ciku? Biar beda partai tapi tidak bisa meniadakan suku bangsa. He.... Salam dari saudaramu, Mike, di Melbourne,” kata Pater Mike kepada saya melalui surat elektronik atau e-mail dari Melbourne, Australia. Maklum di antara saya, Edi, dan Ciku, beda pilihan kendaraan politik.
Foto (1) Pastor Mike Peruhe, OFM dan (foto 2) sejumlah warga masyarakat Desa Atakera, Kecamatan Wulandoni dengan latarbelakang alam Desa Wulandoni dan sekitarnya. Foto-foto: dok. Ansel Deri
0 komentar:
Silahkan berkomentar
Tuliskan apa pendapatmu...!