Hajah Melani Leimena Suharli, MM. Ia satu-satunya perempuan yang didapuk menempati posisi Wakil Ketua MPR periode 2009-2014 mendampingi Ketua MPR Taufik Kiemas bersama tiga wakil ketua lainnya.
Saban hari anggota DPR RI dari Partai Demokrat daerah pemilihan DKI Jakarta tercatat sebagai anggota Dewan Pembina Partai Demokrat. Pada Jumat (3/10) siang, telpon meluncur dari Ketua Dewan Pembina Partai Demokrat Dr. Susilo Bambang Yudhoyono alias SBY. Isi pembicaraan ringkas. “Bapak mau bicara,” ujar Bu Melani menirukan kata-kata Ibu Negara Ani Bambang Yudhoyono.
Bagaimana ceritanya hingga SBY meminta kesediaan Melani dicalonkan menduduki posisi Wakil Ketua MPR, berikut pengakuan putri bungsu Wakil Perdana Menteri Dr Leimena kepada penulis di sekretariat Dewan Pembina Partai Demokrat, Menteng, Jakarta Pusat, Selasa (13/10 2009).
Bagaimana tanggapan Anda setelah terpilih menjadi Wakil Ketua MPR RI?
Tentu secara pribadi saya senang mendapat kepercayaan ini. Namun, pada saat bersamaan sekaligus menjadi tantangan saya untuk benar-benar melaksanakan dengan baik dan penuh tanggung jawab.
Tanggung jawab itu juga diharapkan dapat meningkatkan citra MPR agar lebih baik. Jabatan Wakil Ketua MPR ini juga merupakan sebuah kepercayaan partai. Sebagai wakil partai saya harus menjaga citra partai dengan melaksanan tugas sebaik mungkin. Jika kepercayaan yang saya emban ini membawa kebaikan maka tentu akan membawa pula kebaikan bagi partai.
Bagaimana ceritanya Anda mendengar informasi mendapat kepercayaan Wakil Ketua MPR?
Pada tanggal 3 Oktober kita sedang rapat di Fraksi Partai Demokrat. Di sela-sela rapat, informasi penunjukan disampaikan Pak Sekjen Partai Demokrat (Marzuki Alie-red) yang saat itu sudah menjabat Ketua Sementara DPR RI.
Pak Marzuki menyampaikan kepada kami semua bahwa Partai Demokrat sudah melakukan pembicaraan tadi malam dengan Pak SBY selaku Ketua Dewan Pembina Partai Demokrat. Hasil keputusan itu memutuskan bahwa Partai Demokrat akan menempatkan saya sebagai calon Wakil Ketua MPR.
Saat itu saya mengatakan bahwa saya siap menjalankan apapun perintah partai. Setelah mendengar kabar itu, saya berdiam sejenak. Bagi saya jika semua itu atas kehendak dan ijin Allah, pasti akan terjadi. Tetapi kalau bukan tempatnya di situ dan Allah belum meridhoi sebagai salah satu wakil ketua maka tentu tidak akan terjadi.
Refleksi saya, semuanya bisa berubah dalam sekejab dan tentu atas ijin Allah. Tapi, alhamdulillah! Malam itu ternyata figur pimpinan MPR yang ditawarkan diterima secara aklamasi. Jadi, tidak ada paket lain di mana ketuanya Pak Taufik Kiemas dan kami empat orang masing-masing wakil ketua. Semua itu tentu atas kehendak Allah, Tuhan, bahwa saya juga yang mendapat kepercayaan.
Ada reaksi teman-teman, terutama dari kalangan internal Partai Demokrat?
Ya, ada yang bertanya-tanya. Mimpi apa saya semalam. Saya sampaikan bahwa saya tak pernah bermimpin apa-apa.
Mungkin sudah jalannya begitu sehingga saya pikir barangkali keputusan penunjukan ini juga sudah dipikirkan dan dipertimbangkan bersama Pak SBY selaku Ketua Dewan Pembina Partai Demokrat. Saya percaya Pak SBY juga tentu tahu apa yang terbaik buat partai yang memang beliau dirikan.
Apakah sebelumnya Pak SBY sempat berbicara dengan Anda soal posisi ini?
Ya. Sebelumnya, pada siang hari tanggal 3 Oktober, saya mendapat telepon langsung dari beliau. Saya sampaikan bahwa saya siap kalau sudah menjadi perintah. Dalam hati, saya berpikir bahwa jika itu kehendak Allah maka tentu akan terjadi. Saya berikan jawaban ini kepada Pak SBY.
Nah, saat berlangsung rapat di fraksi hal ini juga saya ulangi lagi saat diberitahu Pak Sekjen. Nah, pada malam hari 3 Oktober berlangsung pemilihan pimpinan MPR dan ternyata pemilihannya aklamasi. Saya bersyukur saja pemilihan berlangsung lancar dan aklamasi.
Apa yang sempat terpikir saat ditelpon Pak SBY?
Saya sempat berpikir mungkin ada urusan lain. Saat itu saya ditelpon Ibu Ani karena biasa berkomunikasi dalam urusan Perempuan Demokrat Republik Indonesia atau PDRI. Apalagi, Bu Ani kan Ketua Dewan Pembina PDRI, di mana kami sering berdiskusi soal kemajuan perempuan di partai.
Nah, saya berpikir pembicaraan kami soal kemajuan perempuan. Bu Ani menyampaikan bahwa Pak SBY mau bicara. Saya berpikir Pak SBY mungkin mau membicarakan sesuatu terkait gempa di Sumatera Barat. Saya sempat kaget dan nggak percaya.
Bagi saya hidup itu merupakan misteri. Kadang ada yang nggak kita bayangkan tapi terjadi. Ada yang kita bayangkan tetapi malah nggak terjadi. Dalam hidup saya diajari orangtua saya bahwa kalau kita senang, nggak boleh sampai larut dalam kesenangan. Kalau sedang sedih pun tak boleh larut dalam kesedihan.
Dalam konteks posisi Wakil Ketua MPR, bagi saya ini tugas berat karena juga diberi tanggung besar oleh partai. Tentu pelayanan muara pelayanan ini adalah bagaimana membuat rakyat sejahtera. Artinya, bagaimana pun posisi dan jabatan kita entah di eksekutif maupun legislatif muara pengabdian dan pelayanan kita ke sana.
Apa tanggan rekan-rekan kader perempuan Partai Demokrat?
Banyak yang merasa senang karena ada keterwakilan gender. Kalau yang laki ada yang bertanya mengapa harus saya. Tapi, akhirnya mereka paham bahwa apa yang diputuskan partai dan Ketua Dewan Pembina itulah yang terbaik didasari pertimbangan matang.
Saya sendiri juga nggak tahu mengapa saya yang ditunjuk untuk jabatan ini. Tapi di atas semua itu tentu harus dimaklumi bahwa Pak SBY punya pertimbangan jauh ke depan. Sementara di kalangan teman-teman perempuan mereka senang karena bukan saya pribadi tetapi ada keterwakilan gender di sana.
Apa agenda MPR selanjutnya?
Tadi pagi (13/10) kebetulan saya mengikuti sidang gabungan dengan fraksi-fraksi dan Dewan Perwakilan Daerah. Dalam rapat itu ada tiga agenda. Pada 19 Oktober kita mengadakan rapat guna membahas Panitia Ad Hoc untuk Tatib MPR yang mungkin ada hal yang akan disempurnakan.
Jumlah pesertanya sebanyak 35 orang yang diambil dari 4 persen dari jumlah anggota. Kemudian pada 20 Oktober acara tunggal yakni Pelantikan Presiden dan Wakil Presiden. Kemudian kita juga akan mengadakan sosialisasi UUD 1945 beserta hasil amandemen bagi seluruh anggota MPR agar bisa mengetahuinya.
Kita tahu mungkin 70 persen anggota MPR wajah baru. Mereka datang dari beragam latar belakang seperti pengusaha, artis, birokrat, aktivis, dan lain-lain sehingga mungkin belum semua yang paham. Waktu sosialisasi akan kita jadwalkan.
Kita ingin MPR tampil lebih baik lagi dan dinamis untuk ikut memberikan masukan kepada pemerintah. Hal mana sebagaimana diingatkan Pak SBY bahwa anggota DPR yang baru harus lebih kritis kepada pemerintah. Bahwa anggota DPR tetap mengkritisi pemerintah demi kebaikan. Bukan kritik yang menjatuhkan.
Sumber: Tabloit Pro Rakyat edisi Minggu I Oktober 2009.
Ket foto: Hj. Melani Leimena Suharli, SE, MM, Wakil Ketua MPR RI (gbr 1) dan Bu Melani bersama penulis (gbr 2) dalam sebuah wawancara di ruang kerjanya, Gedung Nusantara III DPR/MPR RI, Senayan, Jakarta.
Ket foto: Hj. Melani Leimena Suharli, SE, MM, Wakil Ketua MPR RI (gbr 1) dan Bu Melani bersama penulis (gbr 2) dalam sebuah wawancara di ruang kerjanya, Gedung Nusantara III DPR/MPR RI, Senayan, Jakarta.
0 komentar:
Silahkan berkomentar
Tuliskan apa pendapatmu...!