Headlines News :
Home » » Mereka Pergi Tanpa Pesan

Mereka Pergi Tanpa Pesan

Written By ansel-boto.blogspot.com on Saturday, March 06, 2010 | 8:58 PM


Nyonya Rosalina Bering menangis. Ia membanting diri di salah satu ruangan Unit Gawat Darurat (UGD) RSUD Lewoleba. Rosalina tak kuasa menahan kesedihan atas kepergian suaminya, Arianus Riwu, untuk selama-lamanya.

Berdiri di dekat tempat tidur besi suaminya dibaringkan, Rosalina terus meratapi tubuh kaku yang dibungkus kain putih terbujur di tempat tidur itu. Mungkin terlalu lama menangis, sampai air mata nya tak keluar lagi. Rosalina sangat terpukul atas kepergian suaminya, seorang buruh kasar dan tukang gali sumur.

Ibu dua putra berusia lima tahun dan dua tahun itu, mengenakan celana tiga perempat dan baju kaos yang sudah lusuh. Masih tampak bekas-bekas tanah di bajunya. Hari itu bersama, Arianus Riwu, ia menyelesaikan pekerjaan pondasi rumah salah satu warga Lewoleba di kawasan Lamahora.

"Tuan kos yang kami tinggal yang dapat kerja. Dia mensubkan pekerjaan itu kepada kami mengerjakan pondasi. Tadi pagi (Jumat, Red), saya dan suami datang ke Lamahora," tutur Rosalina, kepada Pos Kupang di RSUD Lewoleba, Jumat (5/3/2010).

Jumat pagi itu, kata Rosalina, ia dan suaminya berangkat dari Wangotao, tempat kos mereka di belakang tembok rumah Sekda Lembata, Drs. Petrus Toda Atawolo. Ia membantu suaminya mengangkat tanah dan mengisinya pada kamar-kamar yang telah dibentuk pondasi.

Tak lama bekerja, sekitar pukul 09.00 Wita, tuan kos menghubungi suaminya lewat telepon. Penelepon memintanya membantu orang yang tak bisa keluar dari dalam sumur. Tanpa basa-basih, ia bergegas dengan seseorang mengendarai sepeda motor ke tempat kejadian. Berbekal keterampilan gali sumur yang sudah lama dilakoninya, Arianus percaya diri turun ke dalam sumur menolong dua manusia yang belum berhasil dikeluarkan dari dalam sumur itu.

"Dia tidak omong banyak. Katanya ada orang di dalam sumur yang tak bisa keluar, terus dia pergi. Tak lama kami diberi tahu, dia pingsan di sumur sana. Kami menuju ke sana. Sampai di sana, dia sudah di bawah ke RSUD. Setibanya di sini (RSUD), dia sudah meninggal," keluh Rosalina.

Ia juga menuturkan bahwa malam sebelum kejadian, tak ada firasat apapun. Mereka sekeluarga, setelah siang hari kelelahan banting tulang mencari nafkah, langsung tidur. Rosalina mengaku sangat terpukul atas kematian suaminya. "Tidak ada tanda-tanda dan pesan apapun," ujarnya.

Lain lagi penuturan Paulus Bapa Muda Pue, bapak besar dari Petrus Muda Pue. Hari Kamis (4/3/2010) pagi, Yonas (Pasius Ata) menemui Us, sapaan Petrus di rumahnya. Ia minta tolong kepada Us membantunya membersihkan sumur. Katanya ada seekor kucing masuk di dalam sumur itu.

Ketika ada warga yang mengabarinya bahwa Us mengalami musibah, ia tak menyangka korbannya keponakannya. Karena sejak kembali dari Jakarta sebulan lalu, Us sibuk membangun usaha jasa air mineral.

"Ada yang omong dia mengalami musibah, saya biasa-biasa saja. Yang saya tahu, dia selama ini sibuk mendirikan bangunan untuk usaha," kata Paulus.

Paulus mengendarai sepeda motor pergi menjemput cucunya di SDK 1 St.Tarsisius Lewoleba. Setibanya di sana, salah seorang guru menuturkan bahwa cucunya telah dijemput seseorang karena omnya meninggal. Paulus semakin yakin kalau keponakanya yang mengalami musibah benar.

Paulus mengaku tak punya firasat datangnya musibah itu. Hanya pada Kamis malam, ia tak bisa memejamkan mata sampai Jumat pagi. "Saya tidak tahu persis, mungkin ini tandanya," tutur Paulus, menghubungkan kematian Us dengan kejadian dialaminya Kamis malam itu.

Kejadian serupa dialami keluarga Yonas. Salah seorang pamannya minta tak disebut identiasnya mengaku tak ada firasat buruk Yonas akan pergi selamanya. "Sejak datang dari Ende, dia tinggal di rumah Mama Anas (istri Petrus Toda Atawolo). Statusnya Yonas sebagai cucu dari Mama Anas. Dia setiap saat datang ke rumah saya, letaknya tak jauh dari rumah Mama Anas. Tadi pagi (Jumat kemarin, Red), dia masih datang ke sini. Sikapnya biasa-biasa saja, tak ada yang ganjil," ujarnya. (ius)

Tempat Asal Tiga Korban:
1. Yonas Pasius Ata, bujangan, asal Ende-Flores.
2. Arianus Riwu, beristri dengan dua anak, asal Kabupaten Alor.
3. Petrus Boli Muda Pue, bujangan, asal Kelurahan Selandoro, Kecamatan Nubatukan, Lembata.
Sumber: Pos Kupang, 6 Maret 2010
Foto ilustrasi: dok. google.co.id
SEBARKAN ARTIKEL INI :

0 komentar:

Silahkan berkomentar

Tuliskan apa pendapatmu...!

 
Didukung : Creating Website | MFILES
Copyright © 2015. Ansel Deri - All Rights Reserved
Thanks to KORAN MIGRAN
Proudly powered by Blogger