Terpilihnya Anas Urbaningrum (41) sebagai Ketua Umum Partai Demokrat, Minggu (23/5) di Kota Baru Parahyangan, Bandung, Jawa Barat, adalah bentuk akomodasi pada kepemimpinan kaum muda. Kemenangan Anas itu bisa menjadi momentum untuk melakukan alih generasi kepemimpinan politik nasional, termasuk di partai politik.
Kongres II Partai Demokrat, sejak Jumat malam dan ditutup Minggu, menetapkan Anas sebagai Ketua Umum Partai Demokrat periode 2010-2015. Ia mengalahkan pesaingnya, Marzuki Alie dan Andi Mallarangeng. Kongres juga menetapkan kembali Susilo Bambang Yudhoyono sebagai Ketua Dewan Pembina.
Pujian bagi Demokrat
Pengamat politik dari Universitas Indonesia, Jakarta, Boni Hargens, memuji Partai Demokrat yang bisa menjadi teladan bagi regenerasi politik. Dengan terpilihnya Anas, Partai Demokrat mampu mengakomodasi kepemimpinan kaum muda. Meski begitu, dia mencurigai adanya faktor nonrasional yang memengaruhi pemilihan itu.
Secara terpisah, Rektor Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta, Komaruddin Hidayat mengatakan, terpilihnya Anas menjadi momentum bagi Partai Demokrat, termasuk partai politik lainnya, untuk melakukan alih generasi dalam kepemimpinan partai.
”Kemenangan Anas menunjukkan Partai Demokrat sekarang ini menjadi partai yang reformis dan mampu menjadi partai yang demokratis karena generasi pemimpin yang muda dan baru,” tutur Komaruddin. Partai Demokrat menjadi berbeda dengan partai lain, yang umumnya masih dipimpin oleh tokoh yang berusia sekitar 60 tahun atau tokoh lama.
Komaruddin juga menilai kemenangan Anas menunjukkan pemilih di Partai Demokrat merupakan pemilih kelas menengah yang kritis. Pemilih yang kritis tidak bisa digiring dengan pencitraan atau iming-iming lain.
”Jika kalkulasinya mengandalkan Susilo Bambang Yudhoyono, itu meleset,” kata Komaruddin. Pemilih dalam Kongres memilih pemimpin partai yang muda dan baru karena ingin membangun jati diri partai untuk masa-masa mendatang.
Komaruddin berharap, ke depan, Partai Demokrat tetap menjadi partai ”tengah”. ”Jangan terlalu ke kiri atau ke kanan meski Anas dari Himpunan Mahasiswa Islam (HMI). Peran sebagai partai tengah penting untuk menjaga stabilitas bangsa.
Ketua Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Partai Hati Nurani Rakyat (Hanura) Yuddy Chrisnandi juga mengatakan, kemenangan Anas merupakan pertanda babak baru kepemimpinan kaum muda menyongsong Pemilu 2014. ”Dinamika Partai Demokrat memberi pesan, untuk menjadi pemimpin, uang bukan segalanya,” katanya.
Kemenangan Anas adalah keberhasilannya meruntuhkan hegemoni elite partai, dan akan mendorong lahirnya pemimpin muda di partai lain.
Anggota Komisi III DPR dari Fraksi Partai Demokrat, Didi Irawadi Syamsuddin, berharap kader muda semakin dilibatkan dalam kepengurusan baru Dewan Pimpinan Pusat Partai Demokrat periode 2010-2015. Apalagi, tak sedikit kader muda Partai Demokrat yang militan dan bisa diberikan peran yang lebih besar.
Sekretaris Jenderal Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan, (PDI-P) Tjahjo Kumolo mengucapkan selamat atas terpilihnya Anas sebagai Ketua Umum Partai Demokrat. PDI-P akan menjalin komunikasi dengan Partai Demokrat meski tetap bersikap politik seperti saat ini.
Kemenangan Yudhoyono
Sebaliknya, peneliti senior Centre for Strategic and International Studies (CSIS), J Kristiadi, Minggu di Jakarta, menilai Yudhoyono dan Anas adalah pemenang bersama dalam Kongres II Partai Demokrat. Partai Demokrat juga berhasil menunjukkan dan mempratikkan demokrasi internal.
Kemenangan Anas menunjukkan bahwa dia memiliki posisi tawar yang tinggi di Partai Demokrat, yang dibangun dari kerja keras dan keuletannya. ”Kita pantas bersyukur, di tengah makin menguatnya politik dinasti dan oligarki partai, muncul tokoh muda yang kokoh dan santun seperti Anas yang perjalanan politiknya masih panjang,” kata Kristiadi.
Namun, Yudhoyono juga menjadi pemenang. Masyarakat akan melihat Yudhoyono sebagai demokrat sejati. Ia dinilai berhasil mendorong proses politik yang demokratis, tertib, dan relatif bersih di partainya. ”Saya tidak mendengar ada politik uang dalam pemilihan Ketua Umum Partai Demokrat. Padahal, praktik itu banyak terdengar dalam pemilihan partai atau organisasi massa lain,” tutur Yudhoyono.
Kristiadi juga melihat Yudhoyono sebagai politikus yang cerdas. Yudhoyono tidak mau terus terang mendukung calon tertentu karena jika calon yang didukung kalah, akan menghancurkan kredibilitasnya.
Hingga Minggu pukul 23.15, Kongres II Partai Demokrat masih berlangsung. Agenda yang berlangsung adalah sidang komisi terkait anggaran dasar dan anggaran rumah tangga, program umum partai, serta rekomendasi dan pernyataan politik.
Penutupan Kongres dilakukan Presiden dan dihadiri Wakil Presiden Boediono. Boediono sudah hadir di lokasi sejak petang hari.
Ket foto: Marzuki Alie, Anas Urbaningrum, dan Andi Mallarangeng
Sumber: Kompas, 24 Mei 2010
0 komentar:
Silahkan berkomentar
Tuliskan apa pendapatmu...!