Eurico mempertanyakan hal tersebut usai memberi konfrensi pers bersama berbagai media cetak dan elektronik di Kupang, berkaitan dengan segera menggelar kongres kedua Uni Timor Aswain (Untas) sebuah organisasi berkumpulnya warga Pro Otonomi pasca jajak pendapat di Dili tahun 1999 di Kupang, Sabtu.
Menurut dia, keinginan Xanana sangat masuk akal warga eks TImtim yang juga bagian dari warga negara Indonesia, karena negara yang dipimpinnya saat ini telah menyatakan diri merdeka dan telah mendapat pengakuan dari dunia.
"Kami memprtanyakan hal ini dan kiranya menjadi pertanyaan semua warga Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dan mengkaji serta menganalisisnya dalam konteks persatuan dan kesatuan bangsa yang telah diproklamirkan pada 17 agustus 1945 atau pada 65 tahun lalu," kataya.
Perdana Menteri Timor Leste, Xanana Gusmao pada kesempatan berkunjung ke Atambua, Kabupaten Belu Nusa Tenggara Timur tanggal 18 Agustus 2010, dalam perjalanannnya dari Oecusse menuju ibu kota Timor Leste, Dili, mengatakan kedatangannya ke Atambua ingin memantapkan hubungan Timor Leste dan Indonesia dalam bidang sosial dan budaya.
Pemantapan hubungan ini dipandang penting oleh Timor Leste, karena kedua warga di wilayah perbatasan ini masih memiliki hubungan persaudaraan dan kesamaan budaya.
Eurico yang merupakan Ketua DPW PAN Nusa Tenggara Timur ini melihat dari kaca mata politik, keinginan Xanana harus dicermati jauh (10 tahun) ke depan, berkaitan dengan kampanye murahan pemantapan hubungan sosial-budaya dalam konteks keberadaan warga di NTT.
Sumber: Antara 23 Agustus 2010
Ket foto: Eurico Guterres dan Xanana Gusmao
Ket foto: Eurico Guterres dan Xanana Gusmao
0 komentar:
Silahkan berkomentar
Tuliskan apa pendapatmu...!