Polisi mengungkap kasus kematian wartawan Sriwijaya Post (Sripo), Arsep Pajario (40). Setelah memeriksa saksi-saksi dan barang bukti, polisi menduga pembunuhnya adalah Stefi Andila Panjaitan (20), teman dekat korban.
Menurut Wakil Kepala Polres Palembang, Sumatera Selatan, Ajun Komisaris Besar Viktor Manopo, penyidik menemukan beberapa bukti yang mengarah kepada Stefi.
“Kami menemukan barang bukti milik korban seperti telepon genggam dan simcard yang sudah patah,” kata Viktor, Senin (20/9/2010) malam.
Saat diperiksa, Stevi mengakui perbuatannya. Dia menyatakan, pembunuhan itu dilakukan sendiri pada malam hari. Korban dihabisi dengan cara dicekik. “Kami masih mendalami motif pembunuhan tersebut,” kata Viktor.
Seperti diberitakan, Arsep Pajario ditemukan tewas di rumahnya, Jalan S Suparman Kompleks Citra Dago Blok D No 9 Kelurahan Sukajaya, Sukarami, Palembang, Jumat (17/9/2010) pukul 14.00. Mayat Arsep ditemukan dalam kondisi mengenaskan karena diperkirakan sudah tewas sejak tiga hari lalu.
Informasi awal menyebutkan, Arsep diduga dibunuh dan menjadi korban perampokan. Sejumlah barang berharga pria lajang itu raib, antara lain ponsel, uang dalam dompet, dan laptop.
Melihat kondisi tempat kejadian perkara (TKP), pelaku diperkirakan masuk ke dalam rumah tidak dengan cara merusak. Pelaku diduga adalah orang dekat atau kenalan korban.
Buntut kasus itu, Kepolisian Sektor Sukarame, Kota Palembang, memeriksa enam saksi sampai Sabtu (18/9/2010) malam. Keenam saksi tersebut adalah kerabat, teman dekat, dan keponakan Arsep, termasuk Stefi.
Stefi Andila Panjaitan, warga PTPN 7 Betung Banyuasin, adalah mahasiswa semester tiga fakultas ekonomi jurusan Akuntansi di sebuah universitas swasta di Sumatera Utara.
Dia kenal Arsep lewat keponakan Arsep, Yudhistira (20), warga SPN Betung Banyuasin. Keduanya sempat menginap di rumah Arsep pada 20-23 Agustus.
Merekayasa
Kepada polisi, Stefi mengaku membuat berbagai rekayasa agar pembunuhan yang dilakukannya terhadap Arsep tidak diketahui petugas.
Rekayasa yang dibuat, di antaranya, meletakkan alat penyemprot nyamuk di dekat jasad korban Arsep. Tujuannya agar polisi mengira Arsep meninggal bunuh diri.
Selain itu, Stefi juga merekayasa cerita bahwa ia bertemu Arsep terakhir kali pada Selasa (14/9/2010) pagi. Padahal, setelah pulang ke rumah di Betung, ia kembali lagi ke rumah Arsep pada siang hari.
Ia diminta datang oleh Arsep setelah ketahuan mengambil uang Rp 300.000 dalam dompet. Arsep minta kepada Stefi untuk mengembalikan uang yang diambil itu separuhnya saja.
“Saya sengaja buat rekayasa agar polisi tidak mencurigai saya,” ujar Stefi yang dikenal sebagai bekas pencandu narkoba.
Sementara itu, Stefi sempat mengalami kesurupan, Senin (20/9/2010) dini hari. Menurut penyidik dari Unit Pidana Umum Polresta Palembang, Stefi mengoceh tidak menentu dan merasa bersalah. “Stefi sering berteriak ‘Arsep, Arsep, Arsep’,” ungkap penyidik yang tak mau disebut namanya.
Informasi lain, Stefi mengaku menggunakan sabu sejak duduk di bangku SMA. Namun, setelah kuliah, dia tidak pernah lagi mengonsumsi sabu. Stefi mengaku sering mengonsumsi sabu bersama beberapa temannya. Dalam satu bulan, dia bisa menyabu dua hingga tiga kali.
Sumber: Kompas.com, 21 September 2010
Ket foto: Stefi Andila Panjaitan
Ket foto: Stefi Andila Panjaitan
0 komentar:
Silahkan berkomentar
Tuliskan apa pendapatmu...!