BAGI Sr Amaria Osi, SSpS, tak pernah terbayangkan suatu saat menjadi biarawati untuk melayani Tuhan dan sesama. Apalagi, kelak mendapat tugas dari Kongregasi sebagai misionaris di Jepang. Tapi, ia menyadari di atas segalanya itu merupakan rencana indah Tuhan bagi umat-Nya.
Apalagi, ia yang lahir dari sebuah kampung kecil, tepatnya Stasi Atawai, Paroki St Joseph Boto, Dekanat Lembata, NTT, suatu kelak menginjakkan kaki di negeri Matahari Terbit sebagai misionaris.
Di tengah tugas misinya di negeri para pangeran itu, Sr Amaria SSpS melanjutkan studi Magister Filsafat (S-2). Ia merasa beryukur karena baru saja meraih gelar masternya. Prestasi ini ia sadari berkat usaha dan kerja keras serta dukungan doa rekan-rekan biarawati.
“Ini sungguh karya Agung Allah yang menyata dalam tugas pelayanan. Doa dan dukungan rekan-rekan memudahkan saya merampungkan kuliah,” ujar Sr Amaria Osi, SSpS melalui surat elektronik (e:mail) belum lama ini.
Biarawati lulusan SMP Lamaholot Boto, Lembata, ini juga sempat memanfaatkan libur bersama rekan-rekannya mendaki Gunung Fujiyama. Sr Amaria pun dapat menikmati puncak gunung tertinggi di Jepang itu.
“Pemandangan Fujiyama indah. Saya sungguh sadar karya Tuhan hadir. Saya tak pernah membayangkan suatu saat bisa meraih Puncak Fujiyama. Tapi, Tuhan punya rencana lain,” kata Sr Amaria, SSpS.
Sebelum bertolak menuju Puncak Fujiyama ia mengabarkan cuaca Nagoya sangat cerah. Tatkala meraih puncak gunung, biarawati itu terus memanjatkan doa mengagumi keagungan Tuhan. Bahkan rasanya ia berada di Puncak Gunung Labalekan, gunung yang juga menjadi salah satu obyek pendakian bagi siswa sekolah dasar dan menengah di selatan Lembata.
“Saat berada di puncak salju begitu lebat dan dingin sekali. Tapi syukur saya sudah terbiasa dengan empat musim di sini sehingga walau dingin dan panas, itu sudah menjadi bagian dari hidup dan perutusanku di Jepang,” cerita Sr Amaria.
Meski mencoba menyesuaikan diri dengan cuaca Jepang, toh, bukan berarti ia terbebas dari sergapan penyakit. Suster Amaria sempat menderita pilek akibat salju dan kepungan dingin Fujiyama.
Namun, selama berada di Puncak Fujiyama, suster yang lahir dari pasangan Fransiskus Bako Labaona dan Anastasia Odi Ketoj, terus merenungi perjalanan hidupnya hingga Tuhan berkeputusan menunjuk dirinya menjadi pelayan Tuhan. Ia begitu mengagumi rencana Tuhan atas dirinya.
“Selama seharian di Puncak Fujiyama, air mata sedih, bahagia, syukur, berat, pasrah mengalir tak bisa saya bendung. Saya tak habis bersyukur. Tidak ada kata yang bisa saya ungkapkan. Sungguh. Tuhan punya rencana Ilahi,” kata Sr Amaria, SSpS. (Ansel Deri)
Sumber: HATI BARU edisi November 2010
Ket foto: Sr Amaria Osi, SSpS (kanan) bersama seorang rekannya usai Wisuda S-2 di Jepang
Ket foto: Sr Amaria Osi, SSpS (kanan) bersama seorang rekannya usai Wisuda S-2 di Jepang
0 komentar:
Silahkan berkomentar
Tuliskan apa pendapatmu...!