Budayawan Mohammad Sobary menilai para bupati di seluruh Indonesia bodoh. Pasalnya mereka sering kali menipu masyarakatnya dengan cara membangun sesuatu yang bukan substantif. Misalnya, mereka berjanji mendatangkan kapital tetapi dengan cara membangun mol. Padahal, pada saat bersamaan cara itu justru mematikan urat nadi ekonomi rakyat. Tetapi ironisnya masyarakat justru mengelukan pemimpin-pemimpin seperti ini.
"Soal kemandirian eknonomi, yang membuat saya tidak habis pikir adalah, mengapa bupati di seluruh Indonesia tidak ada yang pintar? Semuanya bodoh-bodoh. Kepada masyarakatnya berkata, saya akan datangkan kapital, saya akan bangun mall. Rakyatnya pun setuju saja sambil mengelu-elukan bupati “yang baik hati” ini. Yang dimaksudkan bupati “saya akan bangunkan mall” itu artinya saya akan cekik nadi ekonomimu sehingga tidak ada lagi pasar lokal yang tersisa," kata Sobary dalam sebuah diskusi terbatas yang diselenggarakan oleh KKM (Keluarga Katolik Manggarai) Jakarta bersama Justice Peace and Integrity of Creation Ordo Fratrum Minorum (JPIC OFM) di Capela Gabrielis di kawasan Cibubur, Jakarta Timur belum lama ini.
Sobary yang pernah menjadi pemimpin umum Kantor Berita Antara itu juga mengeritik "idelogi" pertumbuhan ekonomi yang dianut pemerintah. Menurut dia, "ideologi" itu masih harus dikaji kembali. Misalnya, apakah pertumbuhan itu berbanding lurus dengan peningkatan kesehatan, pendidikan dan bahkan kebahagian penduduk.
Sehubungan dengan itu, Sobary menilai, ekonomi Indonesia saat ini belum mandiri. Ekonomi negeri ini banyak diatur dari jauh oleh pihak lain, yaitu pusat perencanaan dunia ekonomi.
"Karena itu kita bisa bicara mengenai pembangunan ekonomi yang mapan, solid dan stabil dan berdampak mensejahterahkan, kalau tata ekonomi dunia kita recoki juga. Tata ekonomi dunia ini harus diserang secara perlahan seperti Hugho Chaves di Amerika Latin yang tahun-tahun ini terus menyeruakan alternatif ekonomi. Saat ini tata ekonomi dunia mendekati ambruk dan kita butuh alternatif hidup ekonomi yang bukan ini," paparnya.
Dia yakin kekuatan ekonomi yang disuarakan Hugo Chaves di Venezuela akan menjadi keniscayaan di Indonesia, bila negara ini mampu mengawinkan rohani pada satu sisi dan ekonomi pada sisi lainnya. Namun saat ini ekonomi yang terjadi adalah ekonomi yang jauh dari kerohanian, sebuah ekonomi yang menjajah, menguasai, mengexploitasi.
"Karl Max yang menjerit tentang eknomi zaman itu yang tingkatnya masih 50 persen dari zaman saat ini yang begitu kejamnya. Andai Karl Max dikasih kehidupan lagi dan bersama kita di sini, saya yakin beliau akan memimpin sebuah pergerakan yang fundamental," pungkasnya.
Sumber: Suara Pembaruan, 24 September 2011
Ket foto:Mohammad Sobary
Ket foto:Mohammad Sobary
0 komentar:
Silahkan berkomentar
Tuliskan apa pendapatmu...!