Kawasan persawahan Waikomo, Kelurahan Lewoleba Barat, Kecamatan Nubatukan, Kabupaten Lembata, yang lebih dikenal karena hamparan padinya, kini lebih banyak ditanami palawija berupa jagung, sayur-sayuran, bahkan ada yang tidak diolah sama sekali. Hamparan padi yang menghijau atau kolam dengan air berlumpur yang sering ditemui di persawahan hampir tidak ada.
Salah satu petani sawah, Aloysius Alok, yang ditemui beberapa waktu lalu, mengatakan, lahan sawah potensial di Waikomo sebenarnya sebanyak 750 hektar, namun sebagian telah beralih fungsi sehingga tersisa 53 hektar.
Pengalihan fungsi lahan sawah ini bisa disebabkan pendampingan yang kurang terarah dari Dinas Pertanian dan Badan Ketahanan Pangan, minimnya peralatan pengolahan lahan, sanitasi dan lemahnya pendampingan dari PPL. Selain itu, karena mahalnya biaya pengolahan lahan karena para petani menyewa hand tracktor milik orang.
Petani lainnya, Rosa Boleng (75) saat ditemui Pos Kupang, Senin (28/11/2011), mengatakan, hingga saat ini mereka belum bisa menanam padi karena rencananya akan dibuat parit permanen yang akan mengaliri air untuk sawah mereka. Padahal, semetinya di bulan seperti ini, para petani sudah harus menanam padi untuk kali ketiganya di tahun 2011.
Dia merasa sangat menyesal karena tidak sempat menanam lantaran menunggu parit yang tak kunjung dikerjakan. “Mestinya saat ini panen ketiga kalinya tapi karena tunggu parit, sampai sekarang belum bisa tanam,” katanya.
Agar lahannya tidak dibiarkan kosong, kata Boleng, mereka memilih menanami lahannya dengan sayur-sayuran berupa kangkung, bawang, lombok, kacang-kacangan dan jagung.
Hal yang sama disampaikan petani lainnya, Elisabeth Hurek. Menurutnya, para petani sawah Waikomo semuanya terbentuk dalam enam kelompok, yakni kelompok Wainukun, Ina Letek, Katakolu, Amalaga, Uru Miten dan Pondok Tani. Mereka itu selalu berada dalam pengawasan dan pendampingan dari petugas PPL.
Dalam satu tahun mereka menanam padi sebanyak tiga kali, yakni bulan Januari, Juli dan Nopember. Namun untuk bulan Nopember 2011 mereka tidak bisa menanam karena akan ada pekerjaan parit. Para petani menanam lahan sawahnya itu atas arahan dari petugas PPL Lorens Lasar.
“PPL yang tentukan agar kami tanam palawija. Mestinya semua hamparan sawah dari enam kelompok ini, tapi yang lain tetap tanam padi, sementara kami di hamparan Wainukun tanam palawija. Menurut PPL, ini untuk membasmi meluasnya serangan hama wereng yang selalu terjadi setiap tahun,” jelas Elisabeth.
Sumber: www.pos-kupang.com, 30 November 2011
Ket foto: Kawasan persawahan Waikomo, Kelurahan Lewoleba Barat, Kecamatan Nubatukan, Kabupaten Lembata.
Sumber foto: www.atakiwan.blogspot.com
.
Ket foto: Kawasan persawahan Waikomo, Kelurahan Lewoleba Barat, Kecamatan Nubatukan, Kabupaten Lembata.
Sumber foto: www.atakiwan.blogspot.com
.
0 komentar:
Silahkan berkomentar
Tuliskan apa pendapatmu...!