PEMERINTAH dan masyarakat Indonesia kembali
kehilangan tokoh penting bangsa. Mantan Menteri Kesehatan Kabinet Indonesia Bersatu jilid
II dr. Endang Rahayu Sedyaningsih, MPH, Dr. PH. Endang tutup usia pada Rabu
(2/5) pukul 11.41
WIB di Paviliun Kencana Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, Jakarta.
Ia menghembuskan nafas terakhir
setelah berjuang melawan kanker paru-paru stadium 4. Sebelumnya, pada 21 April
lalu Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Widjajono
Partowidagdo meninggal
saat mendaki Gunung Tambora, NTB.
Di hadapan suami tercinta, Reanny
Mamahit, kedua buah hati: Arinanda Wailan Mamahit serta Rayinda Raumanen
Mamahit, dan tim dokter, Endang menghembuskan nafas terakhir dalam usia 57
tahun. Anak kedua, Awandha Raspati Mamahit tak sempat menyaksikan detik-detik
terakhir kepulangan sang bunda karena sedang dalam penerbangan dari Jenewa.
Di bawah langit Jakarta, Endang menutup
mata menghadap Allah, pemilik kehidupan. Ia menyudahi ziarah panjang di dunia
bagai seorang musafir. Indonesia kehilangan tokoh bangsa, peneliti, dan pakar
kesehatan yang sudah bekerja maksimal dan mendedikasikan ilmunya melalui
pengabdian sebagai menteri sebelum ajal menjemput.
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono
menyampaikan rasa dukacita. Pukul 21.07 WIB, Presiden didampingi Ibu Negara Ani
Yudhoyono dan putra bungsu Edhie Baskoro Yudhoyono serta sejumlah menteri melayat
di rumah duka di Jl Pendidikan Raya III Blok J-55, komplek IKIP Duren Sawit,
Jakarta. Pada Kamis (3/5) pukul
11.00 WIB, Presiden
menjadi inspektur upacara pemakanan di Taman Makam San Diego Hills, Karawang,
Jawa Barat.
Selain menyampaikan duka cita, Ketua
Umum Partai Demokrat Anas Urbaningrum menilai, Endang salah satu puteri terbaik
bangsa. Dari Garut, Jawa Barat, bekas Ketua Umum HMI itu mengakui, dalam
situasi yang sulit pun Endang tidak surut atau berkurang kerjanya. Anas juga
mengenangnya sebagai yang berdedikasi.
Di mata Ketua Umum Partai Golkar Aburizal
Bakrie (Ical), Endang adalah menteri berkepribadian sederhana dan pekerja
keras. Sesaat setelah dilantik, Endang menemui Ical meminta masukan dan saran.
Menyatu
Di kalangan anggota DPR, Endang adalah
sosok yang semasa menjabat menteri bekerja sepenuh hati. Ia berani menggulirkan
gagasan-gagasan kesehatan pro rakyat. Pengalaman bersama suami bertugas di Pusat
Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) daerah terpencil menjadikan ia ikut merasakan denyut
kehidupan warga yang berada di bawah standar kesehatan ideal. Misalnya, saat ia
dipercaya menjadi Kepala Puskesmas Waipare dan sang suami menjadi Kepala Puskesmas
Bola, Kabupaten Sikka, Flores, NTT, tahun 1980-1983.
Kehidupan di tempat tugasnya di Flores
saat itu –seperti ditulis harian terkemuka NTT, Pos Kupang, diakui Endang, tidak mudah. "Saya sedang punya
bayi. Air sulit sekali, jadi kami minum dari tampungan air hujan. Bahkan pernah
juga minum air dari gedebong pisang, rasanya sepat," ujar Endang
didampingi suami, dr. Mamahit saat berkunjung di Maumere pada 28-30 November 2009. Meski sulit bagi Endang sebagai dokter
muda, ia sangat menikmati pekerjaannya. Orang-orang kampung yang baik membuat
ia betah tinggal di wilayah itu selama bertugas tiga tahun.
Warga sekitar Puskesmas Waipare pun
masih mengingatnya. "Ibu Endang kenal semua orang di sini. Dulu saya suka
bantu antar-antar," kata Viktor (58), pemilik kios tak jauh dari Puskesmas
Waipare.
Hubungan yang terbangun begitu akrab
membuat Endang tak pernah melupakan tempat tugasnya. Walaupun Endang sudah jadi
menteri dan sekarang tinggal jauh, diakuinya, ia masih orang Sikka dan hatinya
tetap ada di Sikka.
Rieke Dyah Pitaloka, anggota Komisi IX
DPR yang membidangi masalah kesehatan menilai, Endang adalah sosok yang berani
mengambil keputusan, terutama menyangkut kesehatan masyarakat.
Misalnya, kebijakan Jaminan Persalinan
(Jampersal) bagi rakyat meski di tingkat implementasi masih perlu perbaikan.
Keberanian Endang menjadikan Jampersal sebagai kebijakan resmi patut
diapresiasi. Begitu pula program rumah sakit tanpa kelas. Endang bersama DPR
berupaya menghidupkan kembali Puskesmas.
Karena itu, alokasi APBN Perubahan tahun
2012 diprioritaskan untuk memperbaiki dan menambah fasilitas kurang lebih 150
Puskesmas di seluruh Indonesia. Di bawah kepemimpinannya, Kementerian Kesehatan menjadi terdepan
dari delapan kementerian yang berjuang melahirkan Undang-Undang Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial. Berkat perjuangannya pula bersama DPR, jaminan
kesehatan bagi seluruh rakyat dalam Sistem Jaminan Sosial Nasional akan
dijalankan mulai 1 Januari 2014.
Jejak Pengabdian
Endang lahir di Jakarta pada 1
Februari 1955. Setamat SMA 4 Jakarta, ia masuk Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia. Selesai dari UI ia memulai karirnya tahun 1979 sebagai dokter di RS
Pertamina Jakarta. Tak lama berselang, tahun 1980 ia menjadi Kepala Puskesmas Waipare,
Sikka, Flores.
Sekembali dari Flores tahun 1983, Endang bekerja di Dinas Kesehatan
DKI Jakarta. Setelah itu, ia
terbang ke Amerika Serikat melanjutkan spesialisasi Kesehatan Masyarakat di
Harvard School of Public Health di Boston, AS dan rampung tahun 1992.
Tahun
1997 Endang meraih
gelar doktor di universitas tersebut. Ia kembali ke Tanah Air dan bergabung
dengan Badan Nasional Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen
Kesehatan.
Endang terjun sebagai
peneliti di Pusat Penelitian Pengendalian dan Pengembangan Program Penyakit (NIHRD).
Pada 2001 selama 6 bulan, ia bekerja pada Kantor Badan Kesehatan Dunia (WHO) di
Jenewa, Swiss. Kemudian diangkat sebagai Direktur NIHRD tahun 2007. Pada 22 Oktober
2009, Endang terpilih jadi Menteri Kesehatan.
Menikah dengan dr. Reanny
Mamahit, SpOG, MM, yang saat ini menjabat Direktur RSUD Tangerang,
Provinsi Banten. Pasutri dokter ini dikaruniai tiga anak: Arinanda, Awandha, dan
Rayinda.
Pada 26 April 2012 Endang mengundurkan
diri sebelum akhirnya berpulang. Orang-orang terkasih di Flores dan NTT selalu
mengingat jasamu, Bu Endang. Selalu. Terima kasih dan selamat jalan.
Bidadari di Surga sudah lama memendam rindu menjemputmu.
Damailah di sisi-Nya.
(Ansel Deri, Putra
NTT; tinggal di Jakarta/didedikasikan untuk Alm. Endang Rahayu Sedyaningsih)
Ket
foto: Alm. Menteri Kesehatan Endang Rahayu Sedyaningsih
0 komentar:
Silahkan berkomentar
Tuliskan apa pendapatmu...!