KONKLAF, yakni
sidang para kardinal memilih pemimpin tertinggi Gereja Katolik atau Paus, pada
pemilihan pertama Selasa, kemarin, belum menghasilkan Paus terpilih. Hal ini
ditunjukkan oleh asap hitam yang keluar dari cerobong asap di atas Kapela
Sixtina.
Ke-115 kardinal
akan memilih sebanyak empat kali sehari sampai dua pertiga dapat menyetujui
calon tunggal. Pemungutan suara adalah yang pertama diadakan oleh kardinal
sejak mereka memasuki konklaf pada Selasa sore.
Penasihat Paus
dalam bidang Dialog Antaragama, Markus Solo, SVD, dalam surat elektronik
meluksikan, Misa Pembukaan Konklaf Selasa kemarin, berlangsung meriah. Basilika
lumayan penuh. Hadir ke-115 Kardinal sebagai konselebran, dengan selebran utama
Kardinal Sodano dalam kapasitasnya sebagai Kardinal Dekan. “Beda dengan Misa
bersama Paus, perarakan para Kardinal ke Altar berlangsung tenang, tidak ada
tepukan tangan,”tulisnya.
Markus mengatakan,
dalam kotbahnya, Kardinal Sodano mengucapkan terima kasih kepada Paus emeritus
Bendiktus XVI. Pada saat itu massa bertepuk tangan panjang. Liturgi dan
bacaan-bacaan, katanya, mengedepankan penyerahan diri kepada penyelenggaraan
Ilahi, di mana Paus terpilih menyadari diri sebagai orang pilihan Allah,
diurapi dengan Roh Kudus untuk mewartakan kabar sukacita dan tahun pembebasan.
Setelah Misa, para
Kardinal berduyun-duyun keluar melalui pintu samping menuju Domus Santae
Marthae, tepat di samping Basilika. Mereka bersalaman dengan umat tetapi
mengelakan pembicaraan panjang.
“Sempat berjabatan
tangan dan berbicara sebentar dengan Kardinal Tagle dari Philippina. Beliau
kelihatan ramah dan tanggap. Saya cuma menitip pesan doa dan mengucapkan all
the best untuk beliau. Beliau berterima kasih lalu pergi,”katanya.
Sore sekitar pukul
15.45 waktu Roma, ke-115 Kardinal dijemput menuju Kapela Paulina lalu berarak
secara meriah dan dalam suasana doa menuju Kapela Sixtina, tempat diadakan
Konklaf.
Setelah tiba
dilanjutkan dengan angkat sumpah satu demi satu. Selang kurang lebih 1 jam,
diumumkan "Extra Omnes" (semua orang keluar) oleh Seremonial Paus,
Monsignor Guido Marini, dan semua yang bukan 115 Kardinal pemilih, meninggalkan
Kapela Sixtina. Pintu ditutup rapat, dikawal oleh dua tentara Swiss dalam
posisi tegap dengan lembing di tangan kanan.
Sejak para Kardinal
memasuki Kapela Sixtina, sekalipun hujan rintik-rintik, Lapangan Santo Petrus
yang sudah dilengkapi dengan beberapa layar lebar, mulai dipadati manusia.
Manusia berdatangan bercampur baur dengan wartawan-wartawan. Menariknya, massa
didominasi oleh generasi muda dari berbagai bangsa dan negara.
Markus mengatakan,
pandangan mata orang-orang umumnya hanya kepada dua titik, yakni ke layar lebar
yang menampilkan tiang cerobong dalam gambar besar, dan ke cerobong asli di
atas atap yang semakin samar-samar karena gelap.
Tepat pukul 19.41
malam waktu Roma, asap keluar dari cerobong. “Semua orang berteriak seperti
gembira karena awalnya asap kelihatan putih. Tetapi semakin saat semakin pekat,
dan semua akhirnya sadar bahwa asap pertama ini adalah asap hitam. Paus baru
belum sukses terpilih. Massa pelan-pelan lerai dan pulang ke rumah sambil
membawa harapan untuk melihat asap putih tidak terlalu lama lagi,” katanya.
Mulai Rabu, hari
ini, akan terjadi empat kali pemilihan, pagi dua kali, sore dua. “Tetapi asap
baru bisa dikeluarkan setelah dua kali putaran, artinya mulai besok, asap dari
cerobong akan dilihat sebanyak dua kali dalam sehari,” katanya.
Prosesi pemilihan Paus
kali ini diprediksi lama. "Entah kapan asap putih akan mengepul dari
bubungan Kapela Sixtina, hanya Tuhan yang tahu, wallahualam,"ujar Pater
Markus Solo, SVD.
Sumber: jurnas.com,
13 Maret 2013
Ket foto: Pastor
Markus Solo SVD
0 komentar:
Silahkan berkomentar
Tuliskan apa pendapatmu...!