Ribuan pendemo
terharu dan bahkan ada yang meneteskan air mata ketika putera almarhum Aloisius
Laurens Wadu dan istrinya, yaitu Dion Wadu dan istrinya, Ape, bersaksi di
hadapan ribuan massa.
Dion dan
istrinya yang ditetapkan sebagai tersangka dalam kasus pembunuhan ayahnya itu
menyampaikan curahan hati (curhat) mereka
kepada sekitar 3.500 massa yang datang dari berbagai tempat di Lembata.
Dion tampil di
atas mobil pick up masih mengenakan seragam Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan
menyatakan di hadapan massa bahwa dirinya tidak tahu menahu kematian ayah
kandungnya.
"Saya
mencintai ayah saya. Saya mencintai orangtua saya. Kalau saya rakus soal
warisan, saya sudah usir semua saudara saya
dari rumah. Saya tidak pernah buat apa-apa dengan dia (almarhum
ayahnya). Saya minta bantuan bapak-bapak bongkar," kata Dion dari atas
mobil pick up sambil mengurai air mata.
Dion
mengungkapkan betapa dirinya, istri dan anaknya selama ini sangat menderita
setelah ditetapkan sebagai tersangka
oleh penyidik kepolisian. Padahal dirinya sama sekali tidak mengetahui apa-apa
dengan kasus itu.
Sebagai putera
sulung almarhum Laurens Wadu, Dion
membantah motif warisan pembunuhan ayahnya sebagaimana diungkapkan penyidik
kepolisian selama ini. Di hadapan massa yang datang pun, Dion menyatakan
dirinya pernah diteror orang tak dikenal dan telah melaporkan hal itu kepada
kepolisian, tetapi tidak ditindaklanjuti. Kemudian malah dia ditangkap
kepolisian dengan tidak dilakukan berita acara pemeriksaan (BAP).
Perannya di
TKP (Tempat Kejadian Perkara) pun bukan atas BAP dirinya, tetapi BAP yang
dibuat oleh Vinsen Wadu (adik almarhum).
Istri Dion,
Ape, yang ditetapkan kepolisian sebagai tersangka bersama suaminya, juga
berbicara kepada ribuan massa. Ape tampak tidak bisa menahan air mata saat
berbicara di hadapan massa, mengundang iba ribuan massa.
Bahkan sempat
terjadi keributan ketika Ape menyebutkan bahwa saksi Mama Bunga berbicara dan
menyebutkan dirinya dan Dion suaminya terlibat karena saksi itu diminta bicara
oleh Kasat Serse Polres Lembata, Iptu Jeri Z Puling. Massa pun berteriak
memanggil dan meminta Kapolres Lembata segera menahan Kasat Serse. Massa pun
berhamburan sehingga membuat keresahan.
Untung
Kapolres Lembata, AKBP Wresni Haryadi Satya Nugroho, ST dan para imam cepat
menenangkan massa yang marah. Akhirnya, demonstrasi massa dihentikan. Apalagi
saat itu Kapolda NTT, Brigjen I Ketut Untung Yoga Ana, sudah meninggalkan Mapolres Lembata dan
kembali ke Kupang.
Sumber: Pos
Kupang.com. 29 Januari 2014
Ket foto: Alm.
Lorens Wadu
0 komentar:
Silahkan berkomentar
Tuliskan apa pendapatmu...!