Kasus penghilangan
paksa 13 aktivis pada 1998 kembali mencuat. Pemicunya adalah ucapan Mayor
Jendral (Purn) Kivlan Zen di acara Debat tvOne pada Senin (28/4) malam.
Mantan Kepala Staf
Kostrad itu mengaku tahu di mana 13 aktivis itu 'dihilangkan'. Untuk diketahui,
Kivlan menjabat sebagai Kakostrad pada 1998 atau saat Pangkostrad dijabat
Letjen Prabowo Subianto.
"Yang menculik
dan hilang, tempatnya saya tahu di mana, ditembak, dibuang," kata Kivlan
dalam debat yang dipandu pembawa acara Alfito Deannova.
Bahkan, Kivlan
mengatakan, jika nanti disusun sebuah panitia untuk menyelidiki lagi kasus
penghilangan 13 aktivis itu, dia bersedia bersaksi.
"Kalau nanti
disusun nanti suatu panitia, saya akan berbicara ke mana ke-13 orang itu
hilangnya, dan di mana dibuangnya," ujar Kivlan dengan nada berapi-api.
Dalam acara debat
itu, Kivlan diposisikan sebagai pembela Prabowo Subianto, mantan Danjen
Kopassus yang dituding bertanggung jawab atas penghilangan paksa tersebut. Di
kubu Prabowo, ada juga Wakil Ketua Umum Partai Gerinda Fadli Zon.
Sedangkan di kubu
lain ada Al Araf dari Imparsial dan Alvon Kurnia dari YLBHI. Bersama sejumlah
LSM, dua lembaga itu adalah yang menyatakan menolak capres pelanggar HAM. Dalam
penolakannya, mereka dengan tegas menyebut nama Prabowo Subianto, capres Partai
Gerindra.
Operasi sampingan
Sebelum mengucapkan
tahu di mana Wiji Thukul dkk dihilangkan, Kivlan membela bahwa Prabowo tidak
terlibat kasus penculikan 13 orang, sebagaimana disebut para aktivis LSM. Dia
menyebut Prabowo hanya melakukan tindakan 'pengamanan' terhadap 9 aktivis yang
lain dan kini mereka sudah kembali. Beberapa diketahui sudah bergabung ke
Gerindra.
Tindakan oleh
Prabowo itu, kata Kivlan, dilakukan untuk menghindari gangguan keamanan sebelum
sidang umum MPR 1998. Soal 13 yang masih hilang hingga kini, Kivlan menuding
adanya 'operasi sampingan' yang bergerak.
"Di mana-mana
operasi militer itu dilakukan ada yang namanya double agent," kata Kivlan.
"Operasi
sampingan intelijen (oleh) lawan kepada Prabowo, saya tahu benar siapa lawan
Prabowo," imbuhnya.
Seperti diketahui,
dalam pergolakan 1998 masih ada 13 aktivis yang hilang hingga kini. Mereka
adalah Wiji Thukul, Petrus Bima Anugrah, Herman Hendrawan, Suyat, Yani Afri,
Sonny, Dedi Hamdun, Noval Al Katiri, Ismail, Ucok Siahaan, Hendra Hambali,
Yadin Muhidin dan Abdun Nasser.
Sumber: Merdeka.com,
1 Mei 2014
Ket foto: Wiji
Thukul

0 komentar:
Silahkan berkomentar
Tuliskan apa pendapatmu...!