Direktur YPPS Larantuka, Flores Timur
SURFA Uran, Romo Yeremias
Rianghepat dan Irwan Paokuma, warga kota Lewoleba, Lembata. Surfa adalah PNS
pada Dinas Keperjaan Umum kabupaten Lembata dan Irwan tenaga kontrak pada
kantor BPBD kabupaten Lembata. Romo Yeremias pastor di Lewoleba. Ketiganya
menjalani pemeriksaan di Polres Lembata (3/6/2015). Misteri kematian Laurensius
Wadu yang membawa mereka berhadapan dengan polisi. Ini juga bermula dari
keterangan Alex Murin di pengadilan sebelumnya dan pengakuan Romo Yeremias
dalam sejumlah kesenpatan lain.
Laurensius Wadu telah berpulang dua tahun silam,
tepatnya 8 Juni 2013. Namun teka teki tentang kematiannya cenderung menjadi
misteri ketika lokasi kematian di pondoknya di hutan Keam seakan diragukan. Lalu
muncul indikasi baru.Tempat pembunuhan dramatis itu justru di Rumah Jabatan
bupati Lembata yang saat itu dan hingga kini masih resmi ditempati bupati Eliaser
Yentji Sunur. Apakah bupati tahu?
Pikiran sehat ditambah kualitas moral yang memadai
tentu meragukan indikasi terakhir ini. Tidak mungkin sebuah rumah jabatan
pejabat negara jadi tempat kriminal. Namun kembali menelusuri kisah hukum di
tangan para penyidik hingga ke meja pengadilan serta sejumlah “geliat
informasi” di lapangan, justru indikasi baru itu punya berkorelasi dengan
sejumlah informasi sebelumnya dalam drama penegakan hukum ini.
Kisah Video di Rumah Jabatan
Ketika diperiksa dalam persidangan kasus pencemaran
nama baik bupati Lembata, Alex Murin, tersangka kasus itu membuka informasi
baru tentang tempat lain yang diduga jadi lokasi eksekusi almarhum Laorens
Wadu. Pengakuan Alex, seseorang telah menceritakan padanya bahwa pernah
menonton sebuah video pengangkatan jenasah di rumah jabatan bupati Lembata.
Video ini dikaitkan dengan kematian Lorens Wadu si pemilik tanah di hutan keam
yang kabarnya dilirik dan hendak dibeli oleh bupati atau Pemda Lembata.
Polisi yang cerdas dan professional, layak menjadikan
pengakuan ini sebagai petunjuk baru.Informasi awal untuk sebuah penyelidikan
lapangan.
Ternyata informasi tentang video itu Alex terima
dari Surfa Uran.Tanggal 3 Juni 2015, Surfadi hadapan penyidik Polres Lembata
mengaku pernah menonton video pengangkatan jenasah terbungkus kain di rumah
jabatan bupati Lembata oleh empat orang. Dua orang di antaranya adalah tersangka
kasus ini yang telah jadi terpidana.
Dari keterangan Surfa Uran, polisi kemudian
memeriksa Irwan Paokuma, pegawai kontrak pada BPBD Kabupaten Lembata, pemilik
video itu. Di hadapan penyidik, Irwan mengatakan tidak pernah memperlihatkan
video seperi itu kepada Surfa.Mana yang bohong, Surfa atau Irfan?
Ketakutan Irwan
Walau Irwan
si pemilik video yang sempat menghilang itu membantah di hadapan
penyidik, namun tidak berarti keterangan Surfa tidak menjadi indikasi dan
petunjuk bagi polisi. Surfa juga mengatakan pernah menelpon Irwan beberapa saat
setelah itu untuk klarifikasi tentang video itu dan Irwan mengatakan sedang
berada di Adonara, padahal dia di Ile Ape. Saat keduanya dikonfrontasi dalam
pemeriksaan, Irwan mengaku terpaksa menipu karena takut. Bahkan ekspresi
ketakutan Irwan juga muncul ketika diwawancarai Flores Pos usai diperiksa
Polisi. Ia takut berurusan dengan polisi karena pernah dipenjara.
Ada dua pesan penting. Pertama, Surva menonton video
pengangkatan jenasah di rumah jabatan Bupati Lembata oleh 4 orang dari HP
miliknya Irwan. Dua di antaranya diketahui sebagai tersangka pembunuhan Lorens
Wadu yang kini telah jadi terpidana. Kedua, beberapa saat setelah itu, Surfa
menelpon Irwan ingin konfirmasi tentang video itu dan Irwan menipu sedang
berada di Adonara. Mengaku menipu karena takut. Apakah Irwan takut karena telah
terlanjur memperlihatkan video pengangkatan jenasah di rumah jabatan
bupati? Jenasah siapa? Saat itu Irwan bekerja di rumah jabatan bupati Lembata
sebagai penjaga rusa.
Walau Irfan di hadapan penyidik (3/6) megatakan
tidak, hal ini tidak lalu menghentikan langkah penyelidikan. Keterangan Irwan
terkait dirinya menyangkal ketika ditelepon Surfa karena takut mesti menjadi
indikasi bagi penyidik untuk mendalami kasus ini lebih lanjut, khusus tentang
lokasi matinya Lorens Wadu.
Misteri Mobil Merah
Saksi lain yang dimintai keterangan oleh Polres
Lembata setelah dua tahun kasus ini terjadi adalah Romo Yeremias Rongan
Rianghepat. Pada malam sebelum Lorens Wadu ditemukan tak bernyawa, Romo
Yeremias sempat bertemu dengan sebuah mobil warnah merah yang masuk lewat kebun
misi menuju kearah pondok Lorens Wadu. Bahkan sopir mobil yang bernama Omi
Wuwur yang telah pula ditetapkan sebagai tersangka kasus ini menanyakan jalan
menuju ke kebun dan pondok milik Lorens
Wadu.
Lebih menarik dan bisa dijadikan indikasi yang punya
korelasi juga dengan keteragan Surfa tentang video di rumah jabatan adalah
identifikasi lebih jauh tentang mobil merah tersebut. Menurut Romo Yeremias, ia
mengenal mobil merah itu. Itu adalah mobil milik bupati Lembata. Sama seperti
Irfan yang sempat menghilang setelah bertemu dengan Surfa, demikian pula dengan
mobil merah itu yang hingga tidak ada lagi di Lembata. Ke mana perginya, hanya
pemiliknya yang tahu.
Hal yang sama antara keterangan Romo Yeremias dan
Surfa adalah “Rumah Jabatan”. Surfa dalam keteragannya di polisi mengatakan,
lokasi pengangkatan jenasah yang dia lihat di video adalah di rumah jabatan
bupati Lembata.Romo Yeremias juga mengatakan, mobil merah yang dia lihat malam
itu adalah mobil yang biasa diparkir di rumah jabatan bupati Lembata. Apakah
video pengangkatan jenasah itu terjadi pada malam yang sama ketika Romo
Yeremias bertemua dengan mobil merah milik rumah jabatan bupati Lembata? Kalau
benar maka bisa saja malam itu ketika mobil merah itu nyasar di kebun misi, di
dalamnya ada jenasah. Jika benar maka kedua peristiwa ini punya hubungan dengan
penemuan jenasah Lorens Wadu di pondoknya?
Jika polisi masih sulit menghubungkan video yang
diceritakan Surfa dengan mobil merah yang diceritakan Romo Yeremias, sebetulnya
kehadiran mobil itu di kompleks misi yang sedang mencari jalan ke pondoknya
Lorens Wadu mesti jadi fokus untuk mengungkap apa hubungan kehadiran mobil itu
di malam itu dengan penemuan jenasah Lorens Wadu keesokan harinya. Dua
peristiwa ini punya kesamaan. Malam itu mobil merah sedang mencari jalan ke
pondoknya Lorens Wadu. Besok paginya ada temuan jenasah di pondok yang hendak
ditujui mobil merah semalam. Ini bisa jadi indikasi untuk membuka misteri ini.
Berubahnya Keterangan Tersangka
Sejumlah tersangka diadili di PN Lewoleba meyebut
sejumlah pelaku pembunuhan Lorens Wadu, termasuk seorang polisi dan seorang
anggota DPRD Lembata. Lalu dalam sidang berikutnya, tersangka tersebut menarik
keterangannya dengan alasan keterangan yang ia sampaikan sebelum ya
diperolehnya dalam mimpi. Belakangan diketahui, bahwa selama dalam tahanan,
para tersangkadisiksa. Setelah itu, para tersangka menarik kembali keteragan
sebelumnya.
Surfa dalam keterangannya tentang video pengangkatan
jenasah di rumah jabatan mengatakan, ada empat orang yang angkat jenasah.Dua
orang yang berhadapan dengan lensa dikenal sebagai tersangka yang kini telah
jadi terpidana. Dua lainnya yang membelakangi lensa tidak diidentifikasi. Jika
keterangan ini dikaitkan dengan berubahnya keterangan tersangka di pengadilan,
maka bisa jadi indikasi bahwa masih ada pelaku lain yang belum tersentuh, yang
masih disembunyikan sehingga keterangan tersangka lainnya terus berubah di
pengadilan.
Keterangan saksi/tersangka yang berubah-ubah juga
mengindikasikan bahwa keterangan di pengadilan itu disampaikan bukan di bawah
sumpah tetapi di bawah dikte dan tekanan. Karena itu maka dalam kasus kematian
Lorens Wadu, masih tersimpan berbagai misteri. Penyidik belum mampu atau sengaja
tidak mampu menghubungkan berbagai indikasi yang muncul dalam perkara ini untuk
mengungkap misteri ini. Romo Yeremias telah lama bicara di depan umum tentang
hadirnya mobil merah milik rumah jabatan bupati Lembata yang berusaha mencari
jalan ke pondok Lorens Wadu, namun setelah dua tahun baru ia dimintai
keterangan secara resmi oleh polisi. Ini juga indikasi ketidakmampuan
(kesengajaan) penyidik.
Sumber: Flores Pos, 8 Juni 2015
0 komentar:
Silahkan berkomentar
Tuliskan apa pendapatmu...!