Komisaris Jenderal Budi Waseso tak kehilangan
senyum meski kabar pergantian dirinya sebagai Kepala Badan Reserse dan Kriminal
Mabes Polri baru saja diputuskan Kamis malam, 3 September 2015. Sesuai surat
telegram kepolisian yang ditandatangani Kapolri hari itu, Budi akan bertukar jabatan
dengan Kepala Badan Narkotika Nasional Komjen Anang Iskandar.
Mengenakan batik bernuansa kuning dan celana
panjang hitam, Budi menerima kedatangan Tempo dan Kompas di ruangannya sekitar
pukul 10.00 WIB, Jumat, 4 September 2015. Ruangan yang sebentar lagi akan
ditinggalkan Budi itu masih rapi tanpa tanda-tanda ada barang yang dikemasi.
Sebuah sampul majalah Forum yang dibingkai tergantung di atas meja kerja Budi.
Wajah Budi yang penuh senyum menghiasi halaman muka itu dengan judul besar
'Saya Bukan Polisi Bayaran'. Berikut petikan wawancara itu :
Bagaimana
Anda menerima kabar pergantian jabatan ini?
Tadi malam pukul 23.10 WIB saya mendapat
telepon bahwa Keputusan Presiden sudah ditandatangani dan diturunkan pada
Kapolri. Keppres itu berkaitan dengan jabatan saya sebagai Kepala BNN.
Kepastiannya itu tadi malam, kalau sebelumnya hanya isu.
Apakah
Anda dipanggil ke Istana sebelumnya?
Tidak ada. Tidak perlu panggilan ke istana
karena memilih siapa yang menjadi Kepala BNN adalah sepenuhnya kewenangan
presiden.
Benarkah
pergantian Anda ada hubungannya dengan kasus korupsi Pelindo II yang sedang
ditangani Bareskrim?
Saya orangnya tidak pernah
menghubung-hubungkan permasalahan ini dan itu. Bagi saya, yang penting bekerja
dengan baik dan sesuai aturan. Segala pekerjaan pasti ada konsekuensinya.
Anda
sudah tahu konsekuensinya akan seperti ini?
Apapun pekerjaannya, harus ada konsekuensi
yang ditanggung. Saya selalu katakan bahwa tidak boleh ada pemilahan dalam
penegakan hukum. Hukum harus berlaku bagi siapa saja tanpa ada perlakuan
khusus.
Tapi,
timing antara kasus Pelindo dan pergantian ini pas sekali, bagaimana menurut
Anda?
Itu bagaimana masyarakat memandang. Kapasitas
saya hanya sebagai pelaksana dan petugas. Laksanakan saja.
Memangnya,
sudah sejauh apa pengusutan kasus Pelindo?
Satu orang sudah dinyatakan sebagai
tersangka. Alat bukti sudah cukup. Saya jamin 100 persen, bahkan 1000 persen
telah terjadi korupsi. Kasus ini tidak sederhana. Kasus sampingannya lebih
spektakuler lagi, nilainya triliunan.
Wakil
Presiden Jusuf Kalla menelepon Anda agar tak ada pemidanaan pada kebijakan
BUMN, apa tanggapan Anda?
Saya bilang penegakan hukum adalah penegakan
hukum. Apa yang saya lakukan justru menyelamatkan uang negara. Masa dibiarkan dengan
alasan BUMN. Saya minta Pak JK membiarkan ini berjalan. Saya akan awasi kasus
ini, Bapak akan awasi saya.
Anda
selalu bilang ada sembilan kasus spektakuler yang sedang ditangani Bareskrim.
Apa saja yang sudah berjalan?
Ada dua. TPPI (PT Trans Pacific Petrochemical
Indotama) dan satu kasus lagi yang nilainya Rp 180 triliun namun masih saya
tunda. Itu sangat spektakuler. Kalau saya lakukan, ada yang akan panas dingin.
Bagaimana
bila kasus-kasus itu dihentikan setelah Anda tak lagi menjabat Kabareskrim?
Tidak boleh. Itu wujud intervensi pada
penegakan hukum. Presiden telah menyatakan bahwa salah satu Nawacita adalah
penegakan hukum terhadap korupsi. Ini yang sedang saya lakukan dan kasusnya
sedang berjalan. Masa diintervensi apalagi distop. Publik berhak menanyakan
proses itu.
Apakah
Anda yakin pengganti Anda Anang Iskandar akan melanjutkan kasus-kasus tersebut?
Dia senior saya. Reputasinya lebih bagus,
pengalaman juga bagus. Hanya mungkin pembawaannya yang berbeda.
Bagaimana
Anda memastikan kasus yang Anda tinggalkan dilanjutkan?
Saya harus tetap mengontrol kasus itu. Saya
akan berikan dulu pada pejabat baru, setelah itu saya pantau perkembangannya.
Bila ada hambatan di tengah jalan, saya juga yang bertanggung jawab. Jangan bilang
saya lepas tangan. Ada beban morilnya.
Apa
terobosan yang akan Anda buat di BNN?
Saya sudah membuat konstruksi pekerjaan saya
secara garis besar. Pertama, saya akan audit internal dan membenahi ke dalam.
Itu kebiasaan saya sebelum melangkah ke luar. Saya akan audit seluruhnya dengan
audit independen soal kinerja, penggunaan sarana-prasarana, termasuk anggaran.
Tidak boleh ada korupsi di dalam.
Sejak
awal menjabat, Anda sering di-bully bahkan sampai ada petisi untuk menjatuhkan
Anda. Anda tak pernah terlihat kehilangan kontrol emosi dan selalu tersenyum,
apa rahasianya?
Apa yang harus saya susahkan. Saya yakin
orang yang mem-bully saya menginginkan saya menjadi baik. Biarkan saya
di-bully, saya akan buktikan dengan kinerja.
Sumber: Tempo.co, 5 September 2015
Ket foto: Kabareskrim Mabes Polri, Komjen Pol Budi Waseso
0 komentar:
Silahkan berkomentar
Tuliskan apa pendapatmu...!