Headlines News :
Home » » Romo Frans Amanue: Sikap Bupati Yance Kampungan

Romo Frans Amanue: Sikap Bupati Yance Kampungan

Written By ansel-boto.blogspot.com on Monday, September 21, 2015 | 1:47 PM

SIKAP Bupati Lembata Eliaser Yentji Sunur saat keluar dari ruang sidang Pengadilan Negeri Lewoleba yang langsung menunjuk dan mengata-ngatai Romo Frans Amanue merupakan suatu sikap kampungan. Hal ini disampaikan Romo Frans menanggapi sikap Bupati Yentji Sunur tersebut.

Dalam sidang di PN itu, Bupati Yentji Sunur  hadir sebagai saksi pelapor dalam kasus dugaan pemalsuan dokumen permohonan uji pendapat DPRD Lembata atas dugaan pelanggaran peraturan perundang-undangan yang dilakukan Bupati Yentji Sunur dengan terdakwa Bediona Philipus, pada Selasa (15/9). Disaksikan Flores Pos, Bupati Yentji Sunur terlihat emosi ketika Akhmad Bumi selaku kuasa hukum terdakwa menanyakan soal dugaan pemerasan terhadap kontraktor yang dilakukan saksi pelapor.

Usai pemeriksaan, Ketua Majelis Hakim I Gusti N.P. Atmaja mempersilakan saksi pelapor Bupati Yentji Sunur untuk kembali ke belakang. Bupati Yentji Sunur dengan sopan berdiri dan menyalami satu per satu majelis hakim, kemudian menyalami terdakwa dan penasihat hukum serta Jaksa Penuntut Umum. Setelah itu, bupati keluar dari ruang sidang melalui pintu samping bagian selatan. Di pintu samping tersebut, ada wartawan, polisi dan pengunjung lainnya serta Romo Frans Amanue dan Alex Murin yang berdiri di dekat jendela ruang sidang.

Bupat, entah mengapa, ketika melihat Romo Frans Amanue dan Alex Murin, langsung menunjuk ke arah Romo Frans dengan mengatakan “Kau yang membuat banyak perkara di Lembata”. Pernyataan Bupati Yance ini tentu mengagetkan karena Romo Frans saat itu tidak melakukan apa pun. Mendengar pernyataan tersebut, Romo Frans dengan santai mengatakan dengan nada tanya, “yang membuat banyak kasus di Lembata ini sebenarnya siapa. Yang duduk dalam ruang sidang tadi itu siapa?”

Mendengar keributan tersebut, pengunjung datang dan Bupati Yentji Sunur dikawal beberapa orang untuk masuk kembali ke dalam ruang sidang. Raut muka Bupati Yance terlihat merah dan tegang seperti ketakutan. Yance Sunur dibawa ke dalam ruang sidang. Hasan Werang, salah seorang kontraktor, menjaga dan menyuruh bupati masuk dalam ruang sidang.

Melihat keributan itu, Aci Ona dan Wang Sunur, saudari dari Yance Sunur, tidak terima. Mereka berteriak. Bupati pun keluar dari gedung pengadilan dikawal oleh polisi dan anggota keluarga. Tampak di belakang Bupati, Anton Gelat (mantan anggota DPRD Lembata), Kasat Polisi Pamong Praja Kanis Making. Sementara beberapa orang menjaga Aci Ona serta Wang Sunur, dan meminta mereka untuk tenang sehingga tidak memacing emosi massa.

Sampai di depan gedung PN, Alex Murin memeluk Bupati Lembata, namun keluarga dan pendukungnya tidak terima dan melarang Alex Murin untuk memeluk bupati. Sementara itu, Forum Penyelamat Lewotana Lembata (FP2L), sedang berorasi dari luar halaman kantor PN. Bupati langsung masuk ke dalam mobil dan polisi melarang mobil bupati melewati pintu gerbang bagian selatan di mana para FP2L sedang berorasi. Bupati dan keluarga serta pendukungnya, dengan beberapa mobil lainnya, keluar melalui pintu gerbang bagian utara.

Romo Frans Amanue mengatakan, sikap Bupati Lembata itu merupakan sikap kampungan. Karena itu. Romo Frans tidak meladeni sikap kampung tersebut.

Romo Frans juga mengatakan, sikap Bupati Yance tersebut sekelas dengan sopirnya yang pernah mencegat dirinya terkait dengan kasus pembunuhan Lorens Wadu. Sikap bupati ini menjadi pembicaraan di kalangan mama-mama pedagang ikan yang bergabung bersama FP2L melakukan aksi dan dukungan terhadap PN Lewoleba untuk menuntaskan kasus dugaan pemalsuan dokumen permohonan uji pendapat DPRD tersebut dengan jujur dan adil. 
Sumber: aventsaur.wordpress.com, 20 September 2015 
Ket foto: Bupati Lembata Eliaser Yentji Sunur dan Romo Amanue Pr
SEBARKAN ARTIKEL INI :

0 komentar:

Silahkan berkomentar

Tuliskan apa pendapatmu...!

 
Didukung : Creating Website | MFILES
Copyright © 2015. Ansel Deri - All Rights Reserved
Thanks to KORAN MIGRAN
Proudly powered by Blogger