Oleh Susilo Bambang Yudhoyono
Presiden
Republik Indonesia 2004-2014
SUDAH menjadi hukum sejarah, dunia berikut tatanan
kehidupannya akan terus berevolusi. Demikian juga perjalanan suatu bangsa jika
bangsa itu lulus menjaga eksistensinya.
Agustus 2015, dalam acara seminar
internasional di Universitas Indonesia, saya menyampaikan refleksi kesejarahan
"70 Tahun Indonesia Merdeka". Saya kedepankan dinamika dan pasang
surut perjalanan bangsa Indonesia sejak 1945, kemudian apa tantangan dan
pekerjaan rumah 70 tahun ke depan.
Di awal 2016, saya juga diminta Universitas
Udayana, Bali, untuk memberikan kuliah umum "Indonesia 2045" atau
"Satu Abad Indonesia Merdeka". Di hadapan segenap sivitas akademika,
saya sampaikan bahwa tahun 2045 Indonesia bisa menjadi negara yang lebih maju,
kuat, dan sejahtera. Dengan kerja keras dan pertolongan Tuhan, insya Allah
Indonesia bisa. Tentu ini tidak datang dari langit dan jalan yang ditempuh tak
selalu lunak.
Indonesia 2045, tinggal tiga dekade lagi.
Sebagai warga bangsa yang bertanggung jawab kita berkewajiban mewujudkan impian
indah itu. Seorang guru manajemen tersohor, Peter Drucker, pernah mengatakan,
"The best way to predict the future is to create it". Ia benar.
Maka melalui artikel ini saya ingin mengajak
kita semua, bangsa Indonesia, bersatu dan bekerja keras mewujudkan
"Indonesia Sukses" tahun 2045.
Transformasi besar bangsa
Sejak 1998, sesungguhnya bangsa Indonesia
bukan sekadar melakukan reformasi, melainkan juga transformasi besar dan
mendasar. Transformasi ini masih berlangsung dan menurut perkiraan saya masih
berlanjut 20-30 tahun ke depan.
Saya mencatat ada lima transformasi besar
yang tengah kita lakukan. Pertama, dalam dunia politik, kita bertransformasi
dari sistem otoritarian menuju demokrasi. Kedua, di bidang pemerintahan dari
sistem yang sentralistik menuju desentralistik. Ketiga, dari ekonomi yang
didominasi sumber daya alam menuju yang lebih berbasis industri, jasa,
teknologi, dan sumber daya manusia. Keempat, dalam hubungan internasional kita
tengah melengkapi cara pandang dari inward looking dan terlalu nasionalistik
menuju wawasan yang lebih seimbang: inward and outward looking, dengan tetap
mengutamakan kepentingan nasional. Kelima, terkait stabilitas politik dan
keamanan publik, kita berubah dari pendekatan keamanan menuju ke penegakan
hukum.
Layaknya perubahan besar, selalu ada
tantangan dan resistensinya. Perubahan juga menghadirkan instabilitas dan rasa
tidak nyaman bagi sebagian kalangan. Itu sebabnya tak sedikit reformasi dan
transformasi gagal mencapai tujuan karena para pelakunya menyerah. Atau kaum
yang menentang berhasil mengalahkan kaum reformis. Kalau ini terjadi, bangsa
yang bersangkutan bukan hanya kembali ke posisi awal, melainkan bisa mengalami
disorientasi dan lebih buruk kondisinya.
Sebagai contoh, tak mudah mendidik dan
mentransformasi alam pikir dan perilaku politik kita, orang seorang, yang
selama lebih dari 30 tahun menjalankan sistem otoritarian, menjadi demokratis.
Termasuk alam pikiran para pemimpin di negeri ini. Ekonomi dan bisnis Indonesia
yang dimanjakan oleh keberlimpahan sumber daya alam juga tidak mudah hijrah ke
ekonomi jasa, sumber daya manusia, dan penguasaan iptek. Para pelaku ekonomi di
comfort zone enggan berubah. Tentu masih banyak tantangan lain. Peran para
pemimpin menjadi penting untuk menjaga semangat perubahan ini.
Urusan transformasi sengaja saya angkat
karena ada kaitannya dengan pekerjaan besar yang hendak kita lakukan untuk
mewujudkan Indonesia Sukses di ulang tahunnya yang keseratus.
Pekerjaan rumah ke depan
Menurut saya, ada tiga tujuan besar yang
mesti kita capai di satu abad kemerdekaan nanti, yaitu (1) demokrasi yang kuat,
stabil, dan berkualitas; (2) ekonomi yang kuat, adil, dan berkelanjutan; dan
(3) peradaban bangsa yang lebih unggul menuju negara maju (developed country)
akhir abad XXI.
Banyak hal harus kita lakukan untuk tujuan
pertama. Para pemimpin-negara, pemerintah, dan tokoh politik-harus berdiri di
depan dan menjadi contoh.
Mari kita didik masyarakat dan diri kita,
bahwa demokrasi tidak sekadar pemilihan umum dan kebebasan. Juga bukan hanya
hak sipil dan hak politik warga negara. Demokrasi juga tentang
konstitusionalisme dan kepatuhan kita terhadap sistem dan perundang-undangan,
sekaligus etika dan aturan main. Juga tentang kepatuhan pada pranata hukum
(rule of law) dan penegakan hukum. Juga tentang akuntabilitas para
penyelenggara negara, termasuk bebasnya mereka dari penyimpangan dan tindak
pidana korupsi. Juga tentang checks and balances di antara para pemegang
kekuasaan, termasuk di lembaga eksekutif, legislatif, dan yudikatif. Juga
tentang penggunaan kekuasaan (the exercise of power)-apakah kekuasaan digunakan
secara tepat atau melampaui batasnya.
Demokrasi juga berkaitan dengan etika para
wakil rakyat dan semua pejabat yang mendapat mandat rakyat. Di sini termasuk
presiden, gubernur, bupati, dan wali kota. Juga para anggota DPR, DPD, dan MPR.
Yang mereka lakukan dan perjuangkan harus benar-benar yang menjadi harapan dan
aspirasi rakyat.
Yang terakhir dari domain demokrasi adalah
menghadirkan demokrasi yang tertib. Demokrasi yang matang ditandai oleh politik
yang tertib dan stabil. Maka untuk menjaga stabilitas politik dan ketertiban
publik harus dipilih cara-cara yang tidak merusak sendi-sendi demokrasi.
Cara-cara represif dan keluar dari pranata hukum harus menjadi milik masa
lampau. Membikin rakyat tidak berani bicara karena takut divonis mengganggu
stabilitas politik dan jalannya pemerintahan adalah bentuk represi di era
modern ini.
Tujuan besar kedua berupa ekonomi yang kuat,
adil, dan berkelanjutan, berarti upaya agar ekonomi terus tumbuh dan pendapatan
nasional juga semakin besar; ekonomi makro terjaga baik, termasuk terciptanya
lapangan pekerjaan dan harga-harga yang stabil dan terjangkau; serta ketahanan
dan fundamental ekonomi. Antara 2004-2014 pertumbuhan kita rata-rata hampir 6
persen, tertinggi kedua atau ketiga di antara negara-negara G-20.
Ekonomi yang berkeadilan menjadi tantangan
besar Indonesia dan dunia. Meskipun secara global jumlah orang miskin
berkurang, ketimpangan sosial-ekonomi makin besar. Meskipun belum sempurna, apa
yang kami doktrinkan dulu dalam pembangunan ekonomi, yaitu "pertumbuhan
disertai pemerataan" atau growth with equity akan bijak jika tidak
ditinggalkan. Alangkah tidak indahnya jika negara kita dipenuhi bangunan megah
serta proyek-proyek mercu suar lainnya, sementara masyarakat hidup miskin.
Kita harus kembali mengejawantahkan kearifan
para pendiri republik bahwa Indonesia yang kita tuju adalah Indonesia yang adil
dan makmur. Keduanya harus tumbuh bersama, jangan dipisahkan dan jangan sampai
keadilan dikorbankan lantaran yang ingin kita tampilkan adalah gemerlapnya
wajah kemakmuran.
Dunia abad XXI juga menghadirkan semangat
tinggi bagi terpeliharanya lingkungan alam dan sumber-sumber kehidupan di Bumi.
Konferensi PBB di Paris, Desember 2015, yang berhasil menghadirkan dokumen
bersejarah untuk memerangi pemanasan global dan perubahan iklim, adalah tonggak
baru yang patut kita rayakan. Dunia sepakat bahwa pembangunan yang kita
jalankan adalah pembangunan berkelanjutan dan ekonomi yang kita anut adalah
ekonomi hijau.
Semoga strategi pembangunan ekonomi yang saya
tawarkan (juga kita laksanakan dalam 10 tahun masa kepresidenan saya), yaitu
"4 Track Strategy", bisa diposisikan sebagai alternatif.
Alhamdulillah, tema besar kita "sustainable growth with equity" dan
juga "4 Track Strategy" yang mencakup pembangunan ekonomi yang
pro-pertumbuhan, pro-lapangan pekerjaan, pro-pengurangan kemiskinan, dan
pro-kelestarian lingkungan juga menjadi masukan penyusunan SDGs (Sustainable
Development Goals) yang secara pribadi saya ikut menyumbang.
Indonesia maju, kuat, dan sejahtera tahun
2045 dapat kita wujudkan jika peradaban terus kita majukan. Kemajuan peradaban
sebuah bangsa ditandai dengan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi tinggi,
daya saing dan kemandirian yang kuat, serta karakter yang kokoh dan unggul.
Dengan itu semua, bangsa akan lebih tahan guncangan. Artinya, jika harus
mengalami krisis yang berat sekalipun, bangsa itu akan tetap survive.
Pengertian peradaban (civilization) luas dan
beragam. Sungguh pun demikian, saya berpikir peradaban, ketahanan, dan
keunggulan bangsa Indonesia akan ditentukan oleh tingkat pendidikan. Manusia
dan bangsa Indonesia harus berkarakter kuat di atas jati dirinya yang telah
lulus dari berbagai ujian sejarah. Masyarakat Indonesia juga harus menjadi
masyarakat yang rasional dan bertanggung jawab. Teknologi harus dikuasai,
apalagi kita hidup dalam era digital dan juga revolusi industri gelombang
keempat. Sebagai bangsa majemuk, peradaban bangsa kita juga mesti ditandai
dengan toleransi dan kerukunan, sekaligus mencintai perdamaian. Sebagai bagian
dari the good society, masyarakat Indonesia juga harus kepatuhan terhadap
pranata sosial dan pranata hukum.
Peluang, tantangan, dan imperatif
Bisakah Indonesia menjadi negara yang lebih
maju, kuat, dan sejahtera 2045? Tak ada seorang pun bisa menjamin. Namun,
berangkat dari keyakinan dan akal sehat, saya memberanikan diri bahwa kita
bisa.
Ada lima alasan yang dapat saya sampaikan.
Pertama, Indonesia berusia muda~ young country. Masih ada peluang untuk tumbuh
dan maju. Kedua, kita selalu bisa keluar dari krisis. Beberapa kali Indonesia
diramalkan ambruk, tetapi tidak terjadi. Ketiga, potensi dan sumber daya kita
besar. Ini modal pembangunan yang berharga jika negara diawaki oleh manusia
yang cakap, inovatif, dan unggul. Keempat, kita masih terus bertransformasi.
Maka, transformasi dan reformasi tidak boleh terhenti. Apalagi gagal. Kelima, untuk
menambah keyakinan bahwa Indonesia bisa maju, ada banyak kisah sukses.
Meskipun 10 tahun masa pemerintahan saya amat
berat kondisinya serta tak semua bisa kita capai, dalam kurun waktu itu
pendapatan per kapita rakyat naik hampir 350 persen. Ingat, sejak Indonesia
merdeka hingga 60 tahun kemudian, pendapatan per kapita kita 1.100 dollar AS.
Dalam 10 tahun, angka itu menjadi 3.700 dollar AS. Ternyata bangsa kita bisa.
Ke depan, tantangan dan permasalahan yang
kita hadapi semakin berat. Dunia dan kawasan Asia juga tidak selalu kondusif.
Perjalanan bangsa kita pun penuh dengan masa pasang dan surut. Oleh karena itu,
untuk sukses kita harus bekerja sangat keras disertai pikiran yang cerdas.
Kalau hal ini saya tuangkan dalam bentuk imperatif, ada 3 hal yang harus kita
penuhi.
Pertama, bangsa ini harus punya visi. Visi
ini produk dari pemikiran besar berlandaskan realitas dan telaah logis dan
rasional atas apa yang bisa dan tidak bisa dicapai Indonesia ke depan, serta
pengalaman panjang kita semua dalam membangun negara. Dalam arti luas visi
berkaitan dengan grand strategy, perencanaan jangka panjang dan haluan
pembangunan yang kita jalankan.
Pemimpin pada tingkat puncak beserta jajaran
penyelenggara negara serta lembaga think tank berkewajiban merumuskan visi
bangsa dan kemudian menjadikannya sebagai kompas dan haluan kehidupan bernegara
kita ke depan.
Kedua, diperlukan kepemimpinan yang visioner,
cakap, dan kuat. Kepemimpinan ini tidak hanya berkaitan dengan presiden sebagai
pemimpin puncak, tetapi juga kepemimpinan di semua lini dan tingkatan. Dalam
konteks menuju Indonesia 2045, tugas penting pemimpin adalah menyatukan dan
mengarahkan (aligning) rakyat untuk bekerja dan bergerak menuju masa depan itu.
Para pemimpin tingkat nasional secara moral dan politik bertanggung jawab
membawa bangsa ini terus bergerak ke depan. Inilah yang disebut pragmatisme
dengan visi. Pragmatisme tanpa visi bisa membuat perjalanan Indonesia menuju ke
arah yang keliru.
Ketiga, ketika Indonesia telah memiliki visi
besar dan juga dipimpin oleh para pemimpin yang cakap, seluruh komponen bangsa
harus bekerja dan memberikan sumbangsihnya.
Indonesia 2045 tinggal 30 tahun kurang.
Seraya memberikan kesempatan dan dukungan kepada negara dan pemerintah untuk
memimpin kita semua, ada tugas sejarah yang harus kita tunaikan. Semua mesti
ikut berkarya hari ini dan berupaya agar karya kita sukses dalam arahan para
pemimpin yang cakap dan bertanggung jawab dalam visi besar bangsa.
Sumber:
Kompas, 28 Juni 2016
0 komentar:
Silahkan berkomentar
Tuliskan apa pendapatmu...!