Oleh Ismatillah A Nu'ad
Peneliti Indonesian Institute
for Social
Research and Development, Jakarta
RAPAT konsultasi antara Presiden Joko Widodo
dan pimpinan MPR di Istana Merdeka (24/1) yang membahas soal kerukunan dan mengedepankan
nilai-nilai keindonesiaan dalam menyelesaikan persoalan sangat penting untuk
diimplementasikan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, mengingat dewasa ini
menguatnya pihak-pihak yang cenderung mengungkit sentimen agama untuk saling
membenturkan kerukunan kehidupan umat beragama.
Karena itu,
dituntut adanya kewaspadaan dari oknum pihak ketiga yang ingin bermain di 'air
keruh'. Di sisi lain, perlu ditegaskan agar nilai-nilai toleransi serta
kerukunan harus tetap terjaga sebab bangsa ini bagai sebuah mozaik, baik
keyakinan agama, karakter budaya, identitas, maupun etnik. Lazimnya sebuah
mozaik, jika direnungkan sesaat, di dalam diri bangsa ini tecermin apa yang
disebut antropolog Prancis, Claude Levi-Strauss (1995), bahwa keragaman ada di
belakang, di depan, dan bahkan di sekeliling kita.
Dengan demikian,
keragaman dalam berbagai hal itu memang sebuah realitas, sama sekali bukanlah
hal yang baru. Emosi karena kebencian yang terus disuarakan ditakutkan akan
menyulutkan api-api kecil yang akan membesar di seluruh penjuru negeri. Bahkan,
hal itu dikhawatirkan memunculkan statemen yang mengatakan dan menghujat agama
lain berasal dari kaum yang dibenci Allah. Sebagai umat muslim janganlah kita
hanya memandang dari satu arah seperti mengharamkan toleransi sehingga kita
memeranginya hanya karena ada ayat yang berbunyi "Orang-orang Yahudi dan
Nasrani tidak akan senang kepada kamu hingga kamu mengikuti agama mereka."
(QS Al-Baqarah:120).
Kebencian timbul
biasanya disebabkan ketidakadilan, baik oleh umat lain, pemerintah, LSM, maupun
pemberitaan sehingga kadang kala kita menuntut hal tersebut, berlaku tidak
adil, bahkan sampai melarangnya. Padahal, ada ayat yang menyatakan, "Dan
janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku
tidak adil. Berlaku adil-lah! Karena adil itu lebih dekat kepada takwa."
(QS Al-Maidah:8). Di masa kini, teramat penting untuk membangun masyarakat yang
bertolak dari rasa saling menghargai, menghormati, dan mengasihi antarsesama.
Masyarakat bisa dikatakan
ideal jika di dalamnya terdapat bangunan jiwa persaudaraan, persamaan, dan
keadilan yang tecermin pada setiap pribadi manusia sebagai anggota masyarakat.
Bagaimanapun sikap-sikap kemanusiaan semacam itu sangat diperlukan untuk
menandingi kecenderungan di sebagian kecil masyarakat yang membenarkan adanya
praktik-praktik kekerasan. Praktik kekerasan yang ditimpakan pada komunitas
yang berbeda paham ideologi maupun keagamaan oleh pihak-pihak tertentu, atau
fenomena mengerikan seperti tindakan terorisme atau bom bunuh diri atas nama
agama.
Seorang ahli
syariat Islam di University of California, LA, Khaled Abu al-Fadl menyebutkan
bahwa sebenarnya tindakan-tindakan kekerasan tak bertanggung jawab yang
mengatasnamakan Islam dilakukan oleh segelintir kalangan yang tentu sedikit
jumlahnya (peripheral). Namun, jumlah yang sedikit tersebut seakan-akan
mewakili dari jumlah umat Islam yang banyak. Ini tentu pada gilirannya sangat
merugikan umat Islam secara keseluruhan. Sikap keberagamaan tertutup sebenarnya
menjadi pangkal persoalan karena praktik kekerasan maupun terorisme atas nama
agama bermula dari sikap keberagamaan itu.
Ciri utama
keberagamaan tertutup, antara lain seperti menolak kebenaran dalam agama-agama
lain, mengklaim agamanya yang paling benar, sempit dalam menafsirkan kitab suci
Alquran, menolak keterbukaan, kerja sama, dan dialog dengan penganut agama
lain. Sikap keberagamaan tersebut tentunya tidak menguntungkan bagi keberadaan
bangsa Indonesia yang sangat majemuk. Bangsa majemuk mensyaratkan bagi warga
negaranya untuk bersikap terbuka, mendialogkan adanya perbedaan-perbedaan,
saling menghormati, menghargai, bekerja sama, dan menyayangi antarsesama.
Dengan kata lain,
persaudaraan kebangsaan (ukhuwah wathaniyah) teramat diperlukan bagi sebuah
bangsa yang majemuk. Tanpa adanya rasa persaudaraan kebangsaan, tekad yang
sama, cita-cita bersama, bangsa ini sudah sedari awal mengalami perpecahan atau
disintegrasi. Karena itulah, sikap keberagamaan tertutup dapat merusak tatanan
kebangsaan ini. Karena dengan sikap tersebut, sebuah komunitas umat akan
terblokade berdasarkan paham keagamaannya saja.
Sementara dalam
bernegara dan berbangsa, kita hidup di tengah-tengah masyarakat yang
berbeda-beda sebagai fitrah ketuhanan, sebagaimana ayat Alquran yang dikutip di
bagian awal tulisan ini. Bukankah hadis Nabi Muhammad SAW menyebutkan,
"Belum sempurna iman seseorang sehingga ia mencintai saudaranya sama
seperti ia mencintai dirinya sendiri." (HR Bukhari). Ini menandakan betapa
dalam Islam sangat menjunjung tinggi nilai-nilai persaudaraan antarsesama umat
manusia, terlepas dari perbedaan agama, ideologi, ras, atau suku bangsa.
Sayangnya, terlalu
banyak muslim di negeri ini tidak melaksanakan keimanan dan ketakwaannya yang
sesungguh-sungguhnya sehingga bangsa ini akhirnya terombang-ambing dan
karut-marut dilanda berbagai persoalan, baik ekonomi, sosial, maupun politik.
Kehidupan masyarakatnya penuh dengan ketidakmenentuan, penyakit-penyakit sosial
masih eksis. Pengembangan dan pelaksanaan persaudaraan kebangsaan (ukhuwah
wathaniyah) perlu dilakukan dan dikukuhkan secara bersama-sama, saling
mendukung, dan bersifat sinergis.
Persaudaraan
kebangsaan perlu ditopang dengan adanya kesadaran persaudaraan kemanusiaan
(ukhuwah insaniyah) bukan hanya sebatas persaudaraan Islam (ukhuwah islamiyah)
semata-mata. Jika hanya mengukuhkan persaudaraan Islam tanpa mengikutkan
persaudaraan kemanusiaan, sama halnya mengutubkan kemanusiaan dalam sebuah
blokade-blokade perbedaan agama yang sangat merugikan. Sementara iklim
peradaban saat ini pun mengharuskan adanya kerja sama yang terbuka yang
dibangun berdasarkan kesadaran bersama, saling menghargai, menghormati, dan
mengasihi antarsesama umat manusia untuk membangun peradaban kemanusiaan di
masa kini dan untuk masa datang.
Sumber: Media Indonesia, 26 Januari 2017
0 komentar:
Silahkan berkomentar
Tuliskan apa pendapatmu...!