JUMAT, 25/8 hari ini, 96 anak menerima Komuni Pertama di Gereja Kristus Raja
Wangatoa, Lewoleba, Dekanat Lembata, Keuskupan Larantuka, Nusa Tenggara Timur.
Misa dipimpin Pastor Kepala RD Wens Herin, Pr didampingi sejumlah pastor antara
lain RD Yermin Riang Hepat, Pr. Anak-anak calon sambut baru didampingi orangtua
masing-masing.
Seorang warga
Paroki Kristus Raja Wangatoa, Chalem Leba yang ikut dalam Misa mengabadikan
Alexander Murin Putra Etoehaq (Putra Murin), seorang anak calon penerima
Sakramen Komuni didampingi ayahnya (jauh sebelumnya saya sudah mengenal
beliau), Aloysius Urbanus Uri Murin (Alwi Murin) dan sang ibu Lia Ladoangin.
Ibu Putra Murin adalah seorang Muslimah taat; sedang sang ayah penganut
Katolik. Putra Murin memilih jadi pengikut setia Kristus.
Saat pasutri ini
dengan khusuk mendampingi Putra di depan altar Gereja untuk membaca Firman
Tuhan, Chalem yang juga aktif di Komisi Sosial (Komsos) Paroki Kristus Raja
Wangatoa, terkesan. Apalagi ibu si Putra dengan jilbab seorang Muslimah yang
soleha menutup kepalanya. Chalem pun menuangkan pengalaman itu dalam laman akun
Facebook-nya.
"Indahnya
Toleransi Beragama di Lembata - Paroki Kristus Raja Wangatoa...... Ibu seorang
Muslim mendampingi Anaknya menerima Sakramen Komunio 1 & Membaca bacaan di
Gereja," demikian goresan Chalem.
Pemandangan seperti
ini ada dalam keseharian hidup kami orang kampung, di mana warga yang menganut
agama lain di luar Katolik. Begitu juga dalam keseharian kami, putera-puteri
asal Lembata di rantau.
Beda agama, sudah
pasti. Tapi, sikap menghormati dan menghargai saudara yang berlainan agama
maupun suku, rasa persaudaraan, melihat satu sama lain sebagai ina ama,
kaka-arik, opu lake, adalah nilai-nilai warisan leluhur dan orangtua dari tanah
Lepanbatan sejak jaman baheula.
Tatkala menghadiri
Misa Syukur Imamat dua pastor asal Lembata di Gereja Hati Kudus Kramat Jakarta
Pusat, Pastor Josep Peleba (Tote) Tolok OFM dan Sekretaris Eksekutif Komisi
Liturgi KWI Pastor Dr Bernardus Boli Udjan SVD, 19/8 2008, kami semua hadir dan
ambil bagian dalam kegembiraan penuh syukur.
Para penari yang
juga diisi gadis-gadis berjilbab bersama pria yang memegang parang, dorang
menari hedung (tari perang) menjemput sang jubilaris dalam prosesi perarakan
menuju Altar dalam sebuah Misa Konselebrasi yang dipersembahan tuan Tote Tolok
OFM, Boli Udjan SVD, Jeremias Balapito Duan, MSF, Mike Peruhe Unarajan, OFM, Yohanes Laba Iri SVD, Petrus Payong
Reko SVD, Edu Dosi SVD, dan Yoseph Jaga Dawan SVD.
Ya, inilah Lembata.
Inilah wajah kami semua. Inilah modal yang Tuhan kasi ke kami semua. Tuhan
tentu mau kami jadi pelita di bawah kolong langit kala malam menjemput. Siapa
tahu Tuhan juga mau kami macam pelita kala toleransi antarumat beragama jadi
barang langka plus mahal. Indah, bukan?
Ansel Deri
Ket foto: Alexander Murin Putra Etoehaq atau Putra Murin (tengah) didampingi kedua orangtua, Aloysius Urbanus Uri Murin (Alwi Murin) dan Lia Ladoangin membacakan Firman Tuhan saat Komuni Pertama di Gereja Kristus Raja Wangatoa, Lewoleba, Lembata (gbr 1); dan Putra Murin didampingi kedua orangtua di dalam Gereja dengan teman-temannya peserta Komuni Pertama didampingi orangtua mereka (gbr 2).
Dok. foto: Chalem Leba
0 komentar:
Silahkan berkomentar
Tuliskan apa pendapatmu...!