MYANMAR tampaknya menolak gencatan
senjata yang tawarkan oleh gerilyawan Rohingya, yakni Tentara Pembebasan
Rohingya Arakan (ARSA).
Sikap itu
disampaikan oleh Zaw Htay, juru bicara pemimpin de facto Myammar, Aung San Suu
Kyi, sepeti diberitakan BBC.
Melalui Twitter,
Zaw Htay menegaskan, pemerintah tidak akan berunding dengan
"teroris".
Penegasan juru
bicara pemimpin Myanmar dikeluarkan setelah beberapa jam sebelumnya ARSA, yang
mengaku bertindak atas nama warga Rohingya, mengumumkan gencatan senjata selama
satu bulan.
Menurut ARSA,
penghentian operasi militer selama satu bulan dimaksudkan untuk memungkinkan
penyaluran bantuan kemanusiaan di negara bagian Rakhine, tempat sebagian besar
warga Rohingya tinggal di Myanmar.
Rakhine dikenal
dengan nama Arakan oleh orang-orang Rohingya. Palang Merah Internasional (ICRC)
di Myanmar menyambut deklarasi gencatan senjata sepihak ARSA.
Disebutkan oleh
seorang pejabat ICRC Joy Singhal bahwa langkah itu merupakan "perkembangan
yang sangat positif."
Gencatan senjata,
menurutnya, diharapkan akan menambah akses aman untuk pengiriman bantuan ke
Rakhine.
Serangan ARSA
terhadap aparat kepolisian Myanmar pada 25 Agustus 2017 sontak memicu serangan
balik dari aparat militer Myanmar.
Pada saat itu,
komplotan ARSA menyerang sedikitnya 20 pos keamanan Myanmar di wilayah Rakhine
Sekitar 300.000
warga Rohingya dilaporkan telah melarikan diri dari Rakhine dan mencari
perlindungan dengan menyeberang ke Bangladesh sejak akhir bulan lalu.
Warga Rohingya –kelompok
minoritas yang tidak diakui sebagai warga negara Myanmar meskipun secara
turun-temurun telah menetap di negara tersebut– mengatakan, militer dan
orang-orang lokal di Rakhine melakukan kampanye brutal terhadap mereka.
Pihak berwenang menolak
tuduhan tersebut dan mengatakan bahwa militernya tengah memerangi kelompok
"teroris" Rohingya.
Kelompok Rohingya
juga tidak diakui sebagai warga negara Banglades karena dianggap berasal dari
negara tetangga Myanmar.
Tanpa status yang
diperparah oleh perlakuan buruk yang diklaim dialami Rohingya, krisis Rohingya
belum menemui titik terang.
Sumber: Kompas.com, 11 September 2017
Ket foto: Asap
hitam mengepul di banyak tempat di sebuah desa di negara bagian Rakhine,
Myanmar, yang diyakini ada pembakaran rumah-rumah warga Rohingya. Warga korban
pun hanya memandang sedih.
0 komentar:
Silahkan berkomentar
Tuliskan apa pendapatmu...!