Headlines News :
Home » » Misionaris di Manila Kirim Surat untuk Eggi Sudjana

Misionaris di Manila Kirim Surat untuk Eggi Sudjana

Written By ansel-boto.blogspot.com on Thursday, October 12, 2017 | 1:21 PM

PASTOR Yohanes Kopong Tuan, MSF, seorang misionaris Katolik di Manila, Filipina, mengirim surat terbuka untuk pengacara Dr Eggi Sudjana menyusul pernyataan Eggi yang dinilai mengandung unsur kebencian bernuansa suku, agama, ras, dan antargolongan (SARA).

Sebelumnya, Eggi menyatakan bahwa pemeluk agama selain Islam bertentangan dengan Pancasila telah mengganggu rasa kebinekaan warga negara Indonesia (WNI).

Dalam jejaring sosial, Facebook miliknya, Pastor Kopong, Misionaris Keluarga Kudus atau Congregatio Missionariorum a Sacra Familia (MSF) ini menulis surat terbuka kepada Eggi dalam judul “Pesan Terbuka Untuk Eggi Sudjana...” Berikut surat terbuka imam Keuskupan Samarinda, Kalimantan Timur ini.

Ketika Anda tidak mampu Menjelaskan, Andapun Tidak mampu Memahami dengan Cukup Baik

Mas Eggi Sudjana, dengan memanggilmu mas saya tak pernah mengubah siapa dirimu yang sebenarnya. Engkau tetaplah seorang Eggi.

Mudahan kalimat awal ini dapat Anda pahami, meski sebagaimana Anda mengakui dalam sebuah video, di mana Anda sendiri mengatakan; “mungkin pemahaman saya terbatas”. Dari ucapan anda, pemikiran anda bukanlah lagi mungkin terbatas, namun memang sangat terbatas sampai anda sendiripun tidak memahami apa yang anda katakan.

Hanya membuat pemahaman kami menjadi dangkal, ketika kami harus menguji kalimat anda secara intelektual sebagaimana ajakan anda dalam video itu. Karena seorang intelektual kerjanya tidak hanya menyampaikan ajaran-ajaran sesat yang memecah belah tetapi menyampaikan kebenaran yang mempersatukan.

Saya tidak harus mengajak anda berdiskusi soal Ke-Tuhanan Yang Maha Esa, karena hanya membuat diskusi tak berakhir sedap, lantaran anda sendiri sudah mengiyakan meski dengan kata mungkin akan keterbatasan pemahamanmu terhadap ajaran dan iman agama lain. Tetapi saya cukup mengajak anda untuk melihat diri anda dan sebutan orang untuk anda.

Eggi Sudjana. Saya memanggil anda mas, mungkin yang lain hanya memanggil anda Eggi atau Sudjana. Apakah mengubah diri dan keberadaan Anda? Entah memanggilmu mas, atau cukup dengan Eggi dan Sudjana, artinya orang mengakui dan menerima anda. TIDAK mengubah diri dan keberadaan anda.

Ketika ibu dari anak-anakmu memanggil Anda dengan mas, pa, papi, papa, Abah demikian juga dengan anak-anak yang memanggil anda papah, atau abah dan orang lain memanggil anda pak, apakah mengubah diri dan keberadaan anda? TIDAK. Anda tetap seorang diri yang bernama Eggi Sudjana.

Ketika ada yang memanggil anda pak pengacara, apakah mereka tidak mengakui anda sebagai seorang Eggi Sudjana?

Mereka mengakui anda tetap sebagai seorang Eggi Sudjana yang berprofesi sebagai pengacara. Pekerjaan anda sebagai pengacara entah apapun tidak mengubah diri dan keberadaan anda sedikit pun.

Sebutan apapun untuk diri anda, itu menunjukan sebuah relasi atau hubungan personal yang tidak pernah mengubah diri dan keberadaan anda sebagai seorang Eggi Sudjana. Sebagaimana sebutan atau sapaan sang istri dan anak-anak anda kepada anda, orang lainpun tidak pernah menggubris karena orang lain memang tidak pernah memahami secara mendalam makna dari ungkapan sang istri dan anak-anak anda kepada anda.

Demikianpun dalam hal beriman dan beragama. Setiap orang yang mengimani Tuhan yang Maha Esa melalui agama yang berbeda dan dengan sebutan yang berbeda, tidak pernah mengubah keberadaan Tuhan Yang Maha Esa itu sendiri. Katolik, Protestan, Hindu, Budha, Konghuchu dan Aliran Kepercayaan memiliki bahasa tersendiri untuk menyebut nama Tuhan yang mereka imani, dengan bahasa yang berbeda sesuai keyakinan iman masing-masing, namun SAMA SEKALI TIDAK PERNAH MENGUBAH KEBERADAAN TUHAN.

Ungkapan yang berbeda sesuai dengan keyakinan masing-masing adalah ungkapan hubungan dan relasi personal dengan Tuhan, di mana hanya orang atau agama tersebut yang bisa memahami makna (secara iman) dari sebutan itu sendiri, dan orang di luar seperti anda tidak akan pernah memahami makna tersebut, seperti sapaan sang istri dan anak-anak anda atau orang lainpun, kami sebagai orang yang berada di luar tidak akan pernah memahami makna sebutan itu untuk anda.

Anda harus paham, bahwa pembubaran HTI tidak dilatarbelakangi oleh soal kepercayaan pada Tuhan Yang Maha Esa, namun karena usaha mereka untuk menggantikan Pancasila dengan ideologi yang bersifat Islam (syariah). Kenyataan bahwa tidak semua umat Islam mendukung gerakan HTI tersebut, itu berarti gerakan mereka sesat dan salah. Di sisi lain, pembubaran HTI juga dilatarbelakangi oleh tindakan anarkis yang selama ini menjadi catatan pemerintah. Jadi kalau anda membela HTI, belalah dengan kesadaran intelektual yang bermutu tanpa harus mengurusi keimanan agama lain, sehingga tidak nampak jelas bahwa anda memang terbatas pengetahuan.

Maka saya mengajak anda, agar ketika anda memahami meski dengan kata mungkin bahwa pengetahuan anda terbatas, bicaralah secukupnya. Untuk itu mari kita ke tugu Monas. Tujuan kita satu yaitu Tugu Monas. Anda mengendarai mobil pribadi. Saya dengan bajaj. Meski berbeda kendaraan namun tujuan kita satu yaitu Tugu Monas.

Apakah ketika kendaraan berbeda, lalu mengubah tujuan kita yang satu yaitu ke Tugu Monas? TIDAK KHAN. Maka semoga tulisan yang terbatas ini, juga dipahami oleh pengetahuan anda yang (mungkin) terbatas

Di akhir tulisan ini baiklah anda merenungkan nasehat bijak Bapak Gus Dur: “Memuliakan Manusia, berarti memuliakan Penciptanya. Merendahkan dan menistakan Manusia, berarti Merendahkan dan Menista Penciptanya”.

Dan juga nasehat bijak Gus Mus: “Agamamu belum tentu agama Allah. Agama Allah menghargai manusia dan menebar kasih sayang ke alam semesta” Salam. (Ansel Deri)
Ket foto: Pastor Tuan Kopong MSF dan Dr Eggi Sudjana
SEBARKAN ARTIKEL INI :

0 komentar:

Silahkan berkomentar

Tuliskan apa pendapatmu...!

 
Didukung : Creating Website | MFILES
Copyright © 2015. Ansel Deri - All Rights Reserved
Thanks to KORAN MIGRAN
Proudly powered by Blogger