PULAU Flores, pulau yang indah. Karena itulah pulau yang
terletak di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) ini disebut juga Pulau Bunga.
Apanya yang indah? Ya, di Pulau ini ada danau tiga warna: merah, putih dan
biru. Danau Kelimutu, namanya. Terletak di Kabupaten Ende.
Dalam catatan
sejarah ditemukan nama Pulau Flores berasal dari Bahasa Portugis “Copa de
Flores” yang berarti “ Tanjung Bunga”. Ya, pulau ini disebut Pulau Bunga tentu
bukan karena hanya Danau Kelimutu, tetapi juga karena pulau ini memang
mempunyai gunung, lembah dan pantai yang indah. Karena itulah, Pulau Flores
tersohor ke seluruh dunia sampai saat ini.
Hal ini tentu bisa
dilihat, ketika wisatawan mendatangi Pulau Komodo di bagian Barat Flores,
adalah tidaklah lengkap kalau belum menyusuri daratan Flores sampai Danau Tiga
Warna serta ujung Timur Flores.
Namun, kalau Pulau
Flores sebagai sebuah bunga yang berpohon besar, di sekitar Pulau Flores ada
juga pulau kecil yang elok. Pulau-pulau kecil ini adalah bunga-bunga yang
berpohon kecil yang tumbuh begitu indah.
Salah satu pulau
kecil nan indah itu adalah Pulau Kinde, di bagian Utara Pulau Flores. Pulau seluas
sekitar 30.000 meter persegi ini berada di Desa Tenda Kinde, Kecamatan Wolowae,
Kabupaten Nagakeo. Jarak dari Mbay, ibu kota Kabupaten Nagekeo sekitar 30 km.
Siapa pun ke Pulau
Kinde bisa melalui Pelabuhan Marapokot, menggunakan moda transportasi laut atau
menggunakan moda transportasi darat menuju Kaburea wilayah perbatasan dengan
Kecamatan Maukaro Kabupaten Ende Lio, selanjutnya dengan transportasi laut
menuju pulau kecil ini.
Namun, menuju Pulau
Kinde melalui Kaburea, Desa Tenda Kinde, Kecamatan Wolowae Kabupaten Nagekeo
sampai saat ini masih mengalami kesulitan. Pasalnya belum dibuat dermaga baik
darurat apalagi permanen, sehingga para wisatawan numpang lewat di dermaga
tetangga Maukaro Kabupaten Ende untuk menuju Pulau Kinde nan indah permai.
Pantauan
Beritasatu.com bersama tim visiting dari Kementrian Pariwisata Republik
Indonesia dan Konsultan Pariwisata dari Institut Teknologi Bandung, Jumat
(20/6/2019), Palau Kinde mempunyai beberapa bukit setinggi sekitar 50 meter di
atas permukaan laut, mempunyai pantai dengan pasir putih yang bersih, pantai
dengan batu karang serta beraneka ragam ikan serta berwarna-warni. Selain itu,
air laut yang bening dan tidak ada ombak.
Tim visiting dari
Kementrian Pariwisata Republik Indonesia dan Konsultan Pariwisata dari Institut
Teknologi Bandung yang datang ke pulau itu untuk melakukan pemetaan wilayah dan
dijadikan pilot project, menuju Pulau Kinde sebagai destinasi wisata unggulan
nasional.
Dengan menumpang
kapal motor milik nelayan Marapokot rombongan menyisir pantai utara Mbay sampai
di Pulau Kinde. Ketika di Pulau itu, tim visiting mengaku kagum dengan
keindahan dan kelebihan-kelebihan yang dimiliki pulau itu. Para pengunjung
bisa menerawang isi dasar laut, airnya jernih.
Untuk mendaki
hingga puncak bukit, tidak seperti yang dibayangkan dari bawah sana, jalanannya
terjal dan sedikit batu lepas, terik matahari tidak menyerutkan semangat hingga
akhirnya sampailah pula di puncak bukit. Ketika berada di atas bukit, maka bisa
memandang laut yang teduh, hamparan sabana Pulau Flores dan merasakan hembusan
angin laut bersih yang menyegar tubuh dan jiwa.
Ke depan, di Pulau
Kinde, bisa dibuat vila untuk berteduh atau bermalam bahkan bisa dibuat gedung
pertemuan rohani atau pertemuan penting pemerintahan. Selain itu, tentu bisa
diperindah lagi dengan menanam jenis pohon atau bunga yang cocok di pulau kecil
seperti Kinde.
Menurut Romo
Diosesan (RD) Paulus Bongu tokoh kelahiran Toto (gunung) Wolowae dari klan
Gani, Pulau Kinde dapat dijadikan objek wisata yang dikelola dengan baik dan
benar untuk kesejahteraan masyarakat Nagekeo khususnya, dan Indonesia umumnya.
“Kurang lebih 20
tahun lamanya saya berjuang dengan cara saya, seperti menanam pohon, menggali
sumur walau tidak berhasil dan menolak tawaran pemilik modal untuk membeli
pulau ini. Selanjutnya memperkenalkan pulau ini kepada Kementerian Pariwisata
di Jakarta sehingga hadirlah utusan kementerian bersama konsultan pariwisata
dari Institut Tehnologi Bandung (ITB) saat ini, dan ini adalah cara kita
menghormati leluhur kita Kinde,” kata dia.
Nama Pulau Kinde
lanjut pastor yang menyelesaikan program master Sosiologi di Manila, Kinde
adalah generasi pertama leluhur awal dari klan Gani di wilayah itu ratusan
tahun lalu. Di atas puncak pulau ini sering dilakukan aneka ritual untuk
menghormati leluhur lebih kusus ketika ada bala bencana yang mengancam dari
ketururan klan ini.
Melihat apa yang
ada pada pulau ini, sungguh menjadi tamparan besar untuk masyarakat Toto
Wolowae Kinde dan sekitarnya. Pasalnya begitu banyak potensi alam wilayah ini
yang sejatinya tidak bisa dinikmati sepenuhnya oleh masyarakat serta bisa
“dijual” kepada masyarakat luas Indonesia dan dunia.
Paulus Bongu,
kelahiran Toto Wolowae 67 tahun lalu, selalu dan terus berjuang untuk pulau
Kinde, terinpirasi dengan mengutip perkataan seorang Proklamator,
Soekarno,”Apakah kelemahan kita adalah kurang percaya diri sebagai bangsa,
sehingga kita menjadi bangsa penjiplak lain dan kurang mempercayai satu sama
lainnya, padahal asalnya kita ini adalah rakyat gotong royong".
Untuk itu, Pemkab
Nagekeo tentu menyambut baik kehadiran dan rencana pemerintah pusat melalui
Kementerian Pariwisata yang akan menjadikan Pulau Kinde, objek wisata nasional.
Semoga sukses!
Willy Grasias
Sumber: beritasatu.com, 23 Juni
2019
Ket foto: Tim
visiting dari Kementrian Pariwisata Republik Indonesia dan Konsultan Pariwisata
dari Institut Teknologi Bandung, menuju Pulau Kinde, Jumat (20/6/2019. Foto:
beritasatu.com/Willy Grasias
0 komentar:
Silahkan berkomentar
Tuliskan apa pendapatmu...!