Mata pelajaran Ilmu
Pengetahuan Alam (IPA) dan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) tak akan diajarkan
lagi di tingkat Sekolah Dasar tahun depan. Keputusan ini berdasarkan pada
pengembangan kurikulum baru yang bakal diterapkan mulai tahun ajaran 2013-2014.
"Bukan berarti
tidak ada pelajaran IPA dan IPS, tetapi metodenya sudah diubah menjadi metode
tematik integratif," kata Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Mohammad Nuh,
di kantor wakil presiden, Jakarta, Selasa, 13 November 2012.
Menurut Nuh, metode
tematik integratif merupakan salah satu ciri kurikulum baru untuk SD. Melalui
metode ini, IPA dan IPS dijadikan sebagai materi pembahasan pada semua mata
pelajaran. "Prosesnya, tema-tema yang ada pada dua pelajaran itu
diintegrasikan ke dalam sejumlah mata pelajaran," ujarnya.
Saat ini, terdapat
10 mata pelajaran untuk SD, yaitu pendidikan agama; pendidikan kewarganegaraan;
bahasa Indonesia; matematika; IPA; IPS; seni budaya dan keterampilan;
pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan; muatan lokal; serta pengembangan
diri.
Adapun tahun depan,
hanya tersisa 6 mata pelajaran, yakni pendidikan agama; pendidikan pancasila
dan kewarganegaraan; bahasa Indonesia; matematika; seni budaya dan prakarya;
serta pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan.
"IPA menjadi
materi pembahasan pelajaran bahasa Indonesia, matematika, dan lain-lain. IPS
menjadi materi pembahasan pelajaran pendidikan pancasila dan kewarganegaraan,
bahasa Indonesia, dan lain-lain," ucap Nuh.
Ia mencontohkan,
seorang guru bahasa Indonesia bisa menjelaskan fenomena alam yang kemudian
dikaitkan dengan IPA. Misalnya tema tentang sungai.
"Sungai itu
ada airnya, rumusnya H2O, bisa mengalir karena ada perbedaan tekanan, memiliki
derajat kejernihan, tercemar kotoran, dan seterusnya" kata Nuh. "Satu
mata pelajaran bisa dikaitkan kemana-mana."
Dengan begitu,
menurut Nuh, anak-anak didik di tingkat SD akan memiliki kemampuan yang utuh.
" Anak-anak SD tidak akan mendapat pendekatan yang terpisah-pisah,"
ujar dia.
Adapun hingga kini
penerapan kurikulum baru itu masih dimatangkan untuk menentukan sasaran
awalnya. Pilihan pertama adalah diterapkan di kelas-kelas tertentu, misalnya
kelas 1, 3, dan 5.
"Tidak semua
kelas, tapi di seluruh sekolah di Indonesia," ucap Nuh. Sedangkan pilihan
kedua adalah di kelas tertentu dan di sekolah tertentu.
Penerapan kurikulum
ini rencananya bakal diuji publik pada akhir bulan ini. Tujuannya adalah
mendapatkan masukan dari berbagai kalangan masyarakat.
Sumber: Tempo.co,
15 November 2012
Ket foto: Mendiknas
Muhamad Nuh
0 komentar:
Silahkan berkomentar
Tuliskan apa pendapatmu...!