Headlines News :
Home » » Pengembangan Bandara Wunopito : "Kami Siap Mati Mempertahankan Hak"

Pengembangan Bandara Wunopito : "Kami Siap Mati Mempertahankan Hak"

Written By ansel-boto.blogspot.com on Saturday, July 05, 2008 | 5:15 PM

Pemilik lahan dan tanaman kelapa yang bakal terkena pembebasan perluasan Bandara Wunopito di Lewoleba, Drs. Ismail Ola Bahi menegaskan siap mati demi tanah dan tanaman kelapa miliknya apabila pemerintah Lembata menempuh upaya paksa membabat sekitar 500 pohon kelapa miliknya. Ismail mau melepas tanah seluas sekitar 4 ha dan tanaman kelapa di atasnya apabila diberikan ganti rugi Rp 150 miliar.

"Dalam bentuk apapun, kami siap mati mempertahankan hak kami. Sampai titik darah penghabisan. Kami nyatakan 'selamat datang', apabila pemerintah lakukan upaya paksa," kata Ismail, didampingi putranya, Bahi Ola Bahi di Lewoleba, Rabu (2/7/2008).

Ismail menyatakan, pilihannya tidak melepas tanah dan kelapanya mengikuti harga yang dipatok pemerintah Rp 40.000/meter persegi, harga yang dinilainya terlalu murah. Apabila pohon kelapa di atas areal itu ditebang, maka habislah harapan hidup keluarga satu-satunya. Tanaman kelapa tersebut selama ini menjadi sandaran ekonomi rumah tangga.

Ia menambahkan, lokasi tanah dan kelapa, saat ini berusia 20-30 tahun dan dalam puncak produksi. Kelapa itu ditanam almarhum ayahnya, Abdul Kadir Sili Pehang Bahi dan ibunya Aisyah Tuto Laba tahun 1960. Panen kelapa dilakukan sekitar lima sampai enam kali setahun dan setiap kali panen menghasilkan 4.000-5.000 buah kelapa dan diuangkan sekitar Rp 8 juta.

Mantan Asisten I Setda Lembata dan Sekretaris DPRD Lembata ini, menilai ganti rugi ditawarkan tim negosiasi pemda tidak layak baginya untuk hak miliknya itu. Dia mengakui sikapnya itu pasti mengecewakan masyarakat Lembata, karena suatu waktu manajemen Transnusa akan membatalkan penerbangan dari Kupang ke Lewoleba.

Dia mengaku heran, kenapa tim negosiasi pembebasan lahan ngotot lahan miliknya yang dipersoalkan dan prioritas pertama harus dibebaskan, sedangkan lokasi yang berbatasan langsung dengan ujung barat landasan milik Thomas Tadon sekitar 180-an meter tidak dipersoalkan.

Bahkan untuk perpanjangan bandara ini, lahannya hanya dibutuhkan sejauh 20 meter dan di atasnya ditumbuhi 89 pohon kelapa, karena sisanya dari lokasi milik Thomas Tadon.
Pembebasan lahan seluas 20 meter, katanya, sudah dilakukan negosiasi dengan pemda sejak tahun 2007 dengan harga Rp 500 ribu/meter persegi atau sekitar Rp 2,8 miliar, belum direalisaikan hingga saat ini. (ius)
Sumber: Pos Kupang, 5 Juli 2008
SEBARKAN ARTIKEL INI :

0 komentar:

Silahkan berkomentar

Tuliskan apa pendapatmu...!

 
Didukung : Creating Website | MFILES
Copyright © 2015. Ansel Deri - All Rights Reserved
Thanks to KORAN MIGRAN
Proudly powered by Blogger