Hingga kini, penyidik Polres Lembata belum memastikan motif pembunuhan Yoakim Langoday. Selain masalah proyek di Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Lembata, pihak keluarga menduga, salah satu motif pembunuhan Kepala Bidang Pengawasan Pantai dan Laut pada Dinas Perikanan Kabupaten Lembata itu adalah konservasi laut sawu.
Karolus Koto Langoday, adik kandung almarhum, kepada Flores Pos di rumah Yoakim Langoday, Sabtu (12/9) mengatakan, kakak sulungnya itu dibunuh ketika Selasa (19/5) baru tiba dari Menado untuk kegiatan konservasi laut intenasional.
Laut Sawu termasuk dalam area konservasi. Dalam pertemuan itu, katanya, Langoday menyampaikan laporan soal penolakan masyarakat Lamalera terhadap konservasi laut, khususnya di perairan Lamalera, karena selama ini, masyarakat Lamalera melakukan penangkapan ikan secara tradisional.
Karolus mengatakan, tanggal 19 Maret, Yoakim bersama Kepala Dinas Perikanan dan Kelautan Paul Kedang ditolak oleh masyarakat Lamalera saat mereka mau melakukan sosialisasi konservasi laut.
Setelah menyampaikan laporan, almarhum bertemu dengan Dirjen. Yoakim Langoday kembali ke Lewoleba dan ke Jakarta untuk membawa data-data terkait konservasi laut dan juga penolakan masyarakat Lamalera.
Karolus mengatakan, jika Yoakim Langoday membawa data-data itu ke Jakarta, maka bisa saja konservasi laut sawu, khususnya perairan Lamalera tetap dilakukan. Menjawab Flores Pos soal keterkaitan pembunuhan Yoakim Langoday dengan konservasi laut itu, Karolus mengatakan: jika konservasi laut itu dilakukan, maka penambangan emas, tembaga dan lain sebagainya tidak bisa dilakukan di Lembata.
Karolus mengatakan, bukan mau menyampingkan motif lain seperti masalah tender proyek, kasus rumput laut, namun kalau dikaitkan dengan informasi bahwa beberapa pembunuh dibayar Rp.300 juta per orang dan ada yang dapat Rp.100 juta per orang, maka yang menjadi pertanyaan adalah apa mungkin, proyek yang nilainya beberapa miliar itu, para pelaku pembunuhan itu dibayar dengan mahal.
Padahal keuntungan dari proyek itu, kata Karolus Koto Langoday, tidak mencapai satu miliar. “Sekali lagi, kami keluarga tegaskan bahwa motif pembunuhan Yoakim Langoday bisa saja masalah proyek di Dinas Perikanan, tapi juga dugaan kami juga salah satunya adalah masalah konservasi laut,” katanya.
Sumiati, istri korban mengatakan, saat Yoakim Langoday dari Menado di Surabaya, ia sempat menelepon dan menyampaikan kecemasannya bahwa sekembalinya ke Lewoleba ia bisa dibunuh orang. Namun Sumiati tidak tahu masalah apa. ”Dia hanya mengatakan dirinya bisa dibunuh oleh orang,” katanya.
Sebagaimana diberitakan, penyidik Polres Lembata yang di-back up tim khusus penyidik Polda Lembata telah menangkap dan menahan lima tersangka yakni Lambertus Bedy Langoday, Theresia Abon Manuk, Bambang Trihantara, Muhamad Kapitan dan Mathias Bala. Sementara dua Mr X di TKP hingga kini polisi masih melakukan penyelidikan. Dari Lima tersangka, baru Mathias Bala yang mengaku.
Sementara empat tersangka lainnya melakukan aksi tutup mulut.Yohan Langoday saksi kunci dalam kasus ini mengatakan di TKP pada Selasa (19/5) ada lima orang yakni Mathias Bala, Lambertus Bedy Langoday, Muhamad Kapitan dan dua MR X. Mathias Bala mengaku itu semua namun Mathias Bala masih tutup mulut dengan 2 Mr X ini.
Mathias Bala juga mengatakan sebelum mereka membunuh Yoakim Langoday mereka merencanakannya di kediaman Bambang Trihantara. Pertemuan itu dihadiri Muhamad Kapitan, Theresia Abon Manuk, Bambang Trihantara dan satu orang yang tak dikenalnya. (Maxi Gantung)
Ket foto: Keindahan pantai di desa nelayan Lamalera yang terkenal dengan tradisi penangkapan ikan (lefa) paus secara tradisional. Obyek pariwisata di wilayah selatan Pulau Lembata ini sudah mendunia namun masih belum mendapat perhatikan pemerintah pusat dan daerah. Foto: dok. Ansel Deri
Sumber: Flores Pos, 14 September 2009
Sumber: Flores Pos, 14 September 2009
0 komentar:
Silahkan berkomentar
Tuliskan apa pendapatmu...!